Catatan Rizal Effendi
SAYA mendapat kabar di grup “Wartawan Legend.” Mantan bupati Paser, H Ridwan Suwidi meninggal dunia Minggu (26/9) sore dalam usia 86 tahun. Berbagai ucapan belasungkawa disampaikan seraya mengirimkan doa semoga almarhum diterima di sisi Allah Swt dalam keadaan husnul khatimah. “Beliau salah satu pemimpin dan tokoh Kaltim terbaik, yang layak jadi panutan,” kata Gubernur Isran Noor.
Ridwan wafat dalam keadaan tenang di kediamannya, di Desa Tapis, Kecamatan Tanah Grogot. “Abah tidak sakit. Malah kira-kira dua minggu yang lalu diperiksa dokter. Mulai cek darah, hati, ginjal, dan lain-lain semuanya sehat,” kata Ridhawati Suryana, salah seorang putri almarhum yang pernah menjadi wakil ketua DPRD Paser.
Saya sudah lama tidak bertemu beliau. Ketika saya masih menjabat wali kota, saya masih sempat bersama-sama dalam pertemuan kepala daerah. Jauh sebelumnya, ketika saya masih menjadi wartawan, saya sering mewawancarai Ridwan sebagai anggota DPRD Kaltim. Dia terbilang tokoh kritis dan mau buka mulut jika ditanya berbagai masalah pembangunan.
Ridwan hidup mati berkiprah di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sempat menjadi sekretaris dan wakil ketua DPW PPP Kaltim. Tapi sebelumnya pernah menjadi ketua Cabang Muhammadiyah, pengurus MUI Paser dan ketua Persaudaraan Muslimin Kaltim.
Karier di lembaga legislatif diawali tahun 1970 ketika menjadi anggota DPRD-GR Paser dan wakil ketua DPRD Paser. Lalu sejak tahun 1987 menjadi anggota DPRD Kaltim selama 20 tahun atau empat periode. Bayangkan hebatnya rekor DPRD beliau!
Ridwan merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan berdirinya Kabupaten Paser pada tahun 1959. Dalam usia 69 tahun, dia terpilih menjadi bupati Paser menggantikan Drs. Yusriansyah Syarkawi. Terbilang tua. Karena itulah MURI menganugerahinya penghargaan sebagai “bupati tertua” di Indonesia.
Meski tua, semangat bekerja dan membangunnya melebihi yang muda. Dia suka belusukan ke desa-desa. Melihat beratnya infrastruktur jalan dan fasilitas umum yang lain. Tak jarang jalan kaki atau naik sepeda motor. “Karena masifnya dalam membangun, sehingga warga menjuluki beliau sebagai ‘Bapak Pembangunan Paser’,” kata Ketua DPC PPP Azhar Baharuddin.
Salah satu pembangunan infrastrktur peninggalan almarhum yang besar adalah pembangunan RSUD Panglima Sebaya dan kompleks perkantoran Pemkab Paser di Km 5, Tanah Grogot.
Dia memang tokoh pemimpin sederhana, yang memiliki pola pikir praktis. Yang penting bisa menyejahterakan masyarakat. Gaya pendekatan itu disukai masyarakatnya. Sehingga dia terpilih menjadi bupati selama dua periode dengan visi “Menuju Masyarakat yang Agamis, Sejahtera dan Berbudaya.”
“Kami tak bisa melupakan karya, kepedulian dan pengabdian Pak Ridwan untuk Kabupaten Paser, yang luar biasa. Kami mendoakan beliau masuk syurga sebagai imbalan atas kebaikan beliau,” kata Hidson Humrie, wartawan senior yang banyak meliput kiprah Bupati Ridwan di sana.
SERBA UNGU
Salah satu kebijakan Bupati Ridwan Suwidi yang unik dan kontroversial adalah pemakaian warna ungu, sebagai warna dan ciri khas Kabupaten Paser. Kantor, pagar, kendaraan umum termasuk rumah sakit yang megah semua dicat warna ungu. Termasuk juga telaga indah di depan RSU, yang diberi nama Telaga Ungu.
Saya tidak tahu persis kenapa beliau suka warna ungu. Padahal darah beliau PPP, yang warna dominannya hijau. Biasanya kebijakan warna kepala daerah mengikuti warna partainya. Terkadang serba kuning, serba merah, serba biru, putih, dan lainnya.
Tapi ketika saya menjadi wali kota, saya tidak menganut paham warna tertentu. Saya ikut saja dengan warna Pemkot Balikpapan, yang cenderung biru. Mungkin karena di pinggir laut dan langit jernih. Belakangan tak jauh beda dengan partai tempat saya berlabuh sekarang, Partai Nasdem.
Konon warna ungu itu memiliki arti dan makna yang sangat unik. Melambangkan kekuatan spiritual yang dalam, aspirasi yang tinggi, simbol kebangsaan, keajaiban dan penuh misteri. Di sisi lain ada juga yang mengartikan sebagai sesuatu yang luhur dan agung, bahkan orang yang mengenakannya terlihat menarik dan penuh pesona.
Kabar terakhir yang saya peroleh, kebijakan warna ungu di Kabupaten Paser sudah dicabut. Ketika saya berkunjung ke Tanah Grogot beberapa waktu lalu, saya lihat masih ada tersisa warna ungu di beberapa bangunan infrastruktur.
Pemakaman jenazah Ridwan Suwidi dilaksanakan Senin (26/9) sekitar pukul 10.00 pagi dengan inspektur upacara, Bupati Paser dr Fahmi Fadli. Dia dimakamkan di Jl Panjaitan, di samping kediamannya, di pemakaman keluarga. Hampir sebagian pejabat, tokoh dan masyarakat mendatangi rumah duka. Hadir juga wakil bupati, Forkompida, ketua dan seluruh anggota DPRD serta tokoh agama dan masyarakat.
Isak tangis mewarnai sanak keluarga yang ditinggalkan. Kain penutup keranda jenazah berwarna ungu. Begitu juga karpet tempat meletakkan keranda juga berwarna ungu. Pagar tembok sebagian rumahnya juga masih berwarna ungu.
“Kabupaten Paser telah kehilangan seorang pemimpin yang kharismatik, yang telah mewarnai pembangunan di Bumi Daya Taka yang kita cintai. Beliau panutan kita dan banyak berjasa untuk daerah yang kita cintai ini. Kita ucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya,” kata Bupati.
Sayup-sayup saya mendengar suara Pasha Ungu menyanyikan lagu “Bila Tiba.” Sangat menyentuh. Penuh aroma religius. Dia mengingatkan kita. “Bila tiba saat berganti dunia. Alam yang sangat jauh berbeda. Siapkah kita menjawab semua pertanyaan.”
Selamat jalan, Pak Ridwan Suwidi. Kami yakin lapang jalannya Bapak di alam barzah. Insyaallah husnul khatimah.(*)
*) Rizal Effendi
– Wartawan senior Kalimantan Timur
– Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)