spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Andi ‘Beluluk Lingai’

Catatan Rizal Effendi

SAYA tidak mengira Wali Kota Samarinda, Dr H Andi Harun, ST, SH, M.Si jadi hadir di acara launching buku saya “Bukan Pak Wali Lagi” di Kedai Kong Djie, Citra Niaga, Rabu (7/9) malam lalu. Sehari sebelum acara, saya sempat menghubungi. Dia memang berjanji hadir. Tapi sampai acara mulai digelar, saya tak melihat kedatangannya.

Tahu-tahu saya diberitahu bahwa Pak Wali sudah ada di belakang kumpul-kumpul bersama wartawan dan seniman. Dia datang masih mengenakan pakaian kerja didampingi Sekretaris Kota Hero Mardanus Satyawan, yang baru saja dilantiknya. “Habis dari rapat anggaran, kami langsung ke sini,” kata Kepala Badan Pendapatan Daerah Hermanus Barus, SE, M.Si.

Saya benar-benar merasa surprised. Dia masih menyempatkan diri datang ke acara saya. Malah saya makin  kaget, meski acara sudah selesai, Andi Harun masih mau begadang di teras Kedai Kong Djie sampai tengah malam.

Ketua PWI Kaltim Endro S Effendi sempat menemaninya. Andi Harun bicara banyak. Mulai soal acara launching buku saya di kedai kopi, yang mengasyikkan. Sampai masalah Ibu Kota Nusantara (IKN), di mana daerah-daerah penyangga termasuk daerah lainnya di Kaltim belum banyak dilibatkan.

Berdiskusi sampai larut biasa  dia lakukan. Berbagai masalah dikupas mulai soal pembangunan, politik sampai agama. Pemahamannya urusan agama cukup dalam, meski dia ahli hukum. Bahasa Arabnya cukup fasih. Saat pelaksanaan salat Iduladha 1443 Hijriah di Masjid Darussalam, Minggu (10/7), Andi Harun sangat lancar naik mimbar sebagai khatib.

Dia sudah layak  dipanggil “kiai.” Bukan saya. Meski saya saat ini menjadi ketua umum Masjid Agung At Taqwa Balikpapan. Soalnya Gubernur Isran Noor setiap sambutan selalu memanggil saya “kiai.” Sebutan kiai tentu sebuah kehormatan, biasanya diberikan kepada tokoh agama atau ulama yang sudah matang atau mumpuni ilmu agama dan amalannya.

Isran juga dalam ilmu agamanya. Dia sempat mengenyam ilmu pesantren. Saat ini dia masuk dalam kepengurusan PBNU sebagai salah satu anggota A’wan. Yaitu kumpulan sejumlah ulama dan tokoh terpandang yang bertugas membantu Rais dalam menjalankan kebijakan di Nahdlatul Ulama (NU).

Ketika Andi Harun dilantik sebagai wali kota Samarinda  menggantikan H Syaharie Jaang, 26 Februari 2021, saya masih menjadi wali kota Balikpapan. Masa jabatan kedua saya baru berakhir 31 Mei 2021, lima bulan setelah Andi Harun bertugas.

Sayang kami tak sempat banyak berkomunikasi langsung. Maklum saat itu suasana Covid-19 masih kencang. Andi Harun dan saya sama-sama berjuang agar Samarinda dan Balikpapan bisa menekan angka terkonfirmasi positif. Sepertinya Balikpapan selalu lebih tinggi.

Tapi saya terus mengikuti kiprah wali kota ke-10 Samarinda  ini. Sangat atraktif bersama wakilnya Rusmadi Wongso. Usia Andi Harun masih muda 49 tahun. Dia dilahirkan di Bone, Sulawesi Selatan, 12 Desember 1972. Buah perkawinannya dengan Hj Rinda Wahyuni S.Pd, mereka dikaruniai  3 anak. Putra sulungnya, Muhammad Afif Rayhan Harun mengikuti jejaknya. Afif menjadi anggota DPRD Samarinda.

Kalaulah Andi Harun langsung on fire sebagai wali kota tidak salah. Karena pengalaman politiknya cukup kuat. Sebagai ketua DPD Gerindra Kaltim, dia sempat 3 periode menjadi anggota DPRD Kaltim. Mulai menjadi ketua Komisi E, wakil ketua DPRD  sampai wakil ketua Komisi III.

Dia meraih dua gelar S1 sekaligus. Sebagai sarjana teknik pertambangan di UVRI dan sarjana hukum di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Lalu S2-nya ternyata Ilmu Ekonomi di Universitas Mulawarman. Kebetulan saya sekarang jadi ketua alumni fakultas ekonomi Unmul. Sedang S3-nya sebagai doktor ilmu hukum kembali diraih di UMI Makassar.

Bersama putra sulungnya Muhammad Afif Rayhan, yang jadi anggota DPRD Samarinda.

JADI KETUA PESISIR

Belum setahun menjadi wali kota, Andi Harun sudah terpilih menjadi ketua umum Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) dalam Munas di Bangka Belitung, Oktober tahun lalu. Itu menunjukkan kapasitasnya yang kuat dan diakui oleh kepala daerah lain di Indonesia. “Alhamdulillah saya dipercaya dan dipilih. Wilayah pesisir merupakan potensi yang dapat berkembang dan menghasilkan devisa negara,” katanya.

Ketika menghadiri pengukuhan dan pengambilan sumpah pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Samarinda, Agustus lalu, Andi Harun diberi gelar “Beluluk Lingai.” Sebuah gelar yang sangat terhormat  bagi dia.

“Beluluk artinya pucuk tertinggi sebuah pohon.  Lingai itu dingin dan sejuk. Jadi kita berharap beliau menjadi pemimpin yang sejuk, pemimpin yang bijaksana kepada masyarakat adat,” kata Ketua DAD Hendrik Tandoh.

Andi “Beluluk Lingai” berjanji menjaga dan mengembangkan budaya Dayak sebagai salah satu objek pariwisata di daerahnya. Bahkan dia mengeluarkan Perwali untuk kegiatan menyambut HUT Desa Budaya Pampang, yang sudah dikenal berbagai wisatawan dalam negeri dan mancanegara.

Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun dalam pakaian khas Suku Dayak di Desa Budaya Pampang.

Salah satu program unggulan Andi Harun–Rusmadi Wongso adalah Program Pengembangan  dan Pemberdayaan Masyarakat atau Pro Bebaya. Ada 2.000 ketua RT dia himpun untuk melaksanakan program tersebut, pertengahan Mei lalu. Tiap RT menerima alokasi dana APBD sebesar 100 sampai 300 juta rupiah dalam upaya memberdayakan masyarakat di lingkungannya.

“Salah satu tujuan Pro Bebaya adalah untuk menjangkau pemerataan pembangunan dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) di lingkup terkecil pemerintahan, yakni RT,” kata Andi Harun bersemangat.

Sungguh saya kaget melihat ketegasan Andi Harun dalam menertibkan penggunaan aset milik Pemerintah Kota. Di antaranya ketika dia memerintahkan pengosongan bangunan di Jalan Mulawarman, yang selama ini dipergunakan sebagai kantor sekretariat DPD Golkar Samarinda. Dia sempat digugat ke pengadilan. Toh gugatan tersebut ditolak. “Sudah saya perkirakan,” katanya.

Warga Tepian memuji semangat yang dibangun Andi Harun dan Rusmadi Wongso dalam membangun kota. Mereka berharap wajah kota bisa lebih segar dan tertib. Bebas dari banjir, lalu lintasnya bisa lebih nyaman, dan pasar-pasarnya lebih bersih dan tidak kumuh. “Kami sangat merindukan suasana seperti itu,” kata Johansyah, warga di Pasar Pagi.

Ada yang bilang lancarnya perjalanan karier Andi Harun tak lepas karena adanya dukungan dari berbagai tokoh. Salah satunya dari H Said Amin, SH, ketua MPW Pemuda Pancasila Kaltim, yang dikenal sebagai pengusaha besar batu bara. Andi memang akrab dengan Said yang kebetulan pula sama tanggal lahirnya, 12 Desember. Tapi orang tidak menyangsikan  kapasitas dan kemampuan Andi Harun sebagai tokoh politik muda di daerah ini. Terus berkarya Pak Andi. (mk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti