Lewat kreativitasnya, Sayid Abdul Kadir Assegaf atau akrab disapa Ading menciptakan batik khas Kota Bontang, yaitu Batik Kuntul Perak. Karyanya ini telah terdaftar dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) pada 2010.
Sebelum memulai usaha batik, pada tahun 2007 Ading masih menggeluti usaha kerajinan, yaitu mengumpulkan berbagai kerajinan di Kalimantan untuk dijual. Sebagai mitra binaan sebuah perusahaan, pada 2007 dia diundang ke Malaysia untuk memperkenalan kerajinan buatan Indonesia, salah satunya batik.
Dia mengatakan, saat itu Kementerian Pariwisata mengimbau UKM di seluruh Indonesia membuat batik masing-masing kabupaten/ kota dengan mengangkat kearifan lokal. “Disitulah saya terinspirasi. Saya mau Bontang punya cenderamata yang khas,” katanya saat ditemui di workshopnya, Jalan Ir Soekarno-Hatta, Gang Bejawa, Bontang.
Pria kelahiran Balikpapan, 9 September 1975 ini kemudian berlatih membuat batik pada 2009. Dia lalu memunculkan batik yang khas Kota Bontang. “Batik yang akan menjadi trademark Kota Bontang,” katanya. Tahun 2010, dia mendaftarkan Batik Kuntul Perak untuk mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Saat itu, ia memilih nama Batik Kuntul Perak karena sesuai kondisi Kota Bontang yang sebagian besar masyarakatnya pendatang yang dia diasosiasikan sama dengan burung kuntul perak sebagai burung pendatang. “Berbagai macam suku dan adat. Kita miniatur Indonesia,” sebut anak bungsu dari enam bersaudara ini.
Seperti diketahui, burung kuntul perak adalah burung bangau langka yang jadi maskot fauna Kota Bontang, sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Bontang Nomor 559 tahun 2004. Selain HAKI, pada 2019, Ading juga mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produknya.
Meski demikian, suami dari Ellen Aprillyana ini tak henti berinovasi. Pada 2021, dia lolos kurasi dari Kemenparekraf untuk mengikuti Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI). AKI merupakan program pengembangan ekonomi kreatif melalui peningkatan kapasitas dan pameran kepada para pelaku ekraf.
Kemudian juga lolos kurasi dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengikuti event UMKM di Mandalika 2022. “Tahun ini, Batik Kuntul Perak masuk Ajang Pesona Indonesia 2022 garapan Kemenparekraf,” kata Ading, yang sebelum memutuskan pulang ke Bontang tahun 2004 bekerja sebagai konsultan di sebuah hotel di Jakarta.
Ading memproduksi batik di Workshop Jalan Ir Soekarno-Hatta, Gang Bejawa. Sedangkan pemasaran dilakukan di Jalan Brigjen Katamso nomor 25 dan 27, Kelurahan Belimbing Kecamatan Bontang Utara. Saat ini dia memiliki 10 orang pembatik dan 3 orang bagian pemasaran.
Ading juga mengandeng kelompok penjahit lokal yang berada di tiga kelurahan, yakni satu kelompok penjahit di Kelurahan Api-api, satu kelompok di Kelurahan Bontang Baru dan satu kelompok di Kelurahan Loktuan. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang.
“Ke depannya orang mengenal Batik Kuntul Perak sebagai pelopor batik di Kota Bontang. Dengan begitu akan memberikan inspirasi kepada masyarakat yang ingin membuat batik. Saya ingin memperkenalkan Bontang dengan kain batik,” jelas Ading.
Dia juga berharap pemerintah dapat terus mendukung usaha kreatif dan UMKM dengan menggunakan produk lokal Bontang. “Semakin ditingkatkan pemakaian produk lokal dan didukung dengan perwali pemakaian produk lokal,” tandasnya. (yah)
BIODATA
- Nama Lengkap: Sayid Abdul Kadir Assegaf (Ading)
- Kelahiran : Balikpapan, 9 September 1975
- Istri: Ellen Aprillyana
- Anak: 1. Talitha Adella Assegaf
- Naila Shabrina Assegaf
Pendidikan:
- – TK Aisyiyah Bustanul Athfal Balikpapan
- – SD Muhammadiyah Balikpapan
- – SMP Muhammadiyah Bontang
- – SMA Taman Siswa Surabaya
- – Universitas Sahid Jakarta (Jurusan Komunikasi Bisnis)
Organisasi:
- 2006-2008 – Ketua Asosiasi Industri Kerajinan Kecil Kota Bontang
- 2010-2015 – Ketua Asosiasi Kerajinan Kota Bontang
- 2010-2016 – Ketua UKM Center selama tiga periode