Rumput-rumput setinggi batang lidi tumbuh subur di Pulau Kumala, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Sejumlah wahana permainannya seperti sky tower dan kereta gantung tergeletak mematung. Dinding-dinding di pulau yang terletak di tengah Sungai Mahakam itupun dipenuhi lumut.
Demikian kondisi Pulau Kumala ketika dikunjungi reporter kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com, pada Senin, 1 Agustus 2022. Padahal, pulau seluas 76 hektare itu pernah menjadi wisata kebanggaan Kukar karena ramai dikunjungi
Sub Koordinator Daya Tarik Destinasi Wisata, Dinas Parawisata Kukar, Hetty, mengatakan, beberapa tahun lalu, Pulau Kumala menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Pada 2019, ia menyebut, jumlah pengunjung pulau ini mencapai 10.318 orang. Dari kunjungan itu saja, Pemkab Kukar selaku pengelola Pulau Kumala meraup omzet Rp 1 miliar.
Akan tetapi, semua cerita tentang kejayaan itu sirna saat Covid-19 masuk Kukar pada 2020. Pemkab Kukar mengambil sejumlah upaya untuk membendung virus mematikan itu. Salah satunya menutup Pulau Kumala. Sejak saat itulah, pulau tersebut tak ada yang mengurus.
“Sayang juga ditutup karena PAD (pendapatan asli daerah) dari Pulau Kumala cukup besar,” kata Hetty.
Hetty mengabarkan, dalam waktu dekat, Pulau Kumala akan dibuka untuk masyarakat umum. Pembukaan pulau tersebut diyakini akan menambah pendapatan Kukar. Selama dua tahun belakangan, pendapatan Kukar dari sektor pariwisata hanya berasal dari Pantai Tanah merah di Samboja dan Waduk Panji Sukarame di Tenggarong. “Kami berharap, tidak ada kendala dalam pembukaannya nanti,” ujar Hetty.
Kepala Bidang Destinasi Wisata, Dinas Pariwisata Kukar, Muhammad Ridha Fatrianta, juga mengatakan demikian. Saat ini, instalasi listrik dan jaringan air di Pulau Kumala sedang diperbaiki. Jika pengerjaannya kelar, kata Ridha, barulah Pulau Kumala. “Kami targetkan, bila tidak ada kendala, pertengahan Agustus ini sudah dibuka,” katanya.
Dinas Pariwisata juga tengah menyosialisasikan pembukaan tersebut kepada para pelaku usaha. Sejumlah kios untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di pulau tersebut diklaim sudah siap digunakan, tinggal dibersihkan. Kios-kios tersebut biasanya diisi oleh 70 pengusaha kuliner dan suvenir. “Kami tinggal menyiapkan sarana toilet dan fasilitas penunjang lainnya,” kata Ridha.
Dia membeberkan, sejumlah wahana permainan di Pulau Kumala rusak. Untuk menanganinya, Pemkab Kukar telah menjalin kerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta. Akademi akan memberikan penilaian soal bisa atau tidaknya permainan diperbaiki.
“Hasil peninjauan kemarin, ada beberapa mesin dan wahana yang masih bisa diperbaiki seperti sky tower dan kereta gantung,” beber Ridha. Pemkab Kukar dipastikan segera menganggarkan biaya perbaikan semua fasilitas yang rusak di Pulau Kumala.
Sebenarnya, Ridha menjelaskan, permainan-permainan tersebut sudah lama rusak. Pulau Kumala sempat dikelola pihak swasta namun dikembalikan kepada Dinas Pariwisata Kukar pada 2017.
“Sejak saat itu juga, fasilitas di pulau tidak semuanya berfungsi,” jelasnya. Untuk memperbaikinya, Pemkab Kukar pernah mencari perusahaan yang membuat sky tower dan kereta gantung. Namun usahanya tak membuahkan hasil karena perusahaan pembuat permainan berasal dari luar negeri.
Pemkab Kukar masih membuka kesempatan bagi pihak swasta yang ingin mengelola Pulau Kumala. Ini agar keuangan Pemkab tidak terbebani dengan biaya perawatannya. “Pernah ada swasta yang berminat namun sekarang tidak ada tindak lanjutnya,” pungkasnya. (kk)