MAHULU – Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah Mahulu, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu mengajak para petani mengintegrasikan Sapi-Padi di seluruh kampung.
Gagasan membentuk pertanian dan peternakan berkelanjutan dan ramah lingkungan diharap mulai berjalan tahun 2022 ini. Salah satu kunci keberhasilan peningkatan perekonomian masyarakat di perbatasan ini berasal dari sesuatu yang selama ini dipandang sebelah mata. Kotoran sapi.
Integrasi Sapi-Padi mulai digagas Pemkab Mahulu pertengahan 2022. Program kolaborasi ini merupakan pengembangan dari program pertanian padi ladang menetap 10 hektare per kampung yang mulai dijalankan setahun sebelumnya. Lewat program ini mayoritas penduduk Mahulu yang berprofesi sebagai petani tidak perlu berpindah ladang demi mencari lahan subur. Sebab, nutrisi tanaman bisa ditambahkan lewat pupuk kompos yang diolah dari kotoran sapi.
Kompos kotoran sapi terbagi menjadi dua. Kotoran padat dan cair. Kompos padat yang sudah diolah lewat proses fermentasi dan tak lagi berbau bisa langsung dicampurkan ke ladang padi. Begitu pula pupuk cair urine sapi yang diolah bisa disemprotkan ke tanaman untuk menambah nutrisi pengganti pupuk kemasan cair.
Ketika musim panen tiba, giliran padi memberi makan sapi. Jerami bisa menjadi pakan ternak. Begitu pula gabah diolah menjadi dedak sapi dan dibuang menjadi kotoran sapi. Siklus itu berputar seterusnya.
“Dengan ini sapi dan padi bisa saling mendukung. Kotoran sapi bisa diolah jadi pupuk organik. Sapi yang diternakkan bisa diperdagangkan,” ujar Bupati Bonifasius ketika menghadiri Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pemerintah Kampung dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Mahulu 2022 di Lamin Adat Kampung Naha Boan Kecamatan Long Apari, Selasa, 19 Juli 2022.
Bupati menyampaikan metode ini lebih ramah lingkungan, ekonomi dan cocok bagi Mahulu. Mengingat pupuk kemasan pabrik cukup mahal di kawasan perbatasan. Begitu pula, para petani sudah terbiasa mengelola pertanian secara alami. Siklus ini diharapkan bisa mendorong kemandirian dan ketahanan pangan di Mahulu.
Wakil Bupati Mahulu Yohanes Avun juga meyakini program ini akan berhasil jika petani dan peternak benar-benar dibimbing dan dibina pemerintah. Sebagai langkah awal, Pemkab Mahulu sudah menganjurkan petani mulai membuka lahan penggembalaan dan sumber pakan minimal 2 hektare per kampung sebelum pengadaan bibit sapi.
Agar ladang budidaya ini berkelanjutan, wabup meminta para peternak membuat petak di ladang penggembalaan. Ketika petak berisi rumput pakan ternak habis, ternak dipindah ke petak lainnya menunggu rumput tumbuh. Begitu seterusnya. “Jangan sampai kita jadi kuli sapi,” kata Wabup.
Pria yang juga bertani dan berladang ini yakin sapi dan padi yang saling memberi makan akan berkembang jika dikelola dengan baik. Dia bercerita sudah banyak contoh petani dan peternak yang berhasil membudidayakan puluhan bahkan ratusan sapi dengan model seperti ini di daerah lain.
Sangat terbuka peluang mengangkat kesejahteraan warga dari hasil pertanian, peternakan sapi. Bahkan, pupuk kompos bisa dijual dengan harga ekonomis per karung untuk petani sayur maupun kakao di Mahulu. Rantai makanan pembentuk rantai ekonomi yang tak pernah putus asal dikelola maksimal. “Inilah dahsyatnya kotoran sapi,” canda wabup disambut gelak tawa dan tepuk tangan. (adv)