PEMPROV Kaltim berupaya terus mengejar target swasembada sapi. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim, Munawwar mengatakan, salah satu pengembangan ternak sapi yang dinilai paling potensial adalah dengan mengintegrasikan peternakan dengan perkebunan kelapa sawit serta memanfaatkan lahan eks pertambangan batu bara.
Bila potensi ini bisa dikembangkan katanya, Pemprov optimistis swasembada ternak sapi atau program 2 juta ekor sapi yang dicanangkan Pemprov beberapa tahun silam bisa terealisasi. “Kita ingin memanfaatkan areal, sinergi pengembangan kawasan, integrasi bahkan ke perhutanan sosial. Tidak hanya masyarakat tapi juga swasta yang punya lahan,” terangnya.
Sebelumnya, Kabid Pengembangan Kawasan Usaha Peternakan DPKH Kaltim, I Gusti Made Jaya Adhi mengungkapkan, langkah strategis yang sedang digarap yakni menyulap lahan eks tambang batu bara menjadi pengembangan sapi. “Kaltim banyak lahan pasca tambang yang nantinya bisa dipergunakan untuk peningkatan jumlah populasi ternak,” terangnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, rencana pemanfaatan lahan eks tambang sebagai pengembangan sapi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komoditas daging lokal, termasuk persiapan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kaltim. “Nantinya 2,5 juta penduduk luar ke Kaltim khususnya ke IKN, tentu kebutuhan akan sapi juga meningkat,” tandasnya.
Pemkab Kutai Timur (Kutim) juga sudah melakukan berbagai program untuk bisa swasembada sapi ternak. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim, Dyah Ratnaningrum mengatakan upaya yang dilakukan seperti kemitraan dengan berbagai pihak, seperti usaha penggemukan sapi yang dilakukan PT KPC bersama puluhan kelompok ternak.
“Termasuk pemanfaatan lahan eks tambang untuk peternakan. Karena di Kutim banyak lahan pasca tambang yang bisa dipergunakan untuk peningkatan populasi ternak,” sebutnya.
Dyah menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi potong secara mandiri, Kutim juga akan mengadopsi pola integrasi pembiakan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit. “Kutim selama ini masih tergantung daerah lain untuk pemenuhan kebutuhan daging sapi. Tentu ini masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah, Red.) bersama agar kita tidak jadi pemasok terus, namun bisa jadi produsen,” harapnya.
Pemkab katanya, berharap dukungan dari stakeholder dan masyarakat agar dalam pasokan utama sapi ternak bisa dari peternak lokal. “Untuk saat ini pemasok utama biasanya dari Jawa Timur (Jatim), namun saat ini Jatim masuk red zone PMK (Penyakit Mulut dan Kuku, Red.), sehingga kami hanya mendatangkan dari NTT dan Sulawesi. Kedepan kita berharap bisa jadi pemasok utama,” sebut Dyah.
POTENSI IKN
Sebagian wilayah Kutai Kartanegara (Kukar) yaitu Kecamatan Samboja masuk dalam rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Karena itu Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar) mengebut pengembangan sektor pertanian dalam arti luas agar bisa mengambil potensi kebutuhan pangan di IKN. Salah satunya sektor peternakan.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan (Distanak) Kukar, Aji Gozali Rahman mengatakan, Pemkab terus berupaya mencapai swasembada sapi. Pengembangan sapi ternak dilakukan tiap tahun di beberapa daerah, dengan mendatangkan bibit sapi dari Bali dan NTB. Tapi khusus tahun ini ditangguhkan sementara karena wabah PMK yang meluas di 20 provinsi.
Pengembangan ternak sapi katanya, dilakukan di tiga kecamatan, yakni di Kecamatan Samboja yang mencapai 7.000 ekor, Tenggarong Seberang 5.000 ekor dan Kota Bangun ada 2.000 ekor. Total populasi di Kukar saat ini tambahnya, mencapai 30.015 ekor dan terbanyak ada di Kecamatan Samboja. (eky/ref/afi)