spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kelapa Harus Jadi Komoditas Prioritas Nasional

SAMARINDA- Kelapa harus menjadi komoditas prioritas produk non-migas Indonesia. Alasannya, kelapa adalah tanaman asli nusantara dan menjadi tulang punggung ekonomi rakyat Indonesia. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Ketua Sahabat Kelapa Indonesia Ardi Simpala. menyambut pertemuan tokoh nasional dan dunia di Balikpapan dalam kegiatan Coconut for Conservation Conference di Balikpapan 29 – 30 Juni 2022. Dalam tiga dekade terakhir, menurut Ardi, posisi kelapa tidak lagi menjadi program prioritas pemerintah dalam pengembangan produk non-migas. Ardi menyebut program peremajaan kelapa pernah dilakukan tahun 1990-an lewat program bantuan dari Bank Dunia. Akibatnya luasan kelapa Indonesia mengalami penurunan. Menurut catatannya tahun 2001 lalu, luas tanaman kelapa di nusantara mencapai 3,8 hektare. Tahun 2018 turun menjadi 3,4 hektare.

Ardi menyebut Indonesia tidak bisa berbangga lagi, menyebut diri sebagai negara penghasil kelapa nomor satu di dunia. Posisi itu telah direbut oleh Filipina. Sekarang negara kepulauan di utara Indonesia itu telah memiliki 3,6 juta hektare pohon kelapa. Padahal secara luasan, Indonesia jauh lebih luas dan lebih panjang garis pantainya dibanding Filipina. Ardi mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani Samarinda), yang telah menginisiasi konferensi kelapa. Ia menilai kegiatan ini adalah dobrakan nasional dari pusat nusantara. Dobrakan untuk membangun kesadaran nasional akan pentingnya kedudukan kelapa di kancah ekonomi nasional dan global. Ardi memastikan, peranan kelapa merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahtaraan rakyat Indonesia. Ardi berani bertaruh jika Pemerintahan Pimpinan Presiden Joko Widodo menjadikan kelapa sebagai program prioritas pembangunan, maka program pengentasan kemiskinan bisa diselesaikan dengan lebih mudah. Sebab, jumlah rakyat yang terlibat di rantai ekonomi kelapa sangat banyak.

Pernyataan ini, kata Ardi, bukan isapan jempol semata. Sejarah pernah membuktikan bahwa zaman keemasan kelapa di nusantara di sekitar tahun 1970-an, menjadikan banyak masyarakat makmur lewat kelapa. “Dulu banyak kita lihat banyak pemain kelapa menggunakan gigi emas, lambang kemakmuran dari kelapa,” ucapnya.

Pertemuan tokoh kelapa nusantara dan dunia pada dua hari mendatang, sengaja memilih Balikpapan dan Pulau Kalimantan. Alasan pertama, ingin menarik perhatian nasional terhadap kelapa. Kemudian pihaknya ingin ingin memecahkan masalah lingkungan yang dihadapi Pulau Kalimantan akibat kegiatan penambangan dengan kelapa.

Menurut Ardi, tanaman kelapa adalah tanaman ramah lingkungan. Tanaman kelapa mampu memerbaiki tekstur tanah akibat aktivitas tambang. Kelapa mampu tumbuh dan berproduksi di lahan bekas tambang. “Jika sepuluh persen dari sejuta hektare lahan rusak di Kalimantan bisa ditanam kelapa, maka luasan kelapa nusantara akan menjadi nomor satu di dunia,” ucapnya bangga.

Dengan rumusan kelapa yang demikian strategis ini, Ardi mengungkapkan, semua tokoh kelapa yang berkumpul ini akan sepakat menghadap Presiden Jokowi, menyampaikan bahwa kelapa mampu menjadi solusi bagi Bangsa Indonesia. “Kita pastikan ada follow up bertemu Presiden” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Acara Coconut for Conservation Conference Dr Andi Lisnawati menjelaskan, para tokoh kelapa nasional telah berdatangan ke tempat acara. Sudah lebih dari 100-an peserta melakukan registrasi ke panitia. Peserta tersebut berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Nagan Raya Aceh, Kabupaten Meranti Kepulauan Riau, Kabupaten Indragiri Ilir Riau, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Sambas, Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan serta Kota Samarinda. “Sudah ada peserta yang masuk hotel ada yang masih di perjalanan,” katanya. (adv/bz)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti