spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mengenal Miniatur Indonesia di Desa Kerta Buana, Kampung Pancasila yang Kaya akan Kebhinekaan, Suku, dan Agama

TENGGARONG– Desa Kerta Buana layak disebut sebagai miniatur Indonesia di Kutai Kartanegara (Kukar). Ini bukan tanpa alasan. Desa yang memiliki sekitar 5.900 kepala keluarga (KK) itu, jarang terdengar konflik sosial, bahkan tidak pernah terdengar sama sekali.

Padahal mereka benar-benar majemuk. Mulai dari suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Buktinya ada sekitar 19 suku, dengan: Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) mayoritas yang berdiam disana. Tak heran, penganut agamanya juga  beragama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Pertimbangan ini pula, yang membuat Kodim 0906/Kukar memutuskan menjadikannya sebagai Kampung Pancasila. “Disana mereka bisa tinggal bersama dengan rukun. Sampai saat ini tidak pernah ada konflik sosial. Atas dasar itu kita tetapkan sebagai Kampung Pancasila,” kata Dandim 0906/Kukar, Letkol (Inf) Jeffry Sastra pada Media Kaltim.

Dengan adanya berbagai perbedaan dan kebhinekaan tanpa memandang SARA. Menurut Dandim, ini menggambarkan penuh apa itu makna Pancasila. Oleh karenanya, Desa Kerta Buana layak dijadikan role model bagi desa lain di Kukar.

BACA JUGA :  Ungkap Sindikat Pencurian, 45 Unit Sepeda Motor Berhasil Diamankan
Dandim 0906/Kukar, Letkol (Inf) Jeffry Sastra. (Rafi’i/Media Kaltim)

Pemilihan Desa Kerta Buana, lanjut Dandim, ditengah Kukar sering dihadapkan pada ancaman konflik sosial. Apalagi kepindahan IKN ke sebagian Kukar, potensi itu patut dicegah dengan apa yang dilakukan warga Desa Kerta Buana.

Tugas berat pun menanti Bintara Pembina Desa (Babinsa). Mereka harus menjaga kebhinekaan ini tetap utuh, sebagai tugas TNI-AD dalam mempertahankan kewilayahan dan menjaga warga negaranya. Mencegah munculnya potensi konflik sosial dan intoleransi.

“Kita mulai dari hal kecil dan lembaga paling bawah melalui Babinsa. Kita coba menunjukkan Babinsa sebagai penggerak untuk menjaga kebhinekaan di Kukar,” lanjut Jeffry.

Didapuknya Desa Kerta Buana sebagai Kampung Pancasila, membuat warganya bangga sekaligus senang, tidak terkecuali I Dewa Ketut Basuki, kepala Desa Kerta Buana.  Menurut dia, ini merupakan bukti nyata kerukunan dan kebhinekaan di wilayahnya memang terjaga dengan baik.

Nir konflik sosial pun memang dibenarkan oleh I Dewa Ketut Basuki. Meskipun ada, dapat diselesaikan dengan musyawarah atau tabayun. Termasuk selama ia memimpin Desa Kerta Buana yang sama sekali tanpa konflik. “Mudah-mudahan untuk selanjutnya kerukunan di (Desa) Kerta Buana tetap terjaga,” ujar I Dewa Ketut Basuki.

BACA JUGA :  RAPAK KUKAR: Upaya Distanak Kukar Bangun Sektor Pertanian Secara Efektif

Gotong-royong yang menjadi salah satu simbol Pancasila,  paling terlihat jelas di desa ini. Tidak memandang agama dan suku. Saat Ramadan tiba, tak segan pemeluk agama non-muslim ikut membersihkan masjid. Perlakuan yang sama dilakukan umat muslim kepada pemeluk agama lain.

“Sering bantu satu sama lain, selalu saling mendukung, bentuk toleransi,” lanjut I Dewa Ketut Basuki.

Peran aktif Babinsa dan Bhabinkamtibmas dibenarkan oleh orang nomor satu di Desa Kerta Buana itu. Dalam membina masyarakat untuk tetap rukun, damai dan sejahtera, tak jarang mereka turun langsung ke lapangan, membangun komunikasi dua arah dengan masyarakat. (afi)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti