spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kala Mata Air Bak Harta Karun di Rantau Hempang

TENGGARONG – Warga Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, punya pengalaman pahit soal air. Sejak desa tersebut didirikan pada 1956, mereka memanfaatkan air Sungai Mahakam untuk minum, mandi, cuci hingga keperluan kakus. Masalah kemudian mendera mereka.

“Kalau menggunakan air sungai untuk minum, warga sering terkena penyakit seperti muntaber,” cerita Haidir, Kepala Seksi Kesejahteraan dan Pelayanan Desa Rantau Hempang kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Sabtu (21/5/2022).

Masalah mulai teruraikan ketika warga menemukan mata air di kaki Bukit Rantau Hempang, sekitar 400 meter dari permukiman, pada 2007. Seluruh penduduk Desa Rantau Hempang bersuka cita menyambut penemuan itu. Mereka segera meninggalkan air Sungai Mahakam dan beralih ke mata air  untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Agar airnya lebih jernih, kata Haidir, setiap malam warga mencampurkan tawas ke air tersebut.

“Kami juga merebus dulu airnya sebelum diminum,” beber pria kelahiran Desa Rantau Hempang, 1980, tersebut.

Penduduk desa menjaga serta merawat kelestarian mata air  dengan sungguh-sungguh. Sepuluh tahun setelah ditemukan, warga bergotong royong membangun sumur di mata air Bukit Rantau Hempang. Sejumlah paralon disambung-sambungkan dari sumur tersebut ke pompa air manual di permukiman warga.

Saat ini, ada dua mata air ditemukan di bukit itu. Tiga pompa air telah dipasang di tiga RT di Desa Rantau Hempang. Dari pompa tersebut, warga mengambil air menggunakan ember dan jeriken sesuai kebutuhan. Air itu, Haidir menyebutkan, dimanfaatkan warga dari 10 RT. Total, 1.526 orang mengandalkan air tersebut. “Saya sendiri biasanya mengambil 40 liter air untuk minum dan memasak,” sebutnya.

Mata air di Bukit Rantau Hempang bak harta karun yang tak ternilai bagi warga desa. Mereka akhirnya enggan menggunakan air dari PDAM. Membeli air dari perusahaan, kata Haidir, hanya akan menambah penderitaan warga. Pasalnya, tak sedikit warga Desa Rantau Hempang berpenghasilan minim. Rata-rata, warga desa disebut berprofesi sebagai buruh sawit.

“Toh, mata air ini sudah pernah diuji kelayakan oleh PDAM, hasilnya bagus semua,” urainya.

Sementara itu, Camat Muara Kaman, Barliang menyebutkan, saat ini ada 5 desa di kecamatannya yang belum mendapatkan air bersih dari PDAM. Desa-desa tersebut saling berjauhan. Sebagai solusinya, pemerintah menggulirkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

“Pamsimas sudah berjalan di Desa Rantau Hempang, Benamang Kiri, Benamang Kanan, Tunjungan, dan Nangka Bona. Sisanya, menggunakan air bersih PDAM,” tutup Camat Barliang. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti