Catatan Rizal Effendi
SEPEKAN lalu saya mendapat kiriman ucapan Selamat Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Selain ucapan selamat itu saya juga dikirimi serangkaian “bonus” berupa tips. Berikut tips 30 resep sehat pada saat tidak muda lagi. Mulai dianjurkan tidur nyenyak, jangan bergerak tergesa-gesa, banyak minum air putih, kurangi konsumsi garam, banyak berolahraga, banyak senyum, jangan iri hati, sering bersyukur, suka bercanda sampai terakhir dianjurkan rajin beribadah dan bersedekah.
Lalu saya dikirimi lagi 10 peringatan keras bagi lansia dan 4 hal yang perlu menjadi pengetahuan bagi seorang lansia. Dikatakan, sebuah studi di Amerika Serikat (AS) menyebutkan lebih dari 51 persen orang lansia jatuh karena naik tangga. Setiap tahunnya ada 20 ribu kematian di AS akibat naik tangga.
Oleh karena itu para ahli menyarankan setelah berusia 65 tahun untuk tidak melakukan 10 tindakan, yaitu naik tangga, terlalu cepat menoleh/membalikkan badan, membungkuk menyentuh telapak kaki, mengenakan celana sambil berdiri, sit up, memutar pinggang ke kiri dan ke kanan, berjalan mundur, membungkuk untuk mengangkat barang berat, mendadak berdiri meninggalkan ranjang atau tempat tidur dan terakhir mengejan/ngeden terlalu keras.
Selanjutnya ada 4 hal yang perlu dilakukan jika tersedak makanan, salah bantal, keram kaki dan kaki kesemutan. Kalau tersedak makanan, cukup mengangkat tangan otomatis makanan yang tersangkut di tenggorokan akan turun. Kalau salah bantal, cukup mengangkat kaki, kemudian tarik ibu jari kaki dan pijat dengan memutar searah atau berlawanan. Jika keram kaki kiri, angkat tangan kanan atau sebaliknya. Sedang kalau kesemutan kaki kiri, maka ayunkan telapak tangan kanan. Begitu juga sebaliknya.
Saya agak heran kok cepat sekali saya dikirimi ucapan hari lansia, padahal HLUN jatuh tanggal 29 Mei, masih dua minggu lagi.
Apakah yang si pengirim maksudkan Hari Lansia Internasional (HLI)?
Malah HLI ditetapkan PBB jatuh pada tanggal 1 Oktober. Jadi saya berkesimpulan, orang yang mengirimi saya tips jangan dan tips dianjurkan bagi lansia tersebut, supaya saya tetap sehat. Jangan tambah gemuk. Karena dia tahu saya memang sudah lansia. Saya dilahirkan di Balikpapan tanggal 27 Agustus 1958. Itu berarti usia saya sudah 64 tahun pada Agustus nanti.
Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998, batas usia lansia itu 60 tahun ke atas.
Pada masa Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, batas lansia hendak diusulkan menjadi 65 tahun. “Banyak mereka yang berusia 60 tahun, namun masih produktif, aktif, dan masih banyak gagasan. Orangtua saya sendiri ‘kan sudah 78 tahun, tapi masih aktif dan produktif,” kata Mensos pada peringatan HLUN tahun 2019 di Bandung. Kalau batas baru yang dipakai, saya masih pralansia.
Kementerian Kesehatan membagi kriteria usia lansia terdiri dari 45-59 tahun pra-lanjut usia, 60-69 tahun kelompok lanjut usia, dan di atas 70 tahun masuk kelompok lanjut usia risiko tinggi. Sedang Organisasi Kesehatan PBB (WHO) menetapkan kategori lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih.
HLUN dicanangkan tanggal 29 Mei 1996 di Semarang oleh Presiden Soeharto sebagai penghormatan atas jasa, pemikiran, dan kebijakan dr KRT Radjiman Widioningrat, yang pada tanggal 29 Mei 1945 dipercaya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Meskipun sudah sepuh, dr Radjiman yang saat itu berusia 66 tahun tetap cekatan dan sukses memimpin sidang.
Hasil sidang pertama BPUPKI adalah rumusan dasar negara Indonesia, Pancasila.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2021. Angka ini setara dengan 10,82 persen dari total penduduk negeri ini. Penanganan warga lansia di Indonesia memang belum maksimal. Ada yang dititipkan di panti jompo, tapi kebanyakan tetap ikut di dalam keluarga. Bagi keluarga di Indonesia, menitipkan orang tua yang sudah lansia ke panti jompo terasa tidak etis. Apalagi panti jompo kita, baik yang dikelola swasta maupun pemerintah belum begitu bagus.
Kalau tidak salah, ada Permenkes yang mengatur penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas. Saat wabah Covid-19 merajalela, juga dikeluarkan panduan pelayanan kesehatan lansia pada era pandemi.
Siapa pejabat Indonesia yang paling lansia? Sepertinya Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang September nanti berusia 75 tahun. Megawati Soekarnoputri dan Wiranto juga 75 tahun. Presiden Jokowi baru 60 tahun, sedang nama calon presiden 2024 yang paling lansia adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sudah berusia 70 tahun. Pak Dahlan Iskan, wartawan dan juga mantan menteri BUMN yang piawai menulis, pada tanggal 17 Agustus 2022 nanti tepat berusia 71 tahun.
Mantan kepala dinas saya yang sudah pensiun rata-rata di atas kepala 6 alias 60 tahun. Ada Bu Tantin (Ir Sutantinah) yang waktu itu kepala Dinas PU. Pak Suryanto (kepala Dinas Lingkungan Hidup), Pak Chaidar (kepala Dinas Pertanian), Ibu drg Diah (kepala Dinas Kesehatan dan sekarang ketua PMI), Bu dr Balerina (kepala DKK), Pak Tatang (kepala Dinas Pertanahan), Bu Ir. Nining (kepala Bappeda), Pak M Noor (asisten II), dan lainnya. Rata-rata sekarang asyik menimang cucu, sehat, dan berumur panjang. Saya sering bercanda lewat WA. Mereka tidak segan karena nggak mungkin dimutasi. He he.
TETAP TIDAK PUAS
Saya pernah jalan-jalan ke Belanda. Kalau tidak salah ketika mengunjungi Desa Kinderdijk, desa seribu kincir angin, 15 km dari kota Rotterdam, saya banyak menemukan rumah-rumah panti jompo. Para penghuninya asyik bersenda gurau dengan berbagai tingkah. Dalam 20 tahun terakhir, penduduk Belanda berusia 65 tahun meningkat dari 3,1 juta orang menjadi 4,7 juta orang.
Negara Belanda disebut negara “paling bahagia” di dunia karena tingkat pendapatannya yang tinggi serta kualitas hidupnya lebih baik. Akibatnya umur penduduknya lebih panjang, sehingga perhatian terhadap lansia juga sangat bagus.
Tapi ternyata para lansianya tetap tidak puas. Padahal mereka telah diberikan tunjangan lengkap termasuk biaya hidup di panti werdha, bahkan biaya liburan tahunan pun ditanggung oleh pemerintah.
Agar para lansia tidak merasa kesepian, maka pemerintah Belanda menawarkan tempat tinggal gratis bagi mahasiswa yang kurang mampu dengan syarat mereka harus bersedia menerima dan merawat para lansia. Kebanyakan para lansia menolak ditempatkan di panti jompo. Karena itu pemerintah Belanda sangat membutuhkan 80 ribu perawat (care giver) dari Indonesia. Mereka akan digaji antara 30 sampai 50 juta rupiah, plus berbagai tunjangan seperti tunjangan transportasi dan THR.
Ketika berkunjung ke Singapura, saya melihat masih banyak lansia yang bekerja. Ada yang bekerja di restoran cepat saji, menjadi petugas cleaning service, petugas bandara sampai karyawan toko.
Pemerintah Singapura ternyata punya kebijakan agak beda dengan kita di Indonesia. Batas usia pensiun bagi warga Singapura lebih panjang, yaitu 63 tahun. Selepas itu, mereka masih bisa bekerja paruh waktu untuk mengisi kegiatannya di masa pensiun.
Ide seperti ini ternyata dicetuskan Presiden Lee Kuan Yew agar para lansia bisa tetap bugar dan tidak bosan kalau di rumah terus. Jadi siapa pun warga Singapura, manajer sampai sopir taksi yang sudah pensiun, masih bisa bekerja paruh waktu. Tapi maksimal 6 jam saja. Rata-rata upah yang mereka terima sekitar SGD 30 per jam. Kecil, tapi setidaknya untuk mengusir kebosanan. Karena mereka juga sudah menerima uang pensiun terbilang besar.
LANSIA DI JEPANG
Lansia di Jepang dinamakan koureisha atau koureika. Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, para lansia atau mereka yang berusia 60 tahun berjumlah 36,17 juta orang pada tahun 2020, naik 300 ribu dari tahun sebelumnya. Menurut Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, jumlah lansia di negara itu 36,4 juta pada September 2021. Mencapai rekor tertinggi di dunia.
Tingginya populasi lansia di Negeri Matahari Terbit ini disebabkan oleh tingkat kesuburan yang rendah pada wanita Jepang, sementara angka harapan hidup cukup tinggi sehingga tingkat kematian terbilang rendah. Pada tahun 1993 diperkirakan jumlah anak yang dilahirkan wanita Jepang kurang dari 2 orang.
Menurut data terbaru Japan Statistic Bureau, rata-rata perempuan di Jepang diperkirakan hidup sampai 87,45 tahun dan laki-lakinya hidup sampai usia 81,41 tahun dan diperkirakan pada 2040 mendatang, rasio lansia di Jepang mencapai dua per tiga dari total populasi. Di satu sisi umur panjang patut disyukuri, di sisi lain semakin banyak orang yang tidak produktif dan perlu didukung mereka yang masih muda.
Kebanyakan keluarga di Negeri Sakura, memilih menitipkan orang tuanya atau lansia ke rumah lansia atau panti jompo (nursing home). Ada juga yang membawa mereka ke layanan harian untuk lansia (day service) atau ke rumah sakit khusus lansia yang membutuhkan perawatan tinggi.
Fasilitas pelayanan dan kesehatan yang diluncurkan Ministry of Health, Labour and Welfare Jepang sejak tahun 2000 sebagai upaya untuk mengatasi masalah peningkatan jumlah lansia dan memberikan support bagi penduduk dalam menghadapi hari tua.
Saya pernah cerita kepada teman-teman, ada seorang lelaki lansia yang selalu memanggil istrinya (yang juga sudah nenek) dengan kata-kata mesra, “sayang.” Teman-teman sang kakek memuji kemesraan yang terus dibangun pasangan ini. Lalu ada yang iseng menanyakan kepada kakek tersebut, mengapa dia selalu memanggil istrinya dengan kata-kata sayang, padahal sudah tidak muda lagi. Kata sang kakek: “Sebenarnya aku terpaksa memanggil dia sayang, karena sudah tiga tahun ini aku lupa namanya.” He he salah satu penyakit lansia adalah pelupa alias pikun. (**)