spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

IKN Nusantara Harus Ramah Air Hujan

Oleh: Dr. Sunarto Sastrowardojo
Direktur Rusa Foundation Indonesia

Badan Otorita Ibukota Negara Nusantara akan dicatat oleh dunia sebagai pemanen air hujan untuk konsumsi massal masyarakat. Negara dan Badan Otorita IKN saya pastikan tengah mengkaji dengan teliti tentang potensi air hujan di Kalimantan Timur atau di duaratus ribu sekian hektar kawasan ibukota negara.

Misalnya berapa sih potensi air hujan yang bisa ditampung dan dapat dimanfaatkan pada fase pra konstruksi IKN. Pasti tak mungkinlah Teluk Balikpapan yang hiruk pikuk sebagai lalulintas batubara dan minyak bumi akan ditambah dengan kapal tengker yang akan mengangkut air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air knsumsi bagi 924 ribu tenaga kerja di IKN tahun ini.

Angka 924 ribu orang yang akan bekerja di Sepaku ini jika benar setiap satu triliun rupiah biaya yang dikeluarkan pemerintah akan menyerap 14 ribu pekerja dari tukang sapu hingga para pemikir pemikir IKN.

Coba kita hitung cepat kebutuhan air bersih plus air minum rata rata perhari. Contohnya Amerika menyajikan fakta, rakyatnya menggunakan air 295 liter perorang perhari, sementara Indonesia sangat rendah hati dengan penghematan air. Rakyat Indonesia dicatat sebagai pengguna air bersih dan air konsumsi rata rata 120 hingga 150 liter perorang perhari.

Kebutuhan perhari, misalnya. Jika IKN mulai dikerjakan, selain bendungan dan jalanan yang saat ini sudah dikerjakan dengan tidak sengaja. 150 liter perhari dikali 14 ribu orang akan muncul 2.100.000 liter. Dalam satu bulan saja kebutuhan air IKN bagi manusia. Belum termasuk kebutuhan air industri dan konstruksi adalah 63 Juta liter atau sekitar 756.000.000 juta liter. Bahkan kebutuhan air di fase prakonstruksi akan membengkak hingga satu juta meter kubik air pertahun.

Lalu soal penyebabnya mengapa saya sangsi atas ketercukupan air bersih ini akan terjadi. Sahabat saya Andang Bachtiar yang memilih tinggal di Perancis, ketimbang di tanah leluhurnya menyebut kawasan itu minim sumber air, menurut dia kondisi hidrogeologi permukaan daerah tersebut disusun oleh batuan sedimen lempung endapan laut berumur dari 23-33 juta tahun.

Di dalam lempung tidak mungkin didapatkan air tanah, kecuali lempung yang retak-retak. Itupun sangat minim. Air tanah kemungkinan didapatkan di lapisan-lapisan pasir dan atau batu-gamping yang berongga. Jelas toh, dari sudut pandang geologi.

Lalu soal porositas lahan di sekitar Sepaku. Begini penjelasannya. Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase antara 0-100%.

Istilah ini digunakan di berbagai kajian ilmu seperti geologi, geofisika, farmasi, Teknik manufaktur, ilmu tanah dan metalurgi dan sebagainya. Tapi porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik, dan komposisinya.

Porositas bebatuan umumnya berkurang dengan bertambahnya usia dan kedalaman. Namun hal yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya dikarenakan riwayat temperatur bebatuan. Gampangnya begini, lah. Kalau lahan porositasnya tinggi, maka kemampuan menyerap air makin tinggi. Gampangnya lagi. Air cepet habis masuk ke dalam tanah.

Mungkin ada yang pernah menyaksikan gambar gambar arsitek ibukota yang beredar di medsos berupa limpahan air di danau, sungai mengalir, dan hutan yang asri itu secara alamiahnya tidak ada di lokasi sekarang ini. Sungainya yang besar-besar pada umumnya sungai pasang surut, bukan sungai permanen.

Beberapa sungai kecil di bagian barat kawasan inti pusat pemerintahan mungkin masih berupa sungai remaja yang masih tawar airnya, tetapi apakah cukup dibendung untuk kebutuhan 1,5 – 2 juta jiwa penduduk ibukota nanti.

Porositas bisa diperkecil. Jawabnya bisa. Kawasan atau tampat penampungan airnya dibuat pekat yang 92 persen mampu menekan resapan dan penguapan dengan membangun reservoir komunal.

Besaran volume komunal ini yang harus dihitung dengan teliti, karena curah hujan dapat diperhitungkan berapa liter dalam setahun air dapat ditampung dengan volime tertentu sehingga air benar benar ditampung. Tidak ada yang terbuang seliter pun.

Karya besar Nyoman Nuarta harus didukung dengan rekayasa arsitektur yang memadai untuk menyiapkan Indonesia dalam arti luas. Bahkan sebagai pengusung peradaban baru Indonesia. Salah satunya itu tadi. Penyiapan air dengan konsep yang tidak menyalahkan Tuhan.

Pemanenan air hujan dengan rancangan dan perencanaan bentuk struktur dan konstruksi arsitektur yang benar merupakan persiapan utama dalam membangun IKN-Nusantara.
Pemanenan Air Hujan yang sering bahkan viral disebut orang adalah teknik pengumpulan dan penampungan air hujan ke dalam tangki atau waduk.

Air hujan dialirkan melalui pipa penghubung yang dipasang di atap-atap rumah menuju tempat penampungan di bawahanya. Sebelum masuk ke tangki penampungan, air hujan disaring terlebih dahulu melalui tabung filter untuk menetralisir kotoran.

Nah, yang tengah dihadapi umat manusia di bumi ini adalah masalah lingkungan hidup. Perancangan bangunan ternyata juga mempunyai andil besar memicu kerusakan lingkungan dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia.

Rumah atau hunian merupakan bangunan yang paling dekat dan paling banyak memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Dalam membangun rumah perlu adanya pedoman mengenai konsep rumah ramah lingkungan (ecofriendly-house) atau mari kita sebuat rumah ramah air hujan.

Implementasi atas sejumlah konsep permukiman, termasuk kompleks Istana negara di IKN Nusantara adalah tugas berat sekaligus catatan dalam sejarah arsitektur di Indonesia sebagai pelaksana konsep arsitektur ramah air hujan. Bukan saja tanggung jawab teknis bagi PUPR, tapi juga moral agar pekerjaan pembangunan IKN Nusantara tidak saja menguntungkan bagi pelaksananya saat ini tapi bagi anak cucu kelak, bahwa di sini ada orang orang yang punya hatti untuk menyiapkan kebutuhan keturunan kelak.

Tulisan ini sebenarnya mengandung maksud dapat memberi pemahaman mengenai konsep rumah ramah air hujan, sehingga dapat meyakinkan bahwa dalam dalam proses desain rumah ramahair hujan. Ada empat bagian yang perlu dipertimbangkan yakni ruang terbuka hijau, sistem sanitasi, efisiensi penggunaan energi serta pengolahan limbah rumah tangga yang dapat diarahkan pada perencanaan yang memperhatikan konsep ekologis di IKN-Nusantara. (**)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti