PENAJAM – Meski sudah diimbau untuk tidak membuang sampah dan membawa makanan dari luar, wisatawan di Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN) masih abai menjaga kebersihan. Sejalan dengan banyaknya pengunjung yang datang, kerja petugas kebersihan di lokasi tugu geodesi ibu kota negara baru itu lebih ekstra.
Sejak dibuka selama libur Lebaran pada 4 Mei lalu, Titik Nol IKN sudah dikunjungi ribuan pengunjung lokal dan luar Kaltim. Lokasi ini dipadati oleh pengunjung yang penasaran dengan wajah calon pengganti DKI Jakarta.
“Kunjungan tidak dibatasi, banyak dari dalam dan luar Kaltim. Tercatat hari pertama buka itu ada 1.700 pengunjung dan sekarang lebih banyak lagi. Sampai 3.000 pengunjung dalam sehari,” ungkap Sekretaris Camat Sepaku, Adi Kustaman, Sabtu, (7/5/2022).
Fokus para pengunjung adalah berfoto di dekat tulisan Titik Nol. Walau cuaca sangat terik mereka tetap antusias ber-selfie ria. Kebanyakan dari mereka memilih melewati jalan masuk dari Kilometer 38 dengan jarak tempuh 71 kilometer dari Simpang Tiga Samboja atau sekitar 1,5 jam perjalanan.
Sesuai aturan, pengunjung hanya diperkenankan berada di lokasi Titik Nol paling lama satu jam. Lalu sebelum masuk ke lokasi yang berada di kawasan perkebunan PT ITCI Hutani Manunggal (IHM) wajib melapor saat masuk dan diperiksa terlebih dahulu. Utamanya untuk menyosialisasikan tata tertib selama di lokasi.
“Imbauan kita masih sama, pengunjung diminta untuk tidak membawa makanan yang dapat menimbulkan sampah. Yang jelas, sampah yang dihasilkan harus dibawa ke luar lokasi, karena kami tidak menyediakan tempat sampah,” bebernya.
Namun begitu, imbauan itu tak banyak ditaati para pengunjung. Tercatat beberapa hari dibuka dan ramai diserbu, pelancong itu masih banyak meninggalkan sampah plastik.”Kebanyakan botol mineral,” sebut Adi.
Menyikapi itu, pengelola yang merupakan gabungan dari Kecamatan Sepaku, manajemen PT IHM, Dinas PUPR, Polsek Sepaku, Koramil Sepaku hingga Kelurahan Pemaluan dan Desa Bumi Harapan, terpaksa turun tangan memunguti sampah. Mengumpulkan sampah saat jam tutup, dan membawa sampah itu ke luar kawasan dan dibuang ke TPS.
“Sesuai kesepakatan, kawasan ini tidak termasuk objek wisata. Lalu karena pengunjung didominasi dari luar PPU, artinya bukan sampah yg menjadi tanggung jawab DLH PPU. Makanya kami tim gabungan yang berupaya mengendalikan dan mengelolanya,” tutupnya. (sbk)