Kutai Kartanegara (Kukar) juga mengalami musibah kebakaran yang cukup tinggi. Sepanjang 2019 hingga Maret 2022, terjadi 463 musibah kebakaran. Di antaranya, 194 kebakaran di pemukiman, 252 kebakaran lahan dan hutan, serta 17 kejadian kebakaran lainnya. Total korban 769 Kepala Keluarga (KK) atau 2.783 jiwa.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kukar, pada 2019 tercatat 220 kejadian kebakaran. Pada 2020 sebanyak 150 kejadian, dan pada 2021 menurun menjadi 76 kejadian (selengkapnya lihat infografis)
Kepala Seksi Sub-Operasional Kebakaran, BPBD Kukar, Idris menjelaskan, kendala mereka selama ini di antaranya luas wilayah Kukar yang tak sebanding dengan pos pemadam dan personel di lapangan. Dari 18 kecamatan di Kukar, baru 12 kecamatan yang memiliki pos pemadam.
Enam kecamatan yang belum memiliki pos yaitu Tabang, Kembang Janggut, Kenohan, Muara Muntai, Muara Wis, dan Muara Kaman. Sementara di Tenggarong karena jumlah penduduk yang lebih besar dibanding kecamatan lain, memiliki 2 pos pemadam kebakaran. Sementara personel di seluruh Kukar ada 201 orang.
Dia mengatakan, keterbatasan pos dan personel itu karena anggaran yang juga terbatas. Anggaran yang diplot di BPBD Kukar katanya, tidak cukup untuk membangun pos pemadam. Sekaligus pengadaan sarana dan prasarana, serta peralatan yang mumpuni. Juga yang terpenting, anggaran untuk petugas pemadam kebakaran (damkar).
“Penyebabnya (anggaran) pemerintah untuk pos pemadam yang kurang,” ungkap Idris saat dijumpai di ruangannya.
Karena itu katanya, bantuan perusahaan swasta sangat diperlukan di beberapa kecamatan yang belum memiliki pos pemadam. Sejauh ini tambahnya, perusahaan cukup membantu penanganan awal kebakaran. Terutama di 6 kecamatan yang belum memiliki pos pemadam tadi.
Bantuan itu di antaranya tangki suplai air untuk memasok kebutuhan air saat melakukan proses pemadaman. “(Perusahaan swasta, Red.) Sangat membantu apabila ada kebakaran,” lanjut Idris.
BPBD juga dibantu relawan atau Barisan Sukarelawan Kebakaran dan Bencana (Balakarcana). Selain membantu mempercepat proses penanganan, juga melakukan tindak penanganan awal. Walaupun jumlahnya juga belum mencukupi. Tiap desa atau kelurahan katanya, setidaknya memiliki satu Balakarcana.
“Belum ada kecamatan memenuhi dan mencukupi standar (relawan). Hanya di Tenggarong,” beber Idris.
Ia berharap masyarakat bisa meningkatkan kepedulian terhadap musibah kebakaran. Salah satunya dengan menjadi relawan. Tiap desa atau kelurahan bisa melakukan perekrutan relawan. Kemudian disampaikan kepada BPBD Kukar sehingga dapat bantu perlengkapan sarpras.
“Sudah banyak juga anggota dewan yang membantu melalui dana pokir (pokok pikiran),” ungkap Idris lagi. Di antaranya mesin pompa, kelengkapan selang, cabang selang yang menjadi peralatan utama, sepatu lapangan, dan pakaian relawan. (afi)