SAMARINDA – Selain nama-nama baru di kepengurusan DPD Partai Demokrat Kaltim, ada juga wajah lama yang menduduki posisi strategis. Seperti Wibowo Handoko, yang didaulat menjadi Sekretaris DPD PD Kaltim periode 2022-2027.
Bowo – sapaan akrab Wibowo Handoko, adalah politikus senior di Demokrat Kaltim. Dia bergabung ke partai berlambang Mercy ini pada 2005. Bowo kemudian melenggang menjadi anggota DPRD Kaltim selama dua periode, yakni 2009-2014 dan 2014-2019.
Pria asli Semarang ini menceritakan kisahnya bergabung dengan Partai Demokrat. Awalnya ia mengaku apriori dan alergi terhadap politik. “Saya hobi berorganisasi sejak dari zaman kuliah. Dulu sempat jadi Ketua Senat di Untag Jakarta, kemudian juga aktif di kegiatan ekstra kampus, termasuk Pecinta Alam dan lainnya. Awal-awalnya Ketika saya masih di Jakarta, termasuk yang apriori dan alergi dengan politik. Bahkan saya sempat lama golput aktif,” tutur pria bergelar magister hukum ini.
Kemudian Bowo hijrah ke Kaltim bersama istrinya yang asli Kutai-Banjar. Di tanah rantau, dia aktif di salahsatu organisasi masyarakat dan mengadvokasi Pemkab Kutai Kartanegara terkait pengelolaan limbah minyak dan gas bumi.
“Dalam perjalanannya, ternyata membangun komunikasi dan koordinasi lewat jalur lembaga masyarakat itu agak sulit. Itu yang menginspirasi saya pada akhirnya, sepertinya memang harus berjuang lewat institusi politik,” kata Bowo.
Pilihannya jatuh kepada Partai Demokrat yang dibidani Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Demokrat partai baru tapi bukan partai kecil, itu jadi kalkulasi politik saya. Ini partai prospek dan juga punya pengaruh di tataran nasional, dimana pendirinya menjadi Presiden Republik Indonesia. Terus animo masyarakat lokal juga tinggi saat itu,” ungkapnya.
Selain tentu saja karena ideologi partai yang dirasa senapas dengan cara pandang Bowo, yakni nasionalis-ireligius.
Perhitungan politiknya terbukti benar. “Di 2009-2014, khususnya 2009, saya merasakan bagaimana efek dari keberhasilan pak SBY ketika memimpin yang periode kedua itu sangat besar pengaruhnya terhadap kami para caleg. Waktu itu saya cuma punya modal 50 juta yang harus turun di Bontang-Kutim-Berau,” kenangnya.
“Jadi itu terangkat oleh popularitas pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat dan pendiri Demokrat. Suka tidak suka, faktanya waktu itu ya popularitas Demokrat memang terangkat karena pak SBY. Kami para caleg memang betul-betul merasakan sekali bagaimana hal itu di lapangan meringankan perjuangan,” imbuh Bowo.
Namun, diakui bahwa setelah SBY tidak menjabat lagi sebagai Presiden RI, suara Demokrat menurun. “Itu salah satu yang mungkin jadi PR kita sampai hari ini, simpatisan dan pemilih Demokrat itu belum ideologis, jadi kita masih floating, kebanyakan masih mengambang, artinya pilihan-pilihan politik itu bukan berdasarkan persamaan ideologis atau cita-cita. Nah, yang kedua karena kita belum menjadi partai ideologis, tingkat ketergantungan terhadap figur sentral di level nasional tinggi,” jelasnya.
Meski begitu, saat ini ia mengaku optimistis efek ekor jas akan kembali terjadi di era Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). “Di bawah kepemimpinan Ketua Umum mas AHY itu peluang Demokrat untuk kembali bangkit di 2024 sangat terbuka. Selain figur muda, rekam jejak mas AHY juga tidak ada celah sedikit pun baik secara personality, artinya kehidupan personalnya, maupun selama berkarier di militer. Dan prestasinya juga luar biasa ketika di militer,” terang Bowo.
Untuk diketahui, sejumlah survei terbaru beberapa lembaga survei, selalu menempatkan AHY dalam peringkat atas untuk kontestasi Presiden-Wakil Presiden, meski bukan pejabat negara. Selain itu, Demokrat juga merangsek ke 3 besar dalam hal survei elektabilitas partai.
Bowo menambahkan, AHY memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin yang ideal dari semua aspek. “Tinggal kita sebagai kader Demokrat Kaltim bagaimana mengawal perjuangan dan cita-cita besar ini agar bisa tercapai untuk mengantarkan mas AHY maju memimpin di level nasional,” tegasnya.
Apalagi, saat ini DPD Demokrat Kaltim dipimpin sosok baru yang juga anggota DPR RI, Irwan. “Alhamdulillah saya selama mungkin dari 2005 mengikuti perjalanan Partai Demokrat, dengan beberapa ketua Demokrat dengan segala kelebihan kekurangan dan prestasi para senior-senior ketua terdahulu, yang pasti untuk periode 2022 ini di bawah kepemimpinan bang Irwan yang yang luar biasa adalah semangat progresif revolusionernya,” jelas mantan Ketua DPC Partai Demokrat Kutai Kartanegara.
Hal itu, kata dia, tercermin dari potret struktur DPD sendiri yang isinya rata-rata milenial. “Belum pernah sebelumnya dengan komposisi kepengurusan begitu banyak anak muda itu hari ini, bahkan hampir 70% anak muda. Artinya saya optimis dengan sumber daya-sumber daya mumpuni yang juga masih menjunjung tinggi idealisme, lebih segar dari aspek pemikiran dan gagasan. Nah, mudah-mudahan 2024 nanti akan semakin cerah Demokrat di Kalimantan Timur, Insyaallah,” tutupnya. (rls/mk)