Bukan politik namanya jika tak menyajikan drama. Kejutan dari pertikaian internal partai politik yang berujung terpentalnya pasangan calon kepala/wakil kepala daerah. Tak menjualnya calon yang diajukan. Sampai kembalinya wajah lama yang lagi-lagi mencoba peruntungan di pencoblosan 9 Desember nanti. Drama politik ini semua tersaji selama proses pendaftaran peserta pilkada yang dibuka Jumat (4/9) dan ditutup Minggu (24/9/2020) hingga pukul 24.00.
Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah – Rendi Solihin dipastikan menjadi calon tunggal untuk berlaga di pilkada daerah kaya minyak dan gas ini. Sebab, persyaratan administrasi rival utama mereka, Awang Yacoub Luthman-Suko Buono dinyatakan kurang oleh KPU Kukar.
Sikap KPU muncul karena adanya dualisme surat dukungan (form B.1-KWK) yang diterbitkan DPP PAN. Hasil verifikasi data KPU menunjukkan, pimpinan PAN Kukar sudah memberikan dukungan kepada pasangan Edi Damansyah – Rendi Solihin. Sedangkan AYL-Suko bersikukuh surat dukungan yang mereka dapatkan juga sah sebab terbit lebih awal dibanding yang dikantongi Edi Damansyah – Rendi Solihin.
Alasan AYL-Suko tetap tak bisa diterima KPU karena saat keduanya mendaftar, ketua maupun sekretaris PAN Kukar tak ikut hadir. Saat mendaftar, AYL-Suko hanya didampingi pimpinan partai pendukung dari PKB. Polemik ini mencapai puncaknya setelah PKB akhirnya memutuskan untuk berpihak pada pasangan Edi Damansyah – Rendi Solihin.
Dengan begitu, Edi Damansyah – Rendi Solihin menyapu bersih seluruh dukungan 10 parpol di DPRD Kukar yang berjumlah 45 kursi. Otomatis, pada pencoblosan nanti lawan pasangan Edi Damansyah – Rendi Solihin hanyalah kotak kosong tanpa nama pasangan calon.
Kondisi serupa kemungkinan besar juga dialami warga Kota Minyak, Balikpapan. Mereka hanya punya pilihan memilih pasangan Rahmad Masud-Thohari Azis, menyusul calon lawan mereka, Ahmad Basir tak berhasil menggaet tokoh sebagai calon Wakil Wali Kota. Masalah utama lain, jumlah dukungan parpol yang didapat tak mencukupi batas minimal 9 kursi.
Di DPRD Balikpapan, partai pengusung Ahmad Basir yaitu Nasdem hanya memiliki 3 kursi sementara Hanura hanya 2 kursi. Pilkada di Kukar dan Balikpapan dipastikan hanya diikuti calon tunggal setelah hingga berakhirnya masa pendaftaran Minggu (6/9/2020), tak ada lagi pasangan yang mendaftar.
Sesuai aturan, KPU akan kembali membuka pendaftaran pada 10-12 September, dengan sebelumnya masa sosialisasi mulai tanggal 7-9 September. Bila tak ada juga yang mendaftar maka tahapan pilkada berlanjut penetapan pasangan calon tunggal.
Balikpapan dan Kukar tak ada pilihan, karena parpol lebih pragmatis dan ingin menang. Kondisi sebaliknya berlangsung di Kabupaten Paser. Ada 4 pasangan calon yang dinyatakan memenuhi syarat administrasi oleh KPU. Pasangan Alphad Syarif-Arbain M Noor yang diusung Demokrat, Gerindra, NasDem, dan Berkarya. Pasangan usungan PKB dan Golkar yakni Fahmi Fadli-Syarifah Masitah Assegaf.
Pasangan ketiga, Sulaiman Eva Merukh – Ikhwan Wirawan usungan PDIP, PBB, PAN, dan PKS. Demokrasi di daerah yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan ini lebih terasa manakala hadirnya pasangan dari jalur perseorangan (independen), Tony Budi Hartono-Aji Sayid Fathur Rahman.
Pesta demokrasi memilih wali kota dan wakil wali kota di ibu kota provinsi Samarinda juga berwarna. Selain pasangan Andi-Harun-Rusmadi yang tercatat sebagai pasangan paling awal mendeklarasikan diri, ada dua pililihan alternatif yakni Barkati-Darlis Pattalongi yang diusung PAN, Demokrat, dan Golkar. Pilihan terakhir calon independen Zairin Zain-Sarwono.
Persaingan di Kabupaten Kutai Timur tak kalah seru. Mahyunadi-Lulu Kinsu menggunakan perahu Partai Golkar, Gerindra, PAN, PKB, NasDem, dan PDIP. Plus amunisi dukungan tambahan dari partai non-DPRD: Hanura, Gelora, dan PSI. Lawan mereka adalah Ardiansyah Sulaiman-Kasmidi Bulang dengan parpol pengusung PKS, Demokrat, dan Berkarya.
Pasangan ketiga adalah Awang Ferdian Hidayat-Uce Prasetyo dengan dukungan dari PPP dan Hanura. Saat mendaftar ke KPU, Ferdian yang merupakan putra sulung mantan Gubernur Kaltim dua periode, Awang Faroek Ishak, mengaku terus terang bahwa pencalonan mereka untuk mengganti posisi Bupati Kutim (nonaktif) Ismunandar yang terkena “musibah” ditangkap KPK.
Sosok Ferdi, panggilan Awang Ferdian, cukup dikenal di jagat perpolitikan Kaltim. Di umur yang baru 45 tahun, dia sudah bertarung merebut posisi politik dan birokrat lokal maupun nasional. Total dia sudah 4 kali maju pilkada, berharap terpilih menjadi wali kota Samarinda, bupati Kukar, wakil gubernur Kaltim, dan kini bupati Kutim.
Dia sempat dua kali menjadi senator (anggota DPD RI) dari Kaltim, dimana dua-duanya mundur di tengah masa jabatan karena lebih memilih bertarung di pilkada. Sekali mundur dari posisi anggota DPR RI (PDIP) sebab di tahun 2018 memutuskan maju sebagai calon wakil gubernur bersama Syaharie Jaang.
Di Bontang terjadi perpecahan antara wali kota saat ini Neni Moerniaeni dan wakilnya Basri Rase. Neni memutuskan maju lagi dalam pilkada dengan menggandeng orang lain yakni Joni Muslim. Sedangkan Basri tetap di jalur wakil wali kota, hanya saja yang diajak berjuang adalah Adi Darma, politisi senior Bontang yang pada pilkada sebelumnya merupakan lawan kuat pasangan Neni-Basri.
Kasus pecah kongsi juga terjadi di Berau. Bupati petahana Muharram memutuskan maju bersama Gamalis melawan wakilnya saat ini Agus Tamtomo, yang kini telah mendaftar ke KPU sebagai wakil bupati bersama istri mantan Bupati Berau Makmur HAPK, Seri Marawiah.
Perebutan kursi orang No 1 dan 2 di Kabupaten Mahulu juga cukup ketat, manakala kepala dan wakil kepala daerah petahana juga memutuskan bersaing satu sama lain. Bupati Bonafasius Belawan Geh menggandeng calon wakil bupati baru Johanes Avun, sedangkan wakil bupati petahana Juan Jenau berniat naik kelas menjadi bupati dengan memilih Indra Jaya sebagai wakil bupati.
Secara hitungan politik maupun matematik, pilkada di Kutai Barat layak disebut sebagai pilkada paling minim persaingan. Bupati dan Wakil Bupati petahana FX Yapan-Edyanto Arkan, masih solid dan memutuskan bersama melawan pasangan independen, Martinus Herman Kenton dan Abdul Azizs. Tapi ingat politik tak gampang ditebak, apapun bisa terjadi. (redaksi)
Jangan Lewatkan Berita Terkini dari MediaKaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami: