GENERASI Z dan milenial punya posisi penting dalam kontestasi demokrasi. Bukan hanya sebagai calon pemilih, tapi juga sebagai kader sebuah partai politik (parpol). Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman, Budiman meyakini parpol sudah melihat potensi generasi muda itu.
Dia mencontohkan Partai Demokrat yang sudah jeli melihat potensi generasi ini dengan menempatkan anak anak muda dalam kepengurusan partainya hingga di daerah. Partai yang dibesut AHY itu terus mengkampanyekan tentang kader milenial.
“Pada masa lalu Partai Demokrat pernah ada masalah. Saat ini mereka mencoba mengubah citra mereka dengan mengapungkan isu milenial, menggerakan massa mereka,” jelasnya kepada Media Kaltim, Minggu (20/2/2022).
Sangat lumrah katanya, bila generasi muda coba ditunggangi oleh kepentingan politik menjelang kontestasi demokrasi. Menurutnya, hal itu salah satu strategi komunikasi politik.
Apalagi bila sebuah parpol merangkul dan menempatkan generasi muda sebagai kader. Menurutnya, parpol itu berpeluang besar memenangkan bonus demografi dan elektoralnya.
Hanya saja pemilih di Kaltim yang cenderung transaksional, menjadi persoalan tersendiri yang akan memengaruhi tingkat keterpilihan anak muda yang maju dalam Pileg 2024. Mereka yang mempunyai kapasitas akan tersisih oleh calon legislatif yang mempunyai kemampuan finansial yang mumpuni.
“Itulah penyebab milenial khususnya perempuan tidak mampu berbicara banyak dalam kontestasi politik sebelumnya,” jelasnya.
Hal ini berbeda dengan demokrasi di negara-negara maju. Para pemilihnya akan cenderung objektif memilih mereka yang jelas visi-misi dan gagasannya ketimbang transaksi yang diberikan.
“Yang jadi persoalan ongkos politik yang sangat besar. Pemilih kita cenderung transaksional tidak melihat tua atau muda. Yang mereka lihat isi tas bukan kapasitas. Lain soal kalau dibalik mereka ada ‘bandarnya’,” jelasnya. (eky)