spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

SDM Kaltim di IKN, Mau Jadi Penonton atau Pelaku?

SAMARINDA – Pemerintah menetapkan Ibu kota negara (IKN) di Kaltim bernama “Nusantara”. Berbagai tanggapan bermunculan atas pemberian nama itu. Namun, Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Samarinda Arie Wibowo mengatakan, sebenarnya ada hal yang lebih penting dari sekadar pemberian nama IKN, yakni bagaimana peran pemuda dan pemudi Kaltim di tengah kehadiran IKN.

“Pemilihan nama itu sebenarnya tak perlu diperdebatkan. Lebih penting adalah bagaimana generasi muda Kaltim, menjadi bagian penting IKN itu sendiri,” kata Arie.

Status IKN di Kaltim baginya, adalah gerbang besar keniscayaan kemajuan Bumi Etam. Proses itu pasti berjalan siapapun pelakunya. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) Kaltim katanya, bergantung pada diri masing-masing.

Dia mengakui, pemerintah punya peran penting membuka celah keterlibatan SDM lokal. Tapi, tanpa persiapan matang kemampuan dan kompetensi, SDM lokal tetap akan terpinggirkan.

“IKN maju? Itu pasti. Siapapun yang mengawalnya. Masalahnya, apakah kita mampu berada di posisi pengawal dan pelaku pembangunan itu? Siapkah kita mengikuti level produktivitas dan laju kinerja jutaan SDM dari pusat yang nantinya datang bak gelombang air?” tambahnya.

Etos kerja, kondisi, target dan tantangan yang berbeda, punya peran penting membangun SDM lokal. Menurutnya sudah bukan rahasia umum kalau pola pikir, etos kerja dan tingkat disiplin para pekerja lokal berbeda dengan di Jawa atau Jakarta. Tekanan hidup dan tekanan pekerjaan membuat SDM Jawa dan Jakarta, terbiasa dengan kerja keras yang terukur.

Arie menolak disebut meragukan kualitas SDM lokal. Karena, kondisinya secara keseluruhan memang berbeda. “Ini paling mudah. Jarak kerja dan lingkungannya saja sudah berbeda. Tak bisa dibuat apple to apple. Orang Jakarta terbiasa berjam-jam berada di jalan hanya untuk menempuh perjalanan ke lokasi kerja. Sedangkan di sini tidak begitu,” paparnya. “Paling penting bagaimana kita menyiapkan kompetensi diri, memaksimalkan kemampuan diri agar bisa mengimbangi kemampuan pekerja luar kaltim,” urainya.

Pada AMPI Samarinda yang dipimpinnya, menaikkan level kemampuan ini, ia terapkan. Ia membuka celah siapapun anggota AMPI yang mau bersinergi secara internal. Ruang diskusi untuk saling sharing terkait bidang usaha masing-masing dan bagaimana pengembangannya, rajin dilakukan. “Ekosistem positif saling berbagi itulah yang kita bangun di AMPI. Proses pembelajaran yang membuka ruang potensi lainnya yang bisa digarap bersama,” jelasnya.

Meski diakuinya pula, menaikkan kualitas dan kecakapan tak semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui. “Terpenting, tumbuhkan niat dahulu. Karena meski difasilitasi dan terdukung sederet program yang baik didepan mata, tanpa niat untuk maju, semuanya jadi zonk,” pungkasnya. (rls)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti