spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Platform Tik Tok Sebagai Media Komunikasi Antarbudaya di Era New Normal

Akibat dari pandemi Covid-19 sejak kurang lebih dua tahun terakhir yang sempat menghentikan beberapa kegiatan dan berdampak pada segala sektor yang makin mengkhawatirkan, membuat pemerintah menetapkan tatanan normal baru atau era new normal.

Tatanan normal baru ini diterapkan agar tidak stagnannya kehidupan dan memperbaiki, serta meningkatkan kondisi ekonomi yang tertekan akibat Covid-19. Dengan masih berlangsungnya Covid-19 sebagai pandemi menuntut kita untuk tetap menjalani kehidupan dengan tatanan baru yang mana adanya perubahan perilaku atau kebiasaan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Imbauan dari pemerintah ini menuntut kita untuk tetap beribadah, bekerja, dan belajar atau melakukan kegiatan lain dengan segala keterbatasan, berdampingan dan juga mampu beradaptasi dengan Covid-19 ini.

Banyak kegiatan yang berlangsung di era new normal ini dibatasi dan dikerjakan tanpa adanya kontak langsung. Sekolah, bekerja, dan kegiatan lainnya sudah banyak dikerjakan dengan konsep jarak jauh atau dialihkan menjadi serba online.

Dengan memanfaatkan penggunaan teknologi berbasis internet, kehidupan dapat tetap berjalan dan kita tetap dapat terhubung dengan satu sama lain walaupun di kondisi sulit seperti ini.

Kegiatan-kegiatan yang banyak berlangsung secara online ini, membuat kita memiliki kesempatan lebih banyak dalam menggunakan media online, terlebih sebagai sarana hiburan di kondisi sulit seperti ini.

Ini tercatat berdasarkan laporan terbaru dari agensi marketing We Are Social dan platform sosial Hootsuite pada awal 2021 yang mengungkapkan bahwa dari 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya telah menggunakan media sosial.

Salah satu media sosial yang menarik perhatian penulis di sini ialah platform Tik Tok dengan penggunanya yang mengalami peningkatan tiga kali lipat selama tahun 2021 di Indonesia; yang awalnya hanya mencapai 37 juta pengguna di awal pandemi, kini meningkat hingga 92,2 juta pengguna (dihitung Per Juli 2021, berdasarkan data internal April 2021, Id Audience) di Indonesia dan menembus 1 miliar pengguna di seluruh dunia pada September 2021.

Selain itu, dengan fitur FYP atau “For You Page” yang merupakan tab berisi kumpulan video berdurasi 15 detik hingga 3 menit yang muncul di timeline atau laman beranda Tik Tok bisa berasal dari pengguna lain (random), teman, orang yang kita ikuti, juga preferensi personal masingmasing, membuat penulis yakin bahwa platform Tik Tok merupakan salah satu media sosial yang efektif untuk kita melangsungkan komunikasi antarbudaya.

Dengan fitur FYP yang biasanya menampilkan video viral secara random dari berbagai negara, suku, ras, agama, dan perbedaanperbedaan antarbudaya yang tak terbatas ini juga dapat dimanfaatkan menjadi sarana edukasi dan komunikasi pengenalan berbagai budaya yang lebih kuat.

Sebagai salah satu pengguna platform Tik Tok, penulis juga merasakan bahwa dengan platform ini kita dapat lebih mengenal budaya lain yang membuat kita lebih mudah untuk toleransi dan berempati. Terutama kita tinggal di Indonesia yang masyarakatnya multikultural, sehingga ketika bertemu dengan perbedaan-perbedaan tersebut secara langsung, banyak hal jadi lebih mudah kita mengerti.

Salah satu contoh yang menarik adalah cara makan es krim cone McDonald’s sempat yang viral di Tik Tok hingga menjadi tren beberapa waktu lalu. Tren ini pertama kali dikenalkan oleh netizen asal Indonesia dengan cara makan yang berbeda dari biasanya.

Jika memesan es krim cone tentu saja kebanyakan orang langsung memakannya dengan cara yang biasa. Namun dalam tren ini, es krim cone—biasanya dua hingga empat cone es krim diletakkan terbalik dalam wadah, kemudian cone dihancurkan, lalu diaduk bersama es krim dan barulah es krim bisa dinikmati.

Bahkan, dengan adanya budaya cara makan baru es krim cone ini, membuat beberapa gerai sampai kehabisan cone karena adanya tren Tik Tok ini.  Tren es krim cone dan #BerkainBersama di Tik Tok

Selain itu, awal tahun 2021, pengguna Tik Tok juga disuguhkan dengan tren #BerkainBersama. Tren ini menormalisasi penggunaan kain menjadi pakaian sehari-hari. Kain; terutama kain batik yang biasa kita lihat dan kita gunakan pada acara-acara tertentu, ternyata dengan tren ini bisa mengubah cara pandang kita terhadap penggunaan kain tersebut. Walaupun hanya dengan satu kain, kita tetap bisa tampil modis dengan memodifikasi penggunaan kain menjadi berbagai style yang menarik.

Dengan adanya platform Tik Tok sebagai sarana seseorang untuk mengkomunikasikan ide, pesan atau informasi yang ingin disampaikan membuat kita berkesempertan mengenal berbagai macam budaya yang ada di dunia ini.

Sesederhana cara makan, cara berpakaian, pandangan terhadap suatu fenomena yang berbeda, membuat kita lebih mengerti bahwa ada beragam manusia di dunia yang tidak bisa kita ukur dengan satu ukuran atau kita pukul sama rata. Di sisi lain, dengan cara kerja FYP yang menampilkan konten-konten random dan durasi video yang singkat, memudahkan kita menjangkau banyak konten yang beragam hanya dengan usapan jari saja.

Tentu saja kita tidak selalu menerima terpaan positif dari konten-konten yang ditampilkan. Namun, penulis bercaya bahwa Tik Tok merupakan platform yang efektif untuk kita melangsungkan komunikasi antarbudaya.

Walaupun mungkin kita tidak selalu bisa memilih konten-konten yang ditampilkan, tapi kita selalu bisa memilih bagaimana cara kita menyikapi konten-konten tersebut. Jadi pilih dan terapkanlah budaya-budaya yang baik, tapi tetap mencerminkan dan tidak menghilangkan identitas budaya bangsa kita. (**)

Oleh: Syazana Zafirah, Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi, Fisip Universitas Mulawarman

 

 

 

 

 

16.4k Pengikut
Mengikuti