spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mengenal Kerbau “Perenang” Asal Muara Wis, Mampu Berenang Hingga 15 Km

Hampir setiap pukul 07.00 Wita, Herta, 52 tahun, pasti meninggalkan rumahnya di Desa Muara Wis, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara. Tujuannya, tak lain tak bukan, pergi ke kandang kerbau yang tak jauh dari kediamannya. Melepasliarkan kerbau peliharaannya mencari makanan di daratan.

Kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Sabtu, 11 Desember 2021, Herta membagikan pengalamannya menjadi peternak kerbau. Saat ini, ia mengaku memiliki 24 ekor kerbau jenis kalang atau rawa. Profesi ini sudah dilakoninya selama 23 tahun sejak 1998. Hewan-hewan ternak tersebut sebenarnya milik orangtua Herta. “Jadi, usaha ini adalah usaha milik keluarga yang keahliannya diteruskan kepada saya,” cerita Herta.

Memelihara kerbau, sambungnya, tidaklah susah karena bisa dilepasliarkan mencari makan sendiri. Herta lebih diuntungkan lantaran Desa Muara Wis dikelilingi danau. Ia dan koleganya tinggal menggiring kerbau-kerbau menggunakan perahu menuju daratan untuk mencari makan. Biasanya, peliharaan Herta menyantap rumput ilalang dan eceng gondok.

“Sore harinya, tinggal digiring kembali ke kandang. Bahkan, biasanya, saya tinggalkan saja mereka di daratan yang memiliki hamparan rumput,” terangnya.

BACA JUGA :  Sengitnya Pertarungan Pilkada Kukar, Ini Pesan Sultan Kutai Kartanegara

Di Muara Wis, sebut bapak enam anak itu, hanya ada dua kelompok peternak kerbau. Masing-masing kelompok beranggotakan 13 dan 18 orang. Total, kedua kelompok tersebut memiliki lebih 450 ekor kerbau. Sebanyak 200 ekor diternak di kandang. Sisanya dilepasliarkan di sekitaran danau.

Lantaran sering berendam di danau, tak sedikit masyarakat menganggap kerbau-kerbau milik Herta unik karena bisa berenang. Daya jelajah berenangnya mencapai 10 sampai 15 kilometer. Peliharaannya juga disebut langka karena konon, kerbau yang bisa berenang hanya ditemukan di hulu Sungai Mahakam yakni di Muara Wis dan Muara Muntai.

Meski demikian, melepaskan hewan ke danau bukannya tak ada risiko. Pernah, kata Herta, kerbaunya dicuri orang tak dikenal. Berbeda jika kerbau dikandangkan, risikonya kecil karena ada yang menjaga. Yang dikhawatirkan paling kandang kebanjiran sehingga ternak harus dipindahkan ke tampat aman.

Usaha kerbau, sebutnya, sangat menjanjikan. Kerbau berusia tiga sampai empat tahun atau telah berbobot kisaran 150 kilogram, sudah memiliki nilai jual. Jika dijual per kilogram, harganya mencapai Rp 100 ribu. “Bila dijual per ekor, harganya bisa Rp 20 juta lebih,” sebutnya.

BACA JUGA :  Polsek Kota Bangun Tangkap 2 Pria, Kantongi Sabu 26,31 Gram

Herta termasuk anggota Tanjung Terakan, kelompok peternak kerbau di Desa Muara Wis. Ketua Tanjung Terakan, Mansyah, mengatakan, kerbau-kerbau yang dipelihara kelompoknya juga usaha turun-temurun. Penghasilan dari usaha tersebut dipastikan cukup memenuhi kebutuhan para peternak.

Mansyah turut membeberkan omzet peternak kerbau. Kerbau berusia satu tahun dihargai mulai Rp 10–11 juta. Sedangkan usia dua tahun sekitar Rp 12-14 juta. “Kalau kerbau dewasa, harganya bisa mencapai Rp 18–20 juta,” bebernya.

Selain dicuri, masalah lain memelihara kerbau adalah berselisih paham dengan warga. Masalahnya, kata Mansyah, kerbau-kerbau kerap memakan rumput milik pertanian warga. Selain itu, kerbau yang melintas di danau juga sering merusak jaring ikan milik nelayan. Mayoritas penduduk Desa Muara Wis berprofesi sebagai nelayan.

“Mengatasi masalah tersebut, biasanya kami membuat pagar di sekitar lahan pertanian,” ucapnya. Meski demikian, ia sepakat, memelihara kerbau tidak susah karena bisa dilepasliarkan. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img