spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Umar, Penderita HIV/AIDS yang Berjuang Melawan Diskriminasi

SANGATTA – Penderita Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) memang cenderung mendapatkan perilaku diskriminasi dari masyarakat. Mereka sering kali dicap sebagai orang dengan perilaku seks bebas.

Hal serupa dirasakan Umar, penderita HIV/AIDS di Sangatta, Kutai Timur (Kutim). Sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA), Umar mengaku acap mendapatkan perilaku diskriminasi dari masyarakat. Bahkan tidak sedikit orang terdekat yang menjauhi dan mengucilkannya.

Hal itu diungkapkan Umar saat berbagi cerita dengan Media Kaltim, Rabu (1/12/2021). Warga Jalan Yos Sudarso, Sangatta Utara ini mengatakan, penderita HIV bisa beraktivitas normal dan mematahkan stigma buruk mengenai HIV itu sendiri.

“Saya terinfeksi HIV sejak 2007 akibat salah pergaulan dan konsumsi barang haram. Waktu itu saya tidak paham informasi, saya hanya mengetahui HIV bisa menular lewat hubungan seks. Tidak tahu bisa juga melalui penggunaan napza (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif, Red.),” cerita Umar.

Umar menambahkan, dukungan orang terdekat menjadi salah satu cara untuk pulih. Ia mengaku mendapat support yang baik dari keluarga. Baginya dukungan orang terdekat dan keluarga dibarengi rutin mengonsumsi obat dan menjalani terapi ARV (antiretroviral) ialah cara pemulihan yang lebih cepat.

BACA JUGA :  Sering Masuk Permukiman Warga, BKSDA Kaltim Selamatkan Induk dan Anak Orang Utan di Muara Wahau

“Kalau ditanya kenapa bisa sesehat ini karena terapi ARV (Antiretroviral, Red.). Terapi itu sangat penting, kalau disuruh minum ya diminum. Diminum seumur hidup dan tepat waktu jangan sampai terlambat,” ujar pria berusia 38 tahun ini.

Dia mengatakan, kebanyakan orang terinfeksi merasa sedih, mengurung diri dan tidak memiliki dukungan dari keluarga. Hal itu yang membuat kebanyakan penderita HIV/AIDS cenderung stres. Akibatnya, malas mengonsumsi obat dan menjalani terapi.

“Jika bertemu dengan teman-teman kita harus encourage (memberi dorongan, Red.). Bagaimana caranya pelan-pelan berbicara dengan keluarga atau kemudian mencari kelompok dukungan,” ungkap Umar.

Perilaku diskriminatif dari masyarakat juga pernah dialaminya. Ia takut untuk bertemu bahkan bercerita kepada orang. Ia kemudian menyadari bahwa stigma dan perilaku diskriminatif tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman. Umar akhirnya memutuskan untuk berbicara.

“Akhirnya sejak hari itu saya memutuskan bahwa (penderita) HIV harus punya wajah. Kalau kita terus bersembunyi kemudian kita meminta orang agar tidak mendiskriminasi, sementara ODHA juga mendiskriminasi dirinya sendiri tidak akan selesai,” tambahnya.

BACA JUGA :  Cari Figur Berintegritas, Demokrat Kutim Buka Pendaftaran Calon Kepala Daerah

Meskipun begitu, permasalahan tidak berhenti pada stigma saja. Ia menyebutkan masih banyak masyarakat yang berpikir HIV/AIDS disebabkan moral yang tidak baik. Karena itu, jangankan untuk berobat, untuk memeriksa diri saja mereka malu.

Menurut Umar, diskriminasi dari lingkungan sekitar membuat seseorang menjadi takut dan malu untuk sekadar memeriksa apakah tertular HIV/AIDS atau tidak. Apalagi lingkungan terdekat mereka tidak memberi dukungan karena adanya stigma pada penyakit ini.

“Kalau keluarga memberikan dukungan total untuk memeriksa atau berobat, tentunya orang yang rentan atau ODHA akan mau ke dokter dan penyebaran virus ini pun dapat ditekan,” kata Umar.

Umar kemudian memberikan pesan untuk orang yang baru mengetahui dirinya positif HIV untuk jangan menyangkal serta memaafkan diri dan menghadapinya secara ikhlas. Tidak lupa pula untuk mencari kelompok dukungan jika sulit menceritakannya kepada orang tua.

Kelompok dukungan bisa diketahui melalui dokter. Selain itu tambahnya, jangan lupa menjalani terapi ARV. Menjalani perawatan sebelum diri memasuki fase AIDS akan mempercepat pemulihan. “Puskesmas akan menjamin kerahasiaan data pasien. Hasil tes akan diketahui 15 menit setelah tes dilakukan,” katanya.

BACA JUGA :  Gebyar Expo Gelaran Diskop Kutim Disambut Baik Pelaku UMKM

Kini Umar sebagai pendamping ODHA untuk wilayah Kutim. Umar mendampingi sekitar 50 ODHA di Kutim yang memerlukan dukungan.”Sampai saat ini saya aktif mendampingi ODHA, terus memberikan support dan membantu untuk menguatkan diri mereka serta aktif berbagi pengalaman,” ujarnya. (ref)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.