spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tanam Buah, Kurma, dan Kopi di di Tengah Tambak, Usia Senja Yoga Terus Berinovasi

TENGGARONG – Tangan Slamet Prayogo sudah berlepotan tanah ketika selesai mengganti polybag dari 35 tanaman jeruk keprok borneo. Alumnus Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, tersebut, kemudian berdiri dan memindahkan tumbuhan itu ke persemaian. Setelah pekerjaan tadi rampung, lelaki berusia 61 tahun ini menuju kebun kopi. Daun-daun kering yang masih melekat di pokok kopi ia bersihkan.

Pada Senin, 29 November 2021, Yoga, sapaannya, sibuk mengurus kebun di pesisir Pangempang, Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara. Desa itu terletak 48 kilometer di utara Samarinda. Dari sebuah dermaga di Muara Marangkayu, kebun Yoga dicapai dengan berperahu selama 20 menit.

Kebun ini berdiri di pesisir pantai tak jauh dari sebuah dermaga nelayan berukuran kecil. Ada banyak pohon bakau di sekelilingnya. Beberapa burung raja udang yang hidup di hutan mangrove nampak sibuk memangsa ikan. Luas kebun yang Yoga miliki 60 hektare. Ia mulai menggarapnya pada 2010. Kebun dibagi empat petak dan Yoga hari itu menuju petak dua di dekat lokasi wisata Pantai Indah Kurma.

Sudah beberapa bulan belakangan, Yoga telaten merawat 100 pohon kopi. Jenisnya adalah liberica yang ditanam di lahan seluas 2 hektare dengan jarak tanam 4 meter x 5 meter. Ia mendapatkan bibit dari Desa Prangat Baru, Marangkayu, Kutai Kartanegara, desa yang dikenal sebagai Kampung Kopi Luwak. Yoga juga sibuk mengurus 500 bibit kopi siap tanam di polybag berukuran sedang. Sementara untuk bibit yang belum siap tanam, ada ribuan yang tersimpan di polybag berukuran 25 cm x 25 cm.

“Ribuan bibit ini harus dirawat sebelum benar-benar ditanam di kebun,” tutur Yoga kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com yang berkunjung ke kebunnya.

Yoga dan kopi adalah dua hal yang tak terpisahkan. Ia adalah pemilik Malabar Mountain Coffee di Bandung, Jawa Barat, tempat ia tinggal. Malabar Mountain Coffee punya kebun kopi di Kota Kembang yang dijadikan tempat wisata. Yoga mulai mengembangkannya sejak 2012.

“Ilmunya mau saya tularkan di sini. Kalau tambak dan buah-buahan di pesisir, sudah biasa. Saya mau tanam kopi,” terangnya.

Muara Badak dipilih sebagai lokasi karena Yoga sudah mengenal Kaltim. Ia kuliah di Unmul pada dekade 1980-an. Yoga menambahkan, alasan memilih bibit kopi dari Prangat Baru adalah untuk menyampaikan pesan bahwa Benua Etam memiliki potensi kopi yang menjanjikan.

“Kopi sebenarnya bisa ditanam di mana saja, yang penting cara merawatnya,” terang Yoga.

Gagasannya tak sampai di situ. Ia menerapkan konsep baru yang merupakan gabungan dari dua metode yang sudah ada. Namanya adalah silvo-agrofishery, paduan dari silvofishery dan agrofishery. Silvofishery adalah budi daya ikan (fishery) yang dipadukan dengan penanaman mangrove (silvo). Adapun agrofishery adalah metode bertani yang memadukan budi daya perikanan (fishery) dengan pertanian (agro).

“Saya memadukan semuanya, makanya disebut silvo-agrofishery. Ada udang dan ikan bandeng (fishery), hutan mangrove (silvo), serta berbagai tanaman buah dan kopi (agro),” urai Yoga memaparkan konsepnya. “Cari saja di Google, belum ada yang menerapkan konsep gabungan seperti ini, lho,” sambungnya.

Percobaan ini dibuat di petak seluas 2 hektare. Petak tersebut telah dikelilingi tambak berbentuk persegi yang dikelola dengan metode cincin. Isinya udang dan ikan bandeng. Di tengah-tengah tambak, Yoga menanam tanaman agro seperti jeruk, mangga, kueni, arumanis, nangka, jambu manis, dan kelapa. Ada juga kurma yang sudah berbuah, ditambah tanaman kopi. Bagian tepi petak yang berbatasan dengan tambak ditanami bakau. “Hasilnya bagus. Bandengnya besar-besar,” kata dia.

Yoga pun sudah memikirkan konsep bisnis ini ke depan. Lokasi silvo-agrofishery ini akan dijadikan edukasi wisata. Pengunjung bukan hanya bisa menikmati pantai sekaligus menyantap aneka buah. Wisatawan akan mendapat pengetahuan tentang silvo-agrofhisery dari sekolah lapangan di lokasi ini.

“Bagi masyarakat sekitar, bukan hanya ekonomi yang berputar. Ilmu juga mereka dapat. Itu harapan saya. Semoga masyarakat bisa menerapkan juga,” tutupnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti