SAMARINDA – PWNU Kalimantan Timur menyesalkan pemilihan diksi “Patung Istana” yang terpampang di postingan Instagram BEM KM UNMUL yang jadi buah bibir di dunia maya.
Syaparudin Wakil Ketua PWNU Kaltim mengatakan, kata-kata di Postingan BEM KM UNMUL tidak mencerminkan mereka sebagai kaum terdidik yang baik. Menurutnya, demokrasi tidak identik dengan pilihan narasi dan diksi yang buruk. Tapi ruang demokrasi harus diisi dengan narasi, diksi dan argumentasi yang kuat dan berorientasi pada ikhtiar perbaikan.
“Pilihan diksi Patung Istana sangat kita sesalkan. Sebab tidak mencerminkan mereka sebagai kaum terdidik yang baik. Demokrasi tidak identik dengan pilihan narasi dan diksi yang buruk,” katanya Rabu (3/11/2021).
Dirinya menambahkan adab itu diatas ilmu, beradab itu lebih utama dari sekadar berilmu. Sebagai mahasiswa selain dituntut memiliki kecerdasan intelektual, menurut dia, tapi juga harus memiliki kecerdasan spritual. “Sebaiknya mulailah belajar adab atau akhlak agar generasi penerus kita bisa menjadi generasi Ulul Albab (generasi cerdas dan memberi kemaslahatan kehidupan),” ucapnya.
Terpisah Sekretaris GP Anshor Kaltim Herman A Hassan menilai kalimat “Kaltim Berduka Patung Istana Merdeka Datang ke Samarinda” merupakan argumen tak berdasar dan mencerminkan kemunduran intelektual mahasiswa. Mahasiswa diminta memberi argumentasi yang berdasar, dan jangan terprovokasi narasi oposisi tanpa basis informasi dan data yang akurat. Menurutnya kritik dan fitnah memilik dasar berbeda yang harus dipertanggungjawabkan.
“Silakan aja searching di internet apa-apa saja yang dilakukan Kiai Maruf. Banyak, bahwa beliau kurang tanpak di media justru lebih menonjol kegiatan Presiden Jokowi, ya sudah tentu harusnya begitu. Masa Wapres yg dituntut lebih eksis dari presidennya. Apa nggak lebih konyol,” tegasnya. (red)