BALIKPAPAN – Jamaludin, 54 tahun, masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai pemulung meski matahari sudah hampir terbenam. Keringat yang membasahi keriput pipinya tak mematahkan semangat mengorek-ngorek bak sampah di Jalan Gunung Guntur, Gunung Sari Ulu, Balikpapan Tengah. Botol-botol plastik dan besi, ia sisihkan. Benda-benda tersebut akan dijualnya kepada penadah barang bekas. Meski hasilnya tak banyak, kata Jamaludin, sudah lumayan untuk menyambung hidup.
Kamis, 7 Oktober 2021, pukul 16.30 Wita, di tengah rutinitasnya, Jamaludin menemukan sebuah kotak kardus terikat rafia di bak sampah tersebut. Berat kotak yang berbeda dari biasanya membuat Jamaludin penasaran. Ia pun membuka kotak tersebut. Isinya gumpalan kertas. Di balik gumpalan ada boneka. Tapi, saat boneka tersebut diangkat, Jamaludin terperanjat. Ia meralat pernyataan awalnya.
“Pas saya angkat, saya lihat ada kelaminnya. Ternyata jasad bayi,” ucap Jamaludin kepada kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com. Jenis kelamin jasad yang masih utuh itu, sebutnya, adalah laki-laki.
Penemuan tersebut membuat Jamaludin kaget bukan kepalang. Ia segera melaporkannya kepada ibu-ibu yang sedang lari sore. Setelah memeriksa jasad bayi, ibu-ibu tadi mengadukannya kepada sekuriti penginapan. Warga pun ramai berdatangan. Jamaludin mengaku, selama memulung di kawasan tersebut, baru kali ini menemukan bayi.
Tak lama kemudian, polisi juga datang. Setelah memeriksa sebentar, polisi membawa jasad bayi ke rumah sakit untuk diautopsi. Kepala Kepolisian Sektor Balikpapan Utara, Komisaris Polisi Danang Aries Susanto, mengaku belum mengetahui siapa pemilik dan penaruh bayi tersebut di bak sampah. Kepolisian masih menyelidiki semua hal tersebut. Polisi juga tengah memintai keterangan sejumlah saksi terkait.
“Kami juga masih memeriksa CCTV di sekitar lokasi penemuan jasad bayi,” singkat Kompol Danang Aries, Jumat, 8 Oktober 2021.
SEBAB-SEBAB ORANGTUA BUANG ANAK
Patria Rahmawaty, psikolog dari Balikpapan, menjelaskan sejumlah kriteria orangtua yang tega membuang darah dagingnya sendiri. Pertama, orangtua yang memiliki emosional labil. Manusia seperti ini cenderung tidak memiliki sikap tanggung jawab. Sehingga, ketika ada masalah anak, mereka kerap menghadapinya dengan cara instan.
“Cara singkatnya, ya, itu, menelantarkan atau membunuh anaknya tanpa mau mencarikan solusi yang bijak,” kata Patria kepada kaltimkece.id, jaringan mediakaltim.com.
Dosen piskolog dari Politeknik Negeri Balikpapan itu turut membeberkan masalah-masalah anak yang dihadapi orangtua hingga berbuat gelap mata. Salah satunya adalah konflik asmara. Misalnya, hamil di luar nikah. Atau, menjadi korban pemerkosaan. Mereka lalu menganggap kehamilan sebagai aib. Selain asmara, masalah ekonomi juga sering menjadi pemicunya.
“Tapi enggak bisa diperkirakan mengenai usia orang yang memiliki emosional labil. Mau tua atau muda, semua punya peluang yang sama,” jelas Patria. Selain emosional labil, orangtua yang membuang anaknya biasanya memiliki gangguan jiwa. Akan tetapi, Patria menyakini, peluang orang dalam gangguan psike membuang buah hatinya sangat kecil. (kk)