Arus Sungai Manggar di Balikpapan Timur sedang deras-derasnya ketika Dinda, 10 tahun, bukan nama sebenarnya, berdiri di atas kapal. Keinginan untuk berenang terpaksa Dinda tunda sementara. Akhirnya, ia hanya duduk-duduk di kapal bersama adiknya dan teman sebayanya, panggil saja Nanda, 11 tahun.
“Tolong sekalian jaga adikku,” pinta Dinda kepada Nanda seperti ditirukan kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com. Kamis (30/9/2021), pukul 09.00 Wita, beberapa menit setelah perkataan tadi, Nanda tiba-tiba meloncat ke sungai. Padahal, kata Dinda, temannya itu tak mahir berenang.
Apa yang dikhawatirkan Dinda terjadi. Di antara arus sungai yang kencang, Nanda kelabakan dan menjerit minta tolong. Dinda yang pandai berenang segera melompat. Ia menarik Nanda mendekati kapal. Upayanya berhasil. Tangan Nanda menjangkau ban yang menempel di samping kapal.
Sayangnya, tenaga Nanda sudah terkuras sebelumnya. Arus yang masih deras menyebabkan pegangannya terlepas. Dinda berusaha menolong sahabatnya lagi. Kali ini, Nanda berhasil meraih tali kapal. Pegangannya sekali lagi terlepas. “Dia terseret arus dan menghilang,” tutur Dinda.
Didera kepanikan, Dinda naik ke darat. Ia melaporkan kejadian tersebut kepada warga setempat. Warga bergegas mencari sekaligus melapor kepada pihak berwajib. Petugas dari kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Balikpapan, dan Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Balikpapan atau Basarnas Kaltim, akhirnya tiba di lokasi kejadian. Mereka bersama sejumlah warga mencari Nanda. Seorang nelayan yang menyelam menemukan tubuh Nanda dan mengangkatnya dari dasar sungai pada pukul 10.45 Wita.
“Korban ditemukan sekitar 10 meter dari lokasi kejadian dalam kondisi meninggal dunia,” jelas Kepala Basarnas Kaltim, Melkianus Kotta. Jenazah Nanda dibopong ayahnya ke puskesmas. Ibunya pingsan melihat putri kesayangannya. Dari puskesmas, jenazah korban dibawa ke rumah duka dan dikebumikan.
Nanda adalah anak keempat dari lima bersaudara. Dara kelahiran 2011 itu seharusnya masih duduk di bangku sekolah dasar kelas lima. Orangtuanya berjualan di tepi pantai wisata di Balikpapan Timur. Semasa hidup, kenang sang ibu, Nanda selalu membantunya berjualan. Putrinya itu pun jarang mengeluh. “Rajin sekali dia membantu saya,” lirih ibu Nanda.
Ia membenarkan, buah hatinya tak bisa berenang. Nanda juga bukan anak yang suka bermain air. Ketika masih tinggal di pantai, Nanda disebut tak pernah mau berenang di laut. Paling-paling, mendiang hanya bermain di pinggir pantai. “Makanya, saya kaget sekali dengar dia berenang di sungai,” tutur ibunda Nanda.
Berdasarkan catatan Basarnas Kaltim, sejak Januari sampai September 2021, sudah 34 anak yang tenggelam di Kaltim. Paling banyak di Balikpapan, 27 anak, termasuk Nanda. Dua korban di Samarinda, dua di Kutai Timur, dan tiga di Kutai Kartanegara. Semua korban berusia 0-17 tahun. “Hampir semuanya berakhir meninggal dunia,” kata Kepala Seksi Operasi Basarnas Kaltim, Octavianto.
Basarnas memberi perhatian khusus dalam kasus ini. Octavianto berpesan, orangtua harus meningkatkan pengawasan terhadap anak. Cara tersebut dinilai paling efektif menekan angka kasus anak tenggelam. (kk)