spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bahaya Hidup Hedonisme, Belajar dari Kasus Mahasiswi yang Menipu Ratusan Orang

Mengenakan kaus tahanan dan masker, PN, tersangka kasus penipuan, berdiri tegak di halaman Markas Kepolisian Resor Kota Balikpapan. Perempuan 19 itu tak berbuat apa-apa ketika dugaan kejahatannya dibeberkan polisi. Ia cuma tertunduk sambil menilik borgol yang membelenggu kedua tangannya pada Senin (27/9/2021) siang.

Kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, PN juga tak banyak berkata-kata. Mahasiswi di sebuah universitas di Balikpapan ini hanya bilang, investasi bodong mulai dia buat pada Juli 2021. Pengikut investasinya sekitar 250 orang.

PN ditangkap polisi di rumahnya di Jalan MT Haryono, Balikpapan Selatan, Sabtu, 25 September 2021. Ia dituding menipu dan menggelapkan uang milik ratusan orang dari berbagai kota. Modusnya, PN disebut membuka layanan investasi proyek Pertamina. Modal yang ditanamkan dalam investasi ini akan berbunga 75 persen. Syaratnya, para investor diharuskan menyetorkan modal minimal Rp 2 juta. Modal dan bunganya dijanjikan PN kembali dalam waktu 10-20 hari setelah modal diterima.

Setelah ditelusuri polisi, PN rupanya tidak pernah menginvestasikan uang ke Pertamina. Ia malah menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang mewah. Seperti Samsung S21 Ultra, iPhone 12 Pro Max sebanyak dua unit, hingga iPad Pro. PN juga baru membeli laptop merek Asus dan Playstation 5. Ada lagi sebuah sepeda motor trail Yamaha WR 155R, gitar listrik, hingga empat tas bermerek Everbest.

Polisi menyebut, PN memiliki gaya hidup hedon. Ia gemar mengenakan barang-barang mewah. Padahal, PN berasal dari keluarga pas-pasan. “Ya, tersangka menggunakan uang para korban membeli barang-barang mewah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal, Polresta Balikpapan, Komisaris Polisi Rengga Puspo Saputro.

PENTINGNYA ILMU AGAMA

Hedonisme memang bisa menjerumuskan seseorang ke dunia hitam. Patria Rahmawaty, psikolog dari Balikpapan, memberikan penjelasan. Manusia akan mulai mencari jati diri ketika memasuki usia antara 11 dan 12 tahun, atau setelah lulus sekolah dasar. Di masa inilah, manusia membentuk karakter dengan menyelaraskan lingkungan di sekitar.

Patria menyarankan, ilmu agama dan budi pekerti sebaiknya ditanamkan dalam diri manusia sejak dini. Ilmu-ilmu tersebut akan membentuk mental manusia. Mental turut memberi andil besar buat manusia dalam menentukan jati dirinya.

Selepas lulus sekolah menengah atas, psikososial atau psikologis manusia terhadap interaksi sosial dalam mencari jati diri akan lebih dinamis. Pada masa ini, manusia, terutama yang memiliki emosional labil, cenderung lebih sulit dikendalikan, agresif, melawan, memberontak, dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

“Saat itu, muncul kebingungan remaja mencari kondisi yang dianggap sempurna dan dapat memahami dirinya,” jelas dosen piskolog di Politeknik Negeri Balikpapan itu.

Pada masa itu pula, sambung dia, manusia biasanya memasuki lingkungan baru seperti dunia kampus. Orang-orang di sekitarnya bisa datang dari mana saja, mulai kalangan bawah hingga atas. Pertemuan baru ini, akan memengaruhi lingkungan di sekitarnya. Contohnya, kehidupan mewah satu mahasiswa bisa saja menggoda teman-teman yang lain untuk bergaya hidup serupa.

“Seleksi alam bekerja. Mereka yang memiliki norma-norma sosial yang cukup, bisa menghadapi lingkungan baru dengan bijak,” katanya. Dampak untuk diri sendiri dan lingkungan pun menjadi positif. Seperti bunga yang dirawat dengan baik, ketika memasuki masa ranum, wanginya akan memanjakan hidung para penciumnya. “Karena mentalnya sudah siap,” terangnya.

Akan tetapi, lingkungan baru juga bisa mencelakakan jika yang menghadapi manusia minim mental. Manusia seperti ini disebut cenderung mengikuti lingkungan. Mereka tak peduli dengan kondisi sosialnya. Apakah ekonominya mampu atau tidak, asalkan bisa mengikuti gaya hidup, mereka bisa melakukan apa saja. Perbuatan kriminal sekalipun, tidak menutup kemungkinan. Seperti PN, kata Patria menyimpulkan. “Jadi, ingat, religiositas yang ditanamkan akan menentukan karakter seseorang,” tutup perempuan berkaca mata itu. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti