Hari sudah beranjak petang ketika Juwanah alias Julia, 26 tahun, menutup sambungan telepon genggamnya. Pegawai divisi pemasaran dari sebuah perusahaan pialang saham di Samarinda itu, baru saja selesai berbicara dengan ibunya yang tinggal di Kecamatan Muara Ancalong, Kutai Timur. Juwanah harus menghentikan obrolan pada Senin (6/9/2021), itu karena suatu urusan.
“Sudah dulu, ya. Saya mau ketemu orang, ada urusan,” tutur Juwanah kepada ibunya di ujung pembicaraan, sebagaimana dituturkan Ida, 40 tahun, adik kandung ibunda Juwanah kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com.
Rupanya, Juwanah sudah ditunggu RS (34). Lelaki itu telah siap di dalam mobil yang diparkir dekat kantor di sebuah pusat perbelanjaan di Samarinda Ulu. RS yang bekerja sebagai sopir di perusahaan yang sama, mengajak Juwanah bertemu kenalannya. RS bilang, kenalannya itu hendak menjadi nasabah perusahaan. Urusan bertemu calon klien tentu saja tugas Juwanah dari bagian pemasaran. Perempuan itu pun manut ketika RS memacu kendaraan milik perusahaan. Ia tak pernah tahu, ajakan itu hanya siasat di balik niat yang amat jahat.
Kendaraan meluncur ke Jalan Kadrie Oening. Juwanah yang mengenakan busana bergaya Korea –mini dress hitam motif bunga emas– duduk di kabin depan. Di tengah perjalanan menuju Kelurahan Air Hitam, RS menepikan kendaraan. Ia singgah sebentar di sebuah minimarket. Menurut pengakuannya di muka polisi, RS membeli sebilah pisau dapur. Ia kembali ke kursi kemudi tanpa menunjukkan perangai yang mencurigakan.
Malam sudah jatuh ketika lelaki yang tinggal di Kelurahan Gunung Kelua, Samarinda Ulu, itu melancarkan rencana jahatnya. Kendaraan melintasi jalan dua jalur di Kadrie Oening yang mulai lengang. Di antara kegelapan, RS menusuk bahu kanan Juwanah. Dua kali. Ia menyiku pipi kanan sehingga tulang pipi Juwanah patah saat itu juga sebagaimana hasil autopsi.
Masih menurut pengakuan RS kepada petugas, penganiayaan berakhir ketika perut kiri Juwanah ditusuk saat melewati Jalan Pangeran Suryanata, Bukit Pinang. Juwanah yang lahir di Muara Ancalong pada 25 Mei 1995 itu pun meninggal dunia. RS segera menepikan mobil. Ia mengambil barang-barang berharga. Ada dua telepon genggam bermerek Apple yaitu iPhone 11 dan iPhone 12 Pro Max, hingga perhiasan seperti kalung, cincin, gelang, dan uang tunai jutaan rupiah.
“Pukul sembilan malam, tersangka (RS) membawa korban ke Jalan AP Mangkunegara (Poros Samarinda-Tenggarong), Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar. Jasad korban dibuang sekitar 20 meter dari tepi jalan,” jelas Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan, Satuan Reserse Kriminal Polresta Samarinda, Inspektur Polisi Dua Dovie Eudy, Sabtu (25/9/2021).
Keesokan paginya, Selasa (7/9/2021), kerabat Juwanah di Muara Ancalong mulai heran. Tak seperti biasanya, telepon genggam Juwanah tidak aktif. Pesan yang dikirim pun tak masuk-masuk. Kekhawatiran menyeruak.
Keluarga datang ke kantor kepolisian setempat dan melaporkan kasus orang hilang. Mereka juga menyebarkan informasi di media sosial. Nomor kontak yang dicantumkan adalah milik Ida, tante Juwanah. Setelah 16 hari tanpa kabar, jasad Juwanah ditemukan. “Keponakan saya itu tulang punggung keluarga,” tutur Ida yang tinggal di Kecamatan Muara Ancalong, Kutai Timur.
Juwanah adalah anak satu-satunya dari pasangan Bapak Bani dan Ibu Yana. Lahir dan besar di Muara Ancalong, ia pernah menikah dan memiliki putri berusia delapan tahun. Juwanah menjadi orangtua tunggal setelah berpisah dengan pasangannya.
Pada 2018, Juwanah merantau ke Samarinda dan tinggal di sebuah indekos. Putrinya diasuh kedua orangtua Juwanah di kampung halaman. Setelah bekerja di sebuah perusahaan di Kota Tepian, kariernya cemerlang. Hal itu tak lepas dari pribadinya yang ulet, pekerja keras, dan supel. Kehidupan ekonominya pun membaik. Selain membantu keluarga di Muara Ancalong, Ida mengatakan, Juwanah disebut membeli rumah di Samarinda pada 2021 ini.
Sejauh ini, Juwanah diketahui mengontrak rumah di Jalan Kadrie Oening, Air Hitam. Di garasi rumahnya, terparkir sebuah mobil Honda HRV merah. Rumah tersebut telah diperiksa petugas untuk kepentingan penyelidikan.
“Mendiang adalah tulang punggung keluarga yang sangat baik dengan keluarga di sini. Semua teman dan keluarga di kampung tahu, kok,” sambung Ida yang tinggal berdekatan dengan rumah orangtua Juwanah. Ia mengatakan, sering mengobrol dengan keponakannya. Juwanah tidak pernah mengatakan punya pasangan atau hubungan khusus di Samarinda. Ia hanya dekat dengan beberapa teman perempuan. Selebihnya, kenalannya adalah rekan-rekan sekantor.
PEMBUNUHAN BERENCANA
Perbuatan RS terhadap kolega kerjanya dianggap sebagai pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati. Menurut Ipda Dovie Eudy dari Polresta Samarinda, sangkaan itu didasari dari pembelian senjata tajam sebelum kejahatan. Rencana pembunuhan juga diketahui dari ajakan menemui calon nasabah yang dikarang hanya untuk mengajak korban.
Ipda Dovie menambahkan, tersangka mengaku sering bertemu korban. RS disebut tergiur melihat benda-benda berharga Juwanah seperti perhiasan hingga telepon pintar keluaran terbaru. Dari situlah niat merampas bermula. RS yang ditangkap pada Kamis (23/9/2021), juga disebut berbelit-belit memberikan keterangan. Pada awalnya, lelaki itu mengaku menjalin kasih dengan Juwanah. Padahal, keduanya hanya rekan kerja.
RS kini ditahan di Mapolresta Samarinda dan masih menjalani pemeriksaan. Polisi sudah menggeledah rumahnya dan mendapati sejumlah alat bukti. Sementara itu, jenazah korban diautopsi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Ipda Dovie mengatakan, kepolisian belum bisa memberikan keterangan lebih detail sebelum seluruh hasil pemeriksaan diperoleh. (kk)