Samboja sudah menumpah-ruahkan airnya sejak Kamis malam, 2 September 2021. Hujan deras di kecamatan paling selatan Kutai Kartanegara itu baru berhenti Jumat (3/9/2021) pagi. Sejumlah pemukiman penduduk terendam karena banjir yang ditengarai disebabkan aktivitas pertambangan.
Informasi dari pemerintah kecamatan, tiga kelurahan diterjang banjir yaitu Sungai Seluang, Margomulyo, dan Wonotirto. Banjir terparah mendera Sungai Seluang dengan ketinggian air sepinggang orang dewasa.
Kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Camat Samboja, Khalis Abniswarin, mengatakan, sudah mengevakuasi warga di lokasi terparah. Masyarakat untuk sementara mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Sejumlah personel dari Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan para relawan, sudah berjaga-jaga sejak dinihari.
Camat menambahkan, banjir tidak disebabkan cuaca belaka. Kerusakan alam di Samboja turut berperan. Menurut Khalis, saat ini ada tiga tambang yang beroperasi di kecamatan yang berbatasan dengan Balikpapan tersebut. Belum termasuk aktivitas tambang ilegal. Khalis menyebutkan, resapan air yang berkurang menjadi penyebab banjir saat ini sangat parah. “Memang seperti itu. Saya tidak ingin berspekulasi lebih jauh,” jelasnya.
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim pernah melaporkan aktivitas tambang ilegal di Samboja. Menurut catatan Jatam, ada tiga titik tambang ilegal di Samboja. Ketiganya berlokasi di Kelurahan Ambarawang, dekat Waduk Samboja, dan di Kelurahan Sungai Merdeka.
Kembali ke Camat Samboja, Khalis mengatakan masih mendata warga yang terdampak banjir. Ia belum bisa memastikan jumlah jiwa yang terdampak. Yang jelas, banjir di tiga kelurahan belum surut hingga Jumat petang. Hujan dan banjir juga disebut sempat memutus aliran listrik di tiga kelurahan. Jaringan komunikasi pun sempat tak bisa digunakan.
Di tempat terpisah, Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kukar, Mursidik, mengatakan bahwa satgas penanggulangan bencana di tingkat kecamatan telah disiagakan. Pemkab Kukar telah menyiapkan antisipasi pascabencana secara terstruktur dan sistematis. Peralatan keselamatan dan logistik penunjang sebagian mulai dikerahkan. Begitu pula bantuan bahan makanan bagi masyarakat terdampak.
“Pemerintah tak bisa sendirian dalam penanganan musibah. Kontribusi swasta dan masyarakat menjadi begitu sentral dalam penanganan bencana,” pesannya.
Mursidik menambahkan, masyarakat di wilayah rawan banjir diminta waspada. Pada saat curah hujan tinggi seperti sekarang, warga disarankan rutin memantau debet air maupun mencari informasi yang tepat di dunia maya. “Ketika kondisi sudah mengkhawatirkan, secepatnya cari lokasi tinggi atau tempat mengungsi. Keselamatan paling utama,” ingatnya. (kk)