spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tata Etika Masyarakat Pelestari Keris (3)

Apabila dalam bahasan beberapa waktu yang lalu berkaitan dengan Tata Etika dengan orang lain baik antara yang muda kepada yang lebih tua atau sebaliknya, sehingga apabila aturan tersebut dipatuhi maka akan menghindari salah pengertian satu sama lain. Apabila dengan penuh kesadaran seluruh pelestari keris mengaplikasikan dalam pergaulan dengan sesama pelestari keris, maka nilai keris tetap terjaga adiluhungnya, kemudian makna sebagai tuntunan dan tatanan serta tontonan juga tetap terpelihara.

Kali ini kita bahas perihal mem-Budayakan keris di tengah keluarga, tujuannya agar regenerasi tetap tercipta dan tidak berhenti di kita saja. Pertama ajaklah putra-putri meminyaki keris menggunakan minyak singer saja, murah meriah dan mudah untuk mendapatkannya. Alat yang dipergunakan adalah kuas Lukis yang kecil, digunting ujungnya agar tidak terlalu banyak menyimpan minyak.

Proses meminyaki keris harus dilakukan dengan suasana santai tidak buru-buru, disertai dengan obrolan yang sifatnya menjelaskan filosofi keris. Siapkan koran sebagai alas keris setelah diminyaki, dan tempatkan keris yang telah diminyaki dengan posisi berdiri terbalik, yaitu sisi tajam di bawah, agar minyak cepat turun dan membasahi koran disertai dengan karat yang ada di bilah.

Lakukan kebiasaan meminyaki keris ini secara periodic, bisa sebulan sekali atau dua bulan sekali, tergantung kesiapan Anda. Apabila besok malam tiba waktunya untuk meminyaki keris, sampaikan secara lisan dengan lembut kepada putra dan putri, agar ikut serta meminyaki keris. Apabila dilakukan secara rutin maka putra dan putri Anda akan mengingatkan kapan waktunya meminyaki keris. Dan apabila yang mengajak meminyaki keris adalah putra dan putri Anda, sebaiknya turuti kemauannya, tinggalkan kesibukan sejenak, karena disitulah regenerasi telah tercipta.

Setelah putra dan putri Anda telah memiliki ketertarikan terhadap keris, usahakan untuk memberikan kado ulang tahun berupa keris kepadanya. Sampaikan kepadanya, bahwa keris ini adalah sebagai lambang tanggung jawab dari anak kepada orang tua, agar anak memiliki keberanian untuk melindungi keluarga, memiliki tanggung jawab untuk merawat sebuah pusaka, serta memiliki kepedulian terhadap pelestarian karya budaya. Sampaikan pula bahwa makna simbolis antara keris lurus dan keris luk kepadanya, agar anak sudah mendapat gambaran yang lengkap tentang keris. Pelan-pelan ajari menghitung luk keris, kemudian kenalkan beberapa ricikan keris mulai dari kembang kacang, lambe gajah, Jalen, sogokan, greneng dan lain-lain.

Mari kita rubah kebiasaan lama yang telah dilakukan oleh kakek-nenek kita dahulu, yang menganggap keris adalah benda berbahaya, sinengker dan tidak boleh dilihat oleh anak cucunya. Justru mulai sekarang, pajanglah koleksi keris Anda di tempat terbuka yang mudah dilihat oleh siapapun keluarga di rumah, kecuali pusaka Anda yang mungkin saja perlu disimpan tersendiri. Tempat menyimpan keris dapat berupa kendaga (kotak kaca), lemari kaca, blawong, jagrak maupun dibuatkan tempat khusus sesuai selera dan inovasi Anda.

Dan yang paling penting, siapkan keris yang akan dikenakan putra dan putri Anda saat menjadi pengantin kelak. Karena bagi seorang penggemar keris dan pelestari budaya sejati, pantang melihat anaknya saat menikah mengenakan keris yang berasal dari salon tata rias pengantin. Penulis pernah melihat keris salon ternyata isinya adalah bekas drum minyak tanah yang dikasih warangka gaya Surakarta. Jadi kita sebagai orang tua harus sudah menyiapkan keris yang memiliki warangka gaya Surakarta, untuk dipergunakan oleh anak cucu kita kelak saat duduk di kuade (kursi pengantin). Kelihatannya perkara mudah, tapi beberapa penggemar keris di Jawa yang pernah penulis hadiri pernikahan putra-putrinya merasa terlupa menyiapkan keris milik keluarga.

Kemudian kepada putra dan putri Anda bahkan keluarga besar Anda, mulai ajarkan bagaimana Tata Etika Masyarakat Pelestari Keris dalam pergaulannya, sehingga kelak dapat langsung nyambung ketika berjumpa dengan pelestari keris lainnya. Istilah Bahasa Jawa “Anak polah Bapak Kepradah” juga akan terjadi di masyarakat perkerisan. Ketika anak tidak mengerti tata aturan dengan sesama pelestari keris, maka ketika ada hal yang dilanggar akan ada komentar seperti ini “Padahal bapaknya santun sekali, anaknya kok gak ngerti sopan santun”, atau “anaknya siapa kok kurang ajar sekali sama orang yang lebih tua”, atau “Gak pernah diajari sopan santun oleh orang tuanya”

Bila Anda sekeluarga mendapat undangan ke kediaman seseorang yang lebih sepuh atau jabatannya lebih tinggi dan kebetulan memiliki beberapa keris. Saat acara ramah tamah sampaikan kepada tuan rumah, “Mohon bapak berkenan memberikan pelajaran Kaweruh Padhuwungan buat anak saya.” Apabila tuan rumahnya tertarik membahas keris, maka akan segera mengambil keris untuk dapat dibabar bersama. Namun bila tuan rumah tidak tertarik membahas keris, sebaiknya tidak perlu memaksa untuk membahas keris. Alihkan pembicaraan ke hal lain yang sesuai dengan keinginan tuan rumah.

Kemudian bila bertemu dengan seseorang yang lebih sepuh tapi sibuk menjelaskan keris dari sisi kleniknya, tuah-tuahnya, dongeng-dongengnya dan cerita gak masuk akal lainnya, ajari putra-putri Anda untuk tetap mendengarkan dengan santun. Setelah selesai berdiskusi dengan orang tersebut, segera sampaikan kepada putra dan putri Anda bahwa keris memiliki sisi eksoteris dan isoteris. Di zaman yang serba canggih saat ini sisi isoteris yang bisa diambil adalah makna simbolis dan filosofisnya saja bukan cerita kleniknya. Yang utama adalah sisi eksoterisnya, dimana sebilah keris yang baik adalah yang utuh, wesi (besi bermutu), garapnya bermutu, sepuh, pamornya bagus, bajanya bermutu dan wangun (anggun) yang disingkat TUH-SI-RAP-PUH-MOR-JA-NGUN.

Terakhir saat bertemu dengan seseorang yang lebih senior (sepuh) tapi tidak memiliki kepedulian terhadap karya budaya khususnya keris, tingkat pengetahuan terhadap keris masih sepotong-sepotong, dan kadangkala memiliki persepsi negative tentang keris. Tolong diajari putra-putri Anda untuk tetap mendengarkan dengan santun, sampai orang tersebut selesai dengan komentarnya. Setelah jelaskan bahwa motivasi mengoleksi keris adalah untuk melestarikan karya budaya Nusantara yang adiluhung, karena dalam keris memiliki makna simbolis dan filosofis yang berguna baik kehidupan manusia. Menjadi pelestari pusaka dan budaya Nusantara tidaklah mudah, membutuhkan perjuangan dan kesabaran baik mental maupun spiritual. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya, agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. (Habis)

Ditulis oleh: Begawan Ciptaning Mintaraga
Bidang Edukasi Senapati Nusantara (Anggota Dewan Pembina Panji Beber Kota Bontang)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img