spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Menikmati Pesona Sejarah dan Alam Samarinda Lewat Wisata Susur Sungai Mahakam

SAMARINDA, ibu kota Kalimantan Timur, memiliki daya tarik wisata yang unik dengan keberadaan Sungai Mahakam yang membentang megah. Sungai ini bukan sekadar aliran air biasa, melainkan saksi bisu perjalanan panjang sejarah peradaban di tanah Borneo. Dahulu, Mahakam menjadi jalur utama transportasi bagi masyarakat, termasuk pada masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Kini, wisata susur sungai menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati keindahan alam sekaligus menyelami kisah masa lalu yang terukir dalam setiap aliran airnya.

Saya Hanafi wartawan dari Media Kaltim bersama rekan-rekan wartawan lainnya mendapat kesempatan untuk merasakan sendiri pengalaman wisata susur sungai menggunakan kapal kayu tradisional yang diberi nama Kapal Wisata Pesut Bentong. Undangan ini datang dari H. Ishak, Ketua Perhimpunan Kapal Wisata Mahakam, sebuah organisasi yang menaungi pengusaha kapal wisata di Samarinda.

Pada kesempatan itu Ishak dengan antusias ingin mengenalkan lebih jauh pesona wisata air ini.

“Kapal ini memang kapal kayu tradisional, bentuknya memanjang dengan dua tingkat. Dulu, kapal seperti ini banyak digunakan sebagai kapal penumpang di Sungai Mahakam hingga sekarang masih ada yang jika ingin ke hulu sungai mahakam menggunakan kapal seperti ini,” ujar H. Ishak beberapa waktu yang lalu.

Bentuknya kapal yang khas dengan dua tingkat memungkinkan wisatawan menikmati pemandangan Sungai Mahakam dari berbagai sudut.

Hembusan angin yang lembut, deburan ombak kecil di sisi kapal, serta panorama tepian sungai yang dipenuhi rumah panggung dan perahu nelayan, menciptakan suasana yang membawa kami seolah kembali ke masa lalu.

Jalur Wisata Susur Sungai: Dari Kota Samarinda Hingga Tenggarong

Wisata susur sungai ini menawarkan beberapa pilihan rute, mulai dari perjalanan singkat mengelilingi Kota Samarinda hingga perjalanan lebih jauh menuju Tenggarong atau daerah bersejarah lainnya.

Rute Kota Samarinda: Perjalanan berdurasi sekitar satu jam ini membawa wisatawan menyusuri area pusat kota, melewati bangunan-bangunan bersejarah di tepian sungai, serta melihat aktivitas keseharian masyarakat yang masih bergantung pada Sungai Mahakam.

Banyaknya lalu-lalang kapal tugboat dan kapal tongkang pengangkut batu bara menjadi pemandangan sehari-hari di sungai bersejarah ini.

Wisatawan yang ingin menikmati pengalaman lebih mendalam dapat memilih perjalanan ke destinasi ini. Selain pemandangan alam yang lebih asri, perjalanan ini juga memperlihatkan kehidupan masyarakat pesisir yang masih mempertahankan budaya lokal mereka.

Rute Tenggarong dan Kutai Lama: Perjalanan menuju Tenggarong membawa wisatawan lebih dekat dengan sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara. Di sini, wisatawan dapat mengunjungi Museum Mulawarman yang menyimpan berbagai peninggalan kerajaan serta mengikuti atraksi budaya yang kerap digelar di daerah ini.

Di beberapa destinasi tertentu, seperti Kutai Lama, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai atraksi budaya.

“Kalau ke Kutai Lama, biasanya ada penyambutan khas yang mengikuti adat setempat,” kata H. Ishak.

Kampung Ketupat dari sisi sungai. (Foto: Hanafi)

Menyelami Jejak Sejarah Samarinda

Lebih dari sekadar perjalanan wisata, susur Sungai Mahakam juga menjadi cara untuk memahami sejarah Kota Samarinda. Diatas kapal sudah disediakan pemandu wisata yang akan menceritakan jejak sejarah Kota ini yang memiliki akar yang kuat dari perpindahan suku Bugis Wajo yang hijrah akibat Perang Gowa pada abad ke-17.

Saat itu, Belanda bersama Arung Palakka menyerang Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin. Akibat kekalahan ini, banyak orang Bugis Wajo yang menolak tunduk kepada Belanda dan memilih hijrah, termasuk ke Kesultanan Kutai.

Rombongan yang dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona diterima dengan baik oleh Sultan Kutai dan diberikan tempat bermukim di sekitar Muara Karang Mumus hingga Kawasan Kampung Selili.

Nama Samarinda sendiri diyakini berasal dari istilah Sama Rendah, dari bahasa Kutai  yang mencerminkan filosofi kesetaraan sosial di antara para pendatang dan penduduk asli.

Dimasa itu, Rumah-rumah rakit yang dibangun di atas air memiliki tinggi yang sama, melambangkan tidak ada perbedaan status sosial, baik antara pendatang maupun penduduk asli.

Kampung Selili merupakan salah satu pemukiman yang cukup tua yang ada di kota Samarinda, dimana pertama kali warga wajo diterima oleh Kerajaan Kutai dan diberikan tempat disekitar tepi Sungai Mahakam diwilayah tersebut.

Tetapi warga wajo tidak lama tinggal disana karena kontur tanah yang tinggi sehingga warga wajo sangat sulit melabuhkan kapal-kapal mereka yang mayoritas nelayan, yang akhirnya warga wajo dipindahkan keseberang yang sekarang di sebut Kecamatan Samarinda Seberang.

Di Kampung Selili atau sekarang disebut Kelurahan Selili, banyak rumah-rumah panggung dan wilayah ini sekarang terkenal dengan pabrik-pabrik tahu nya, banyak pabrik Tahu yang menyimpan bahan bakarnya berupa kayu nampak disusun rapi, dan kami dari kapal pun bisa melihat bangunan rumah terbuat dari kayu nampak hitam karena efek pembakaran kayu untuk produksi tahu ini.

Kawasan Kampung Selili, banyak nampak rumah panggung dan pabrik tahu berdiri dipinggir sungai mahakam. (foto: Hanafi)

Kampung Ketupat: Wisata Kuliner dan Budaya di Tepian Mahakam

Selain wisata susur sungai, ada satu lagi destinasi unik yang kami lewati saat menaiki kapal wisata, yaitu Kampung Ketupat. Terletak di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kampung Ketupat merupakan kawasan wisata yang menawarkan pengalaman melihat langsung proses pembuatan ketupat secara tradisional.

Didirikan pada 11 Agustus 2017 melalui program pemberdayaan masyarakat, Kampung Ketupat kini menjadi salah satu ikon wisata kuliner dan budaya di Samarinda.

Wisatawan yang berkunjung ke sini dapat menyaksikan para pengrajin ketupat yang dengan cekatan merangkai anyaman daun kelapa menjadi ketupat siap isi.

Daya tarik utama Kampung Ketupat meliputi, Pemandangan Sungai Mahakam dengan latar belakang Jembatan Mahkota II, Proses pembuatan ketupat yang masih dilakukan secara turun-temurun dan Kuliner khas Samarinda yang berbasis ketupat, seperti ketupat sayur dan ketupat kandangan.

Selain berwisata kuliner, wisatawan juga bisa merasakan langsung kehangatan masyarakat setempat yang masih mempertahankan tradisi mereka.

Pemandangan Jembatan Mahkota (Jembatan Achmad Amins) dari atas Kapal Wisata  sungai mahakam. (Foto: Hanafi)

Tiga Jembatan Ikonik di Atas Sungai Mahakam

Melintasi Sungai Mahakam menjadi pengalaman menarik, terutama dengan pemandangan tiga jembatan ikonik di Samarinda, yaitu Jembatan Mahakam I, Jembatan Mahakam IV (Jembatan Kembar), dan Jembatan Mahkota (Jembatan Achmad Amins, sebelumnya Jembatan Mahkota II).

Jembatan Mahakam I dibangun pada 1983-1986 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Agustus 1986. Jembatan ini menghubungkan Samarinda Kota dan Samarinda Seberang dengan spesifikasi, panjang 400 meter, lebar 10 meter, tinggi: 5 meter, bentang terpanjang 100 meter, dan Konstruksi Rangka dari baja Hollandia Kloos (desain Belanda).

Jembatan Mahakam IV atau Jembatan Kembar, dibangun untuk mengatasi kepadatan di Jembatan Mahakam I, jembatan ini memiliki panjang 220 meter, lebar 16,9 meter, dan clearance vertikal 22 meter.

Pembangunannya dilakukan dalam dua tahap melalui APBD Kaltim 2012-2013 Rp 171 miliar, APBD 2015-2018 Rp 253 miliar, Ketiga jembatan ini tidak hanya berperan dalam transportasi, tetapi juga menambah keindahan Sungai Mahakam.

Pemandangan kapal dan perahu yang melintas menjadikan perjalanan semakin berkesan bagi masyarakat dan wisatawan.

Menutup Perjalanan dengan Kenangan Tak Terlupakan

Perjalanan menyusuri Sungai Mahakam dengan Kapal Wisata Pesut Bentong bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan denyut sejarah yang masih hidup di tepian sungai.

Dari jejak sejarah suku Bugis Wajo hingga kehidupan masyarakat pesisir saat ini, semuanya berpadu dalam harmoni yang menjadikan Samarinda sebagai destinasi yang kaya akan budaya dan sejarah.

Saat matahari mulai terbenam di ufuk barat, warna keemasan menyelimuti permukaan Sungai Mahakam.

Kami menatap panorama yang begitu menenangkan, menyadari bahwa perjalanan ini bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan juga perjalanan waktu yang membawa kami lebih dekat dengan akar sejarah Samarinda.

Bagi siapa saja yang ingin menikmati pesona Samarinda dari perspektif berbeda, wisata susur Sungai Mahakam dengan Kapal Wisata  adalah pilihan yang tidak boleh dilewatkan.

Sebuah perjalanan yang mengajarkan kita bahwa di balik gemerlap kota modern, masih ada kisah-kisah lama yang menunggu untuk diceritakan kembali.

Penulis: Hanafi
Editor: Nicha R

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

62.1k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img