spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Eksoteri dan Isoteri pada Keris (1)

I. Eksoteri pada Keris

Kita patut bangga karena ISI Surakarta merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Keris dan Senjata Tradisional, sehingga apabila semakin dalam mengetahui seluk beluk perkerisan di era modern ini tidak lagi dianggap suka pada hal-hal yang sifatnya klenik. Ilmu Pengetahuan tentang Keris oleh seluruh Pelestari Keris Nusantara sudah disepakati dengan istilah Kerisologi, diharapkan ada mahasiswa yang membuat skripsi, tesis maupun disertasi tentang keris sehingga ketika dipahami oleh khalayak sebagai Bidang dari Ilmu Pengetahuan.

Sejak Keris Indonesia diakui dan dikukuhkan oleh Unesco sebagai “a Masterpiece of the Oral and Intangble Heritage of Humanity”, maka seluruh masyarakat Indonesia wajib melestarikan keberadaan keris dan melengkapi dengan beragam ilmu pengetahuan yang sifatnya ilmiah. Pengembangan Pengetahuan Ilmu Perkerisan selain sudah ada beberapa literatur, Museum Keris dan wisata ke Kota Keris Sumenep juga ada Program Studi di ISI Surakarta serta tulisan di mediakaltim ini. Keris merupakan bagian dari kekayaan budaya Nasional yang wajib dilindungi keberadaannya.

Ide-ide dari generasi Milenial sudah seharusnya diberi wadah dan ditampung agar tidak meluap begitu saja. Tanggung Jawab Regenerasi yang dapat dikatakan sukses apabila kita dapat memulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu Keluarga. Ajaklah istri, anak atau sanak saudara untuk mengetahui istilah-istilah perkerisan, kemudian pelan-pelan masukkan muatan simbolisasi dan makna filosofisnya. Ajarilah bagaimana melihat keris secara utuh baik bilah maupun warangkanya, dan menikmati keindahan dalam balutan busana daerah Nusantara.

Word of Mouth (dari mulut ke mulut) dilingkungan keluarga, Paguyuban Pelestari Tosan Aji hingga membuat proposal Pameran ke Dinas Kebudayaan setempat akan semakin menggelorakan seangat melestarikan keris. Pameran Keris akan membuat masyarakat semakin paham bagaimana keindahan masing-masing keris, dari daerah mana dan bagaimana bentuknya. Kemudian ketika seseorang ingin memiliki keris, sudah tersedia pula Aktivitas Mahar-Memahar disekitar lokasi Pameran tersebut.

Eksoteris Keris adalah berbagai hal yang berkaitan dengan Fisik Keris: mulai dari Dhapur yang mengidetifikasi bentuk keris tersebut, jumlah luknya atau lurus, serta berbagai Ricikan yang menyertai keris tersebut, kesempurnaan penggarapan keris, ketelitian terhadap detil, dan indahnya ornament keris misalnya lung-lungan kamarogan atau kinatah, hingga ke selut dan mendak yang adakalanya dihias dengan intan dan permata, keindahan dederan (danganan) pada keris, sampai dengan keindahan warangka dan gayanya masing-masing, hingga pada saat memperlakukan keris dikala keris tersebut disimpan di kendaga, blawong, singep dan lemari kaca.

Inovasi dan Rekayasa Dhapur Era Baru diluar Dhapur-dhapur yang terlebih dahulu ada, harus mulai di tawarkan kepada generasi muda, karena melestarikan keris tidak hanya sekedar merawat keris warisan leluhur, namun juga harus menciptakan bentuk-bentuk baru agar dapat dikenang oleh generasi selanjutnya. Sebagai contoh, keris dhapur Sengkelat, ketika pertama kali diciptakan di masa Kerajaan Majapahit adalah keris baru di zaman itu. Kemudian di putrani (di contoh) oleh mpu-mpu berikutnya dengan Garapan yang lebih baik, sehingga tidak lagi dapat dikenali mana keris Sengkelat yang pertama kali dibuat oleh Mpu.

Kebebasan dalam berekspresi untuk inovasi bilah keris tidak ada batasnya, meskipun beberapa leluhur tetap wanti-wanti agar tetap mempertahankan:

  1. Keris harus terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian bilah keris termasuk pesi dan bagian ganja. Bagian bilah hingga pesi melambangkan lingga, sedangkan bagian ganja melambangkan yoni. Dalam falsafah Jawa, persatuan antara Lingga dan Yoni merupakan perlambang akan harapan atas kesuburan, keabadian (kelestarian) dan kekuatan.
  2. Bilah keris harus selalu membuat sudut tertentu terhadap ganja (disebut condong leleh). Bukan tegak lurus, kedudukan bilah keris secara umum adalah miring alias condong yang merupakan perlambang bahwa bangsa Nusantara senantiasa tunduk dan hormat kepada Sang Pencipta, kepada sesama Umat Manusia dan kepada Alam Semesta (Tata Paugering Urip).
  3. Ukuran panjang bilah keris yang lazim di masing-masing daerah berbeda-beda, namun disepakati secara umum misalkan di Jawa panjang keris antara 33-38 cm, di Bali dan Lombok diatas 38 cm kecuali keris Bali gaya Jawa, di keris-keris Melayu juga antara 30-37 cm. Terlalu pendek atau terlalu panjang, sehingga tidak memenuhi estetika perlengkapan busana, dapat disebut bukan keris namun keris simbolis saja.
  4. Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam, yaitu besi, baja dan bahan pamor dapat berupa meteor atau nikel

Di Indonesia, keris yang memiliki Nilai eksoteris tinggi adalah keris yang terawat, diberikan penghormatan berupa hiasan seperti perak, emas dan batu mulia, menggunakan kayu-kayu pilihan, beberapa keris juga memiliki symbol-simbol tertentu misalnya Singa Barong, Singa Lar, Singa Kilin, Nagasasra, Nagasapta, Nagaraja, hingga hiasan burung, gajah dan lain-lain. Ketika seorang pemilik memiliki kedudukan tinggi, maka untuk semakin memuliakan keris koleksinya tidak segan-segan diberi hiasan kinatah yang berlapis emas.

Hingga saat ini ada sekitar 240 Dhapur Keris yang telah terdaftar, apabila generasi Millenial akan membuat desain baru harus diluar desain-desain Dhapur yang telah ada tersebut. Meski banyak kreasi Dhapur dari kolektor sayangnya tidak terdokumentasi dengan baik sehingga tidak tersosialisasikan kepada khalayak. Senapati Nusantara siap mendokumentasikan kreasi dhapur-dhapur baru tersebut. (Bersambung)

Ditulis oleh:
Begawan Ciptaning Mintaraga
Bidang Edukasi Senapati Nusantara
(Anggota Dewan Pembina Panji Beber Kota Bontang)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti