I. Bahan Dasar Wilahan (Bilah) Tosan Aji
Menurut beberapa ahli mpu yang telah membabar keris, kualitas keris yang baik ditentukan oleh bahan baku untuk membuat wilahan (wilah) yang terdiri atas:
- Besi tempa sekitar 12 kg (untuk keris lurus) sampai 18 kg (untuk keris luk), dan sekitar 10 kg apabila hendak membuat tombak.
- Baja biasanya diperlukan untuk ada-ada pada keris dan tombak dengan berat sekitar 600gram sampai dengan 1 kg
- Bahan pamor, konon untuk meteor sekitar 350 gram, sedangkan untuk nikel biasanya dibutuhkan sekitar 125 gram.
Bahan baku yang disebut diatas, hanya berlaku untuk pembuatan sebilah keris Jawa Tengahan yang lazim dengan panjang antara 33cm sampai dengan 38cm. Beberapa keris ada yang corok, artinya melebihi ukuran lazim yaitu 39 sampai dengan 43cm. Keris-keris yang corok biasanya berasal dari Jawa Barat (Cirebonan), Jawa Timur (Tuban, Blambangan, dan beberapa keris Madura). Sedangkan ukuran Panjang bilah keris Jawa dan Lombok hampir rata-rata diatas 40cm, sehingga membutuhkan bahan baku yang lebih banyak dibandingkan dengan keris Jawa Tengahan.
Yang mula-mula digarap terlebih dahulu adalah besi sehingga bersih dari kotoran termasuk kandungan arang atau karbonnya. Proses membersihkan besi tempa ini di dunia perkerisan di Pulau Jawa disebut masuk atau mbesot. Besi dipanaskan hingga merah membara lalu ditempa berkali-kali, apabila sudah mulai redup baranya dimasukkan ke tungku api lagi dan ditempa lagi, demikian prosesnya sampai benar-benar lumer dan bagus kualitasnya. Setelah besi memanjang, lalu dilipat seperti huruf āUā lalu ditempelkan satu sama lain dan ditempa lagi berulang-ulang hingga akhirnya menjadi kodokan.
Jumlah lipatan huruf āUā itu menurut Bambang Harsrinuksmo dalam buku Ensiklopedi Keris terbitan Gramedia, yang paling sedikit adalah keris-keris Blambangan yaitu 8 lipatan. Apabila diurutkan berdasarkan jumlah lipatan, maka selanjutnya untuk keris Tuban kisaran 16-30 lipatan, keris Madura rata-rata 32 lipatan, keris Pajajaran dan keris Tuban lama kisaran 64 lipatan, keris Pajang 128 lipatan, keris Mataram kisaran 256 lipatan, keris era Majapahit kisaran 2.048 lipatan dan yang paling banyak adalah keris era Sedayu yaitu kisaran 4.000 lipatan.
Bahan baku besi yang dipergunakan untuk membuat sebilah keris, menurut Cak Saebuddin atau dikalangan perkerisan kota Malang diberi gelar Mpu Ki Semaya Jaya asal Pakis antara lain: besi karang kijang, besi purosani, besi mangangkang, besi walulin, besi katum, besi kamboja, besi ambal, besi sinduaji, besi tumpang, besi warani dan masih banyak lagi. Pengrajin keris asal Sumenep Madura ini memang sosok yang hebat dalam menilai berbagai macam besi.
Untuk bahan pamor secara umum memang ada dua jenis yaitu batu meteor dan batu nikel, namun di kalangan pengrajin keris Madura ditemukan juga bahan pamor berup besi penawang yaitu besi putih lunak yang tidak gampang berkarat. Namun memiliki kelemahan pada saat menjadi pamor cenderung pudar dan sulit untuk dikeluarkan pamornya meskipun di warangi berkali-kali.
Tempat kerja mpu pengrajin keris atau tombak disebut besalen, yang terdiri atas tungku api, besi landasan yang disebut paron, palu besar, palu tengahan disebut panimbal, palu kecil disebut pethik, dan palu paling kecil. Untuk mengambil wilahan dari tungku dipergunakan alat penjepit yang ada tiga jenis, mulai yang besar, tanggung dan kecil. Alat-alat lainnya ada tatah, paju, kikir, pangot, bor besi, tempat air, arang kayu, dan kain kopoh.
Tahapan pekerjaan dalam membuat keris antara lain: Netes (menetak), Ngingkut (mendesak kanan dan kiri), Nyingkap (membuka ukuran agar sesuai), Nyilakake Waja (menyibak baja), Ngleseh (menyempurnakan), Mepeh (membentuk bagian-bagian penting). Seorang mpu pengrajin keris juga seperti layaknya tukang jahit, yaitu memiliki emal (contoh) bentuk dapur-dapur tertentu agar tidak meleset dari bentuk yang diinginkan.
Tahapan setelah wilahan jadi, maka selanjutnya adalah membuat ganja. Di kalangan perkerisan Jawa-Bali, Ganja Keris ada 10 jenis antara lain: Ganja Biasa, Ganja Bathok Mengkurep, Ganja Maskumamang, Ganja Kuwalik, Ganja Yuyu Rumpung, Ganja Sepang, Ganja Kinatah, Ganja Wilut, Ganja Kelap Lintah dan Ganja Dhungkul. Untuk pesanan khusus (disebut Kalawija) ada pula Ganja Iras yaitu Ganja yang menjadi satu dengan wilahan keris.
Agar wilahan keris yang telah dikerjakan di besalen tersebut kuat dan tidak mudah patah, maka proses akhir adalah nyepuh. Sepuh Biasa adalah wilahan yang membara dicelupkan dalam wadah yang berisi minyak kelapa dengan posisi pesi dibawah dan ujung keris diatas, setelah 3 menit dimasukan ke dalam bak yang berisi air biasa. Sepuh yang tidak biasa tidak perlu diperjelas, namun cukup disebutkan saja namanya antara lain: Sepuh Jilat, Sepuh Racun dan Sepuh Upas.
Bentuk wilahan keris dari proses diatas masih berwarna putih, namun apabila dilihat lebih detil ada hiasan pamor yang masih samar-samar. Untuk memunculkan pamor samar tersebut, maka dilakukan proses yang dinamakan Ngewarangi. Bahan warangan adalah air jeruk nipis murni tanpa air, dicampurkan dengan bubuk warangan yang bahannya adalah arsenikum dengan takaran 1kg jeruk nipis dengan 30gram arsenic. Sekali-sekali diangkat untuk dilihat pamornya apabila sudah pas sesuai keinginan maka usai sudah proses mewarangi keris tersebut (Bersambung)
Ditulis oleh:
Begawan Ciptaning Mintaraga
Bidang Edukasi Senapati Nusantara
(Anggota Dewan Pembina Panji Beber Kota Bontang)