SAMARINDA – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, G. Budisatrio Djiwandono, bertemu dengan jajaran pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim, secara virtual, Selasa (10/8) sore tadi. Banyak hal yang dibahas dalam pertemuan melalui sarana Zoom tersebut. Namun, persoalan terbanyak yang dibahas adalah di sektor pertanian dalam arti luas, yang sesuai dengan bidang kerja Komisi IV DPR RI.
“Saya berterima kasih dengan jajaran pengurus PWI Kaltim, sudah berkenan berjumpa melalui virtual. Mohon maaf, karena pandemi, belum bisa tatap muka langsung. Semoga nanti bisa diagendakan untuk kembali silaturahmi di Samarinda,” sebut wakil rakyat dari Fraksi Partai Gerindra daerah pemilihan Kalimantan Timur ini.
Dikatakan Budisatrio, sudah lama merencanakan pertemuan dengan jajaran pengurus PWI Kaltim. Namun terkendala dengan berbagai aktivitas. “Kolega saya, anggota DPRD Kaltim dari Partai Gerindra, Akhmed Reza Fachlevi, akhirnya membantu mengomunikasikan pertemuan ini dengan rekan-rekan PWI Kaltim,” bebernya.
Dalam pertemuan yang dipandu Ketua PWI Kaltim, Endro S. Efendi, dihadiri tak kurang dari 15 orang pengurus PWI Kaltim. Di antaranya Ketua Dewan Kehormatan PWI Kaltim, Intoniswan, serta Sekretaris PWI Kaltim Wiwid Marhaendra Wijaya dan Bendahara PWI Kaltim Henny.
Kegiatan virtual itu dimanfaatkan Budisatrio untuk memperkenalkan dirinya dan cakupan kerjanya. Budisatrio mengaku, sengaja memilih duduk di Komisi IV DPR RI, bidang pertanian dalam arti luas, karena menyukai bidang ini. “Saya yakin, ke depan, pertanian adalah sektor yang sangat penting, dan strategis. Saya bercita-cita Kaltim nanti tidak hanya jadi produsen migas dan batu bara, tapi juga unggul dalam pertanian,” harapnya.
Lahan di Kaltim yang sangat luas, menurutnya adalah potensi yang bisa dikembangkan. Walaupun karakter lahannya tidak sama dengan di Jawa, Sumatra dan Sulawesi. “Sekarang masih banyak produk pangan didatangkan dari luar Kaltim. Termasuk daging sapi. Banyak produk pangan harus bergantung dengan daerah lain,” bebernya.
Ia berharap, ke depan produk lokal akan menjadi tuan di daerahnya sendiri. Caranya dengan melakukan identifikasi kekuatan di masing-masing kabupaten dan kota di Kaltim.
Dalam hal lingkungan hidup, politis muda ini mengatakan, sumber daya alam di Kaltim tiada duanya. “Saya sering masuk hutan di Kaltim, ada banyak keanekaragaman hayati yang menjadi incaran dan membuat iri dunia luar,” ujarnya.
Karena itu, harapannya pembangunan ekonomi diselaraskan dengan pelestarian lingkungan hidup. “Kita tetap butuh batu bara dan CPO untuk mencukupi kebutuhan energi. Tapi keberlanjutan alam dan keanekaragaman hayati juga harus dipikirkan secara jangka panjang,” urainya.
Dikatakan Budisatrio, selama ini dirinya mengaku kurang tampil ke media massa. Padahal, sebagai politisi, hal itu sangat penting. “Kami di Partai Gerindra dididik menjadi pejuang, tidak harus gembar-gembor ke publik. Harapannya, keteladanan dan contoh yang diberikan melalui kerja nyata, bisa bicara dengan sendirinya,” bebernya.
Karena itu, ia pun memohon maaf kepada wartawan yang selama ini kurang intensif memberikan informasi terkait kerja yang ia lakukan. “Ke depan semoga bisa kerja sama, saling sharing. Saya sangat senang kalau media mau meliput kegiatan yang tujuannya untuk kemajuan Kaltim,” imbuhnya.
Menurutnya, banyak sudah kerja nyata yang sudah dilakukan dan manfaatnya sudah mulai dirasakan para petani dan nelayan di Kaltim. Termasuk ibu rumah tangga yang dibantu dengan program program pangan lestari. Sehingga ibu-ibu memiliki pekarangan sendiri memenuhi kebutuhan sayur mayur sehari-hari. “Semoga bisa menjalin hubungan konstruktif dan produktif. Saya senang menerima masukan dan kritikan,” kata pemilik hobi membaca dan olahraga ini.
Meski digelar virtual, diskusi berlangsung hangat dan akrab. Banyak persoalan yang ditanyakan para wartawan terkait sektor pertanian. Tak ketinggalan, rencana pemindahan ibu kota negara ke Kaltim juga mengemuka dalam diskusi tersebut. Semuanya dijawab dan dijelaskan Budisatrio secara gamblang. (red)