PERJUANGAN melawan pandemi Covid-19 di Balikpapan tampaknya masih panjang. Sejumlah upaya tengah disiapkan Pemkot Balikpapan. Di antaranya meniadakan isolasi mandiri atau isoman di rumah bagi warga terpapar virus corona. Termasuk berencana membuat tempat isolasi khusus di kapal, dibantu TNI/Polri yang bertugas menjemput pasien.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Andi Sri Juliarty, mengatakan bahwa pandemi di kota ini belum mereda. Indikatornya angka harian kasus Covid-19 yang masih kategori gawat. “Total kasus harian masih di atas 400,” kata Dio, panggilan pendeknya, Jumat (6/8/2021).
Meski kasus naik, kapasitas tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) pasien Covid-19 justru menurun. Saat ini, sebut Dio, BOR isolasi Covid-19 di 11 rumah sakit se-Balikpapan adalah 88,54 persen. Sedangkan BOR intensive care unit (ICU) Covid-19 di tempat yang sama yaitu 89,70 persen.
“Jumlah BOR turun dalam tiga hari terakhir. Sebelumnya, sempat menyentuh 90-an persen,” sebut perempuan berkerudung itu.
Dio meyakini, belum meredanya kasus Covid-19 karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat di Kota Minyak, datang terlambat ketimbang Jawa dan Bali. Oleh sebab itu juga, ia belum bisa memprediksi kapan badai pandemi bisa berakhir.
“Kasus di Jawa-Bali itu sudah menurun. Mudah-mudahan dalam dua minggu kasus di sini (Balikpapan) juga bisa turun,” ujarnya.
Sebagai ikhtiar menekan kasus Covid-19, Pemkot Balikpapan resmi menghapus isoman di rumah. Semua pasien terkonfirmasi positif virus corona, kata Dio, harus menjalani isolasi di tempat yang sudah disiapkan pemerintah. Seperti Hotel Grand Tiga Mustika, asrama haji, atau rumah sakit. Hal tersebut dilakukan karena isoman di rumah dinilai menjadi tempat penularan Covid-19 paling tinggi.
“Karena penularan enggak berhenti-berhenti. Jadi, jika ketemu pasien positif, hari pertama harus masuk isolasi tersentral,” jelasnya.
Gagasan meniadakan isoman di rumah, terang Dio, disampaikan Kepala Kepolisian RI, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo; dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat berkunjung ke Balikpapan sejak Kamis malam, 5 Agustus 2021. Oleh karena itu, petugas kepolisian dan TNI dipastikan ikut serta dalam misi tersebut. “Tadi diarahkan. TNI dan Polri akan melakukan penjemputan jika ada yang menolak diisolasi,” terangnya.
Pada kesempatan berbeda, Jenderal Listyo Sigit membenarkan jika pasien Covid-19 wajib menjalani perawatan di tempat yang sudah disiapkan pemerintah atau isolasi terpadu. Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, diperkirakan ada 20 ribu pasien Covid-19 di Kaltim menjalani isoman di rumah. Andai kondisi tersebut terus dibiarkan, Sigit meyakini pandemi akan sulit diatasi.
“Di fasilitas kesehatan, fasilitas medis dan tenaga kesehatannya tentu jauh lebih lengkap. Jadi, edukasi perawatan di isolasi terpadu harus ditingkatkan,” jelas Kapolri saat mengisi sambutan dalam acara vaksinasi Covid-19 massal di Balikpapan Sport and Convention Center, Jumat pagi.
Pada kesempatan sama, Marsekal Hadi Tjahjanto meminta kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan pelacakan terhadap orang-orang yang berkontak erat dengan pasien Covid-19 di Kaltim. Pasalnya, dari data yang dimiliki TNI, kegiatan tracing Covid-19 masih jauh dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Syarat WHO, pelacakan itu harus 1 banding 30. Di Indonesia, baru 1 banding 15. Jadi harus ditingkatkan lagi. Karena tracing sangat penting untuk menekan lanju penularan,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud, menambahkan bahwa pihaknya berencana menambah fasilitas isolasi terpadu. Uniknya, isolasi tambahan ini bukan berada di darat, melainkan menggunakan kapal alias isolasi terapung. Namun terkait teknisnya belum bisa dijabarkan karena masih berupa wacana.
“Kami akan ada pembahasan dengan Kementerian Kesehatan mengenai kapal isolasi ini. Jadi, tunggu saja hasilnya,” tutupnya. (kk)