SAMARINDA – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu perhatian utama pemerintah saat ini. Universitas Mulawarman mengadakan “Virtual Training UMKM Bangkit di Masa Pandemi” sebagai bentuk pelatihan kepada para pegiat UMKM di Kaltim.
Pelatihan virtual tersebut merupakan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) angkatan 47 oleh Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat (P2KPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M). Digelar pada 26 dan 27 Juli 2021.
Rektor Universitas Mulawarman, Profesor Masjaya, mengungkapkan kebanggaan dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dan yang bekerja sama dengan LP2M dalam rangka memberi peran dan arti dalam membangkitkan ekonomi UMKM ditengah kondisi sulit saat ini.
“Karena saat ini memang kita semua merasakan bagaimana dampak covid-19 yang melanda kita. Sehingga semua pada posisi tidak normal. Semua di posisi sangat memprihatinkan. Sehingga perlu karya-karya atau inovasi-inovasi baru sehingga kita tidak terlena, kita tidak terpuruk sama sekali, kita tetap bisa melalui pandemi ini,” ucap Prof Masjaya.
Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi Wongso, menjadi salah satu narasumber dalam “Virtual Training UMKM Bangkit di Masa Pandemi”. Memaparkan materi Program Penciptaan 10.000 Wirausaha Baru di Kota Samarinda.
Program tersebut merupakan satu dari 10 program unggulan Pemkot Samarinda di bawah kepemimpinan Wali Kota Samarinda, Andi Harun; dan Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi Wongso. Yaitu program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (Pro Bebaya).
Rusmadi Wongso mengatakan, melahirkan wirausaha baru merupakan jalan mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Dalam paparannya, jumlah pengangguran di Indonesia pada 2020 sebanyak 6,68 juta orang. Dan diperkirakan pada 2021 menyentuh angka 12,7 juta akibat pandemi Covid-19.
Di Samarinda, pada tahun 2019 pengangguran berjumlah 25.139 orang atau 5,87 persen. Bertambah menjadi 35.423 orang atau 8,25 persen pada 2020. Masyarakat miskin Samarinda pada 2019 semula 39.800 orang atau 4,59 persen, bertambah menjadi 41.920 orang atau 4,76 persen.”Masyarakat miskin bekerja di sektor informal dan UMKM,” ucap Rusmadi Wongso.
Masih berdasarkan pemaparan Wakil Wali Kota Samarinda, di Indonesia 99,9 persen atau 64,14 juta dari 64,19 juta UMKM adalah usaha mikro kecil. Dan 82,9 persen UMKM kolaps. Hanya 5,9 persen tumbuh positif pada masa pandemi Covid-19.
Data UMKM di Samarinda pada 2019 adalah 89.799 tersebar di 10 Kecamatan. Terbanyak adalah usaha mikro, yakni berjumlah 61.201.
District Head Gojek Kalimantan, Mohamad Agusnadi, menyampaikan materi terkait Peran Platform Online bagi UMKM di 2021. Saat ini perilaku konsumen mengalami perubahan. Belanja online jadi tren berkelanjutan.
Dari berbagai sumber, Mohamad Agusnadi, memaparkan pada 2020 pandemi berdampak ke seluruh usaha, terutama UMKM. 99 persen struktur ekonomi di Indonesia di topang UMKM. Sebanyak 95 persen UMKM mengalami penurunan penghasilan selama pandemi. Dari 64,2 juta UMKM di Indonesia, hanya 16 persen yang berjualan di platform digital.
Bersumber dari riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD UI) “Perilaku Konsumen Indonesia dalam Bertransaksi Digital di Masa Pandemi Covid-19” pada 2020, tiga besar pos pengeluaran konsumen untuk transaksi digital, yaitu 97 persen konsumen melakukan transaksi digital untuk layanan pesan antar makanan online; 76 persen konsumen melakukan transaksi digital untuk jasa pengiriman barang online; 75 persen konsumen melalukan transaksi digital untuk jasa transportasi online.
Kategori usaha yang populer di 2020. Usaha rumahan jadi tren. Peringkat pertama usaha rumahan yang banyak di jalani adalah kuliner. Pada 2021 diprediksi kuliner yang menjadi favorit adalah dessert box, menu berbahan dasar Milo, dan rice bowl.
Barang dan jasa yang paling sering dibeli pelanggan selama 2020 adalah kopi, ayam, laundry, dan buah-buahan. (kk)