spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Menerawang Pilgub Kaltim 27 November 2024

Oleh: Andi Ade Lepu (*)

Beberapa kalangan menyebut Pilgub Kaltim 2024 sebagai pertemuan antara “Raja Laut” dan “Raja Naga.” Julukan ini tentu saja hanya bentuk keseruan, karena baik Pak Isran Noor maupun Pak Rudy Mas’ud tidak pernah dilantik sebagai raja apa pun. Julukan ini sekadar untuk memanaskan atmosfer Pilgub agar terlihat ketat, panas, dan menyala—seperti kampanye iklan pertandingan tinju yang bertujuan agar seluruh tiket habis terjual.

Karena Pilgub tidak mengenal tiket, boleh dikatakan bahwa julukan “raja” ini dimaksudkan agar sebanyak mungkin pemilih antusias menggunakan hak pilihnya pada hari pemilihan.

Apakah ini memang mirip dengan pertandingan tinju? Bisa saja kita menganalogikannya demikian. “Ring”-nya adalah seluruh wilayah Kaltim, KPU sebagai wasit, Bawaslu sebagai juri, dan rakyat Kaltim sebagai penonton. Berbeda dengan tinju yang bisa berakhir draw, Pilgub hanya memiliki dua hasil: kalah atau menang, tanpa TKO—cukup menang angka saja.

Mari kita lihat pertandingan antara Isran dan Rudy layaknya sebuah laga tinju. Rekor bertanding Pak Isran adalah 3–0, tiga kali menang sebagai kandidat kepala daerah; dua kali di Kutai Timur sebagai Bupati, dan sekali di Kaltim sebagai Gubernur. Pak Rudy memiliki rekor 2–0 sebagai anggota DPR-RI. Keduanya belum pernah kalah dalam kontestasi eksekutif atau legislatif. Usia mereka pun berbeda: Isran lebih tua (67 tahun), sementara Rudy lebih muda (43 tahun).

Dari sisi dukungan, Rudy Mas’ud lebih kuat dengan mesin partai yang hampir “powerful”. Ia didukung oleh 12 partai politik dengan total 44 dari 55 kursi di legislatif. Sementara Isran Noor hanya didukung oleh 2 partai dengan 11 kursi. Di sini, Rudy unggul dalam hal dukungan partai. Selain itu, banyak tokoh, organisasi massa, dan kelompok lainnya yang mendukung Rudy. Jika mesin partai menjadi faktor utama, maka Rudy memiliki peluang besar untuk menang. Namun, sering kali mesin besar justru menyulitkan, dan faktor lain yang penting adalah figur yang kuat, yang dimiliki oleh Isran Noor. Pertarungan ini bisa dikatakan sebagai adu kekuatan: Figur kuat Isran Noor melawan mesin kuat Rudy Mas’ud.

Dalam pertandingan ini, Rudy adalah penantang, sementara Isran adalah juara bertahan. Gaya keduanya berbeda: Rudy menawarkan hal-hal baru dengan pendekatan yang datar dan cenderung textbook, sedangkan Isran tampil lebih menyerang, terbuka, dan penuh percaya diri—bahkan terkadang berlebihan.

Dua kali sesi debat memperlihatkan bahwa Isran Noor lebih agresif dan langsung menyerang hingga ke ranah psikologis lawannya. Sementara itu, Rudy Mas’ud tampil lebih “rendah hati”, menawarkan gagasan-gagasan yang terdengar surgawi, namun sebagian besar bersumber dari teks yang telah disiapkan. Saat diminta moderator untuk mengajukan pertanyaan kepada Rudy, Isran berkata, “Aku tidak punya pertanyaan, karena kawan ini tidak punya pengalaman di birokrasi. Jadi, apa yang mau saya tanyakan?” Komentar ini disambut gelak tawa penonton. Gaya komedi ekstrem Isran yang terkadang absurd tampak masih melekat, seperti saat ia pura-pura lupa nama Rudy, “Siapa tadi namanya? Mau jadi gubernur, ya?”

Bagaimana dengan hasil survei? Ini menarik. Dari beberapa survei yang diterbitkan lembaga-lembaga kredibel, Isran selalu unggul dari awal, meninggalkan Rudy Mas’ud cukup jauh. Namun, tren menunjukkan bahwa Rudy terus menanjak mendekati Isran. Bocoran terbaru menunjukkan Isran mentok di angka 52%, sementara Rudy dinamis, mulai dari 19%, 22%, 27%, hingga terus mendekati 30%.

Apa arti survei ini? Kita bisa simpulkan dua hal. Pertama, Pilgub pada hari H akan menjadi pertarungan yang sangat ketat. Jika tren ini bertahan tanpa perubahan signifikan, selisih mereka akan tipis, dengan peluang kemenangan sekitar 51% hingga 54%. Baik Isran Noor maupun Rudy Mas’ud sama-sama berpeluang menang. Prediksi ini berdasarkan tren, intuisi penulis sebagai surveyor, dan wilayah margin of error.

Kedua, pemenang Pilgub nanti akan ditentukan oleh distribusi undecided voters, swing voters, dan pemilih yang masih ragu. Secara empiris, angka undecided dipengaruhi oleh sentimen keyakinan dan faktor emosional. Mereka cenderung memilih kandidat yang dianggap akan menang atau yang menarik simpati, baik karena faktor underdog maupun efek “bandwagon.”

Namun, siapa pun yang menang, kita berharap gubernur yang baru akan membawa kebaikan bagi seluruh rakyat Kaltim. Kita ingin seorang pemimpin yang dapat menginternalisasi visi kesejahteraan Rudy Mas’ud atau slogan “Kaltim Berdaulat” dari Isran Noor. Di depan kita ada Ibu Kota Negara (IKN) dengan berbagai peluang dan tantangannya. Selama ini, Kaltim seolah hanya dipandang sebagai hutan, lumpur, dan batu yang bernilai eksploitasi tinggi untuk devisa negara. Ironi ini harus diubah, Kaltim perlu dibangkitkan.

Kita berharap hal seperti ini tidak menjadi bahan lelucon bagi Isran Noor, dan juga tidak diperlakukan hanya sebagai janji kosong ala Rudy Mas’ud.

Kita tunggu hasilnya.

*) Direktur Lembaga Survei Kaltim (LSK)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti