SAMARINDA – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud-Seno Aji, siap melakukan terobosan dengan menggratiskan biaya kuliah. Melalui program GRATISPOL, Rudy-Seno bertekad menjadikan Kaltim seperti Jerman.
Kaltim memiliki peluang besar untuk menjadi provinsi maju. Rudy-Seno melihat bahwa pendidikan adalah kunci bagi kemajuan suatu daerah.
Di tengah meningkatnya kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik dan merata, program pendidikan gratis ini merupakan langkah terbuka bagi seluruh warga Kaltim tanpa terkecuali. Rudy-Seno menjadikan Jerman sebagai kiblat dalam memajukan pendidikan, di mana seluruh warganya bisa mendapatkan pendidikan tinggi tanpa biaya.
Program GRATISPOL yang digagas Rudy-Seno ini berbeda dengan beasiswa. Jika beasiswa memiliki syarat nilai akademis, GRATISPOL tidak demikian. Artinya, GRATISPOL terbuka bagi semua pelajar dan mahasiswa Kaltim tanpa adanya syarat nilai maupun prestasi tertentu.
“Kami, Pasangan Rudy-Seno, ingin membuka kesempatan setara bagi seluruh warga Kaltim, karena pendidikan tidak hanya untuk mereka yang pintar dan berprestasi, tetapi terbuka bagi warga Kalimantan Timur yang ingin belajar dan berkembang,” tegas Rudy, Rabu (16/10/2024).
“Seperti di Jerman, semua orang berhak mendapatkan pendidikan tinggi tanpa harus terbebani biaya yang besar,” sambungnya.
Salah satu aspek yang membedakan program pendidikan gratis ini dengan beasiswa adalah sifatnya yang terbuka bagi seluruh warga Kaltim. Di banyak tempat, beasiswa diberikan hanya kepada mahasiswa yang memenuhi kriteria tertentu, seperti IPK minimal 3,00. Namun melalui GRATISPOL, pendidikan gratis bisa dinikmati oleh semua kalangan tanpa memandang kemampuan akademis.
“Dengan Program Pendidikan Gratis, tidak hanya provinsinya yang naik kelas, tetapi warga Kaltim juga harus naik kelas. Kaltim yang segera menjadi pusat pemerintahan harus menjadi contoh dalam mengusung hilirisasi,” kata Seno.
Rudy-Seno ingin semua anak muda Kaltim memperoleh kesempatan menempuh pendidikan tinggi, menjadi orang pintar, dan mampu bersaing.
“Bukan hanya bersaing dengan orang Jakarta, tetapi hingga ke level internasional,” tambah Seno.
Saat Kaltim dipersiapkan menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), kebutuhan akan sumber daya manusia yang terampil dan berpendidikan semakin tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, angka partisipasi sekolah di Kaltim untuk usia 19–23 hanya sebesar 34,75%. Angka tersebut cukup kecil dibandingkan kelompok usia 15–18 yang mencapai 81,43%.
Artinya, terdapat 46,68% siswa Kaltim yang tidak melanjutkan pendidikan. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kaltim juga mengalami penurunan. Pada tahun 2019, Kaltim berada di peringkat 3 se-Indonesia, namun turun menjadi peringkat 5 pada tahun 2022. Saat ini, pendidikan menjadi kebutuhan mendesak di Kaltim.
“Kaltim tidak hanya akan menjadi pusat pemerintahan, tapi juga etalase Indonesia dalam pendidikan dan sumber daya manusia. Jika negara Jerman bisa menjadikan pendidikan gratis sebagai landasan kemajuan, kami yakin Kaltim bisa melakukan hal yang sama,” tegas Rudy.
Program GRATISPOL ini bukan sekadar ambisi tanpa perhitungan matang. Berdasarkan data dari Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kaltim, sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) APBD Kaltim pada tahun 2023 mencapai Rp976 miliar. Dengan rata-rata biaya kuliah mahasiswa Kaltim sebesar Rp10 juta per tahun per orang, program ini cukup realistis untuk diwujudkan, mengingat jumlah mahasiswa di Kaltim sekitar 96.000 orang. Artinya, dengan sisa anggaran tersebut, biaya kuliah seluruh mahasiswa dapat ditutupi selama setahun.
“Pendidikan gratis bukan sekadar janji, tetapi sebuah program yang dapat diwujudkan jika pengelolaan anggaran dilakukan dengan baik,” tambah Seno.
Program kuliah gratis Rudy-Seno diharapkan tidak hanya menciptakan kesempatan belajar, tetapi juga membangun Kalimantan Timur sebagai pusat inovasi dan pendidikan. Dengan sumber daya manusia yang lebih terdidik dan terampil, Kaltim diharapkan dapat menjadi provinsi yang memimpin dalam berbagai sektor, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat global. (MK)