spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Stunting di Bontang Naik Drastis, Muhammad Sahib Minta Langkah Konkret dari Pemkot

BONTANG – Peningkatan angka stunting di Kota Bontang memicu kekhawatiran serius di kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggota DPRD Bontang, Muhammad Sahib, menyoroti penanganan stunting yang dinilai belum memadai, terutama di wilayah pesisir yang rawan terdampak. Menurutnya, strategi penanganan yang saat ini diterapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang perlu segera dievaluasi dan ditingkatkan.

“Penanganan stunting saat ini masih kurang efektif, dan akibatnya kita melihat kasus ini terus meningkat. Pemkot harus segera fokus pada akar masalah yang menyebabkan stunting,” ujar Sahib.

Sahib menjelaskan bahwa kemiskinan menjadi faktor utama penyebab tingginya angka stunting, terutama di daerah-daerah pesisir. Untuk mengatasi hal ini, ia mengusulkan agar Pemkot memberikan subsidi makanan bergizi kepada anak-anak balita dan ibu hamil sebagai langkah nyata dalam mengatasi masalah ini.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Bontang menunjukkan bahwa terdapat sekitar 16 ribu balita yang menjadi sasaran program penanggulangan stunting. Sahib mengusulkan subsidi sebesar Rp500 ribu per bulan untuk masing-masing anak, yang jika diakumulasikan membutuhkan anggaran sekitar Rp96 miliar per tahun.

BACA JUGA :  KPU Gelar Rapat Pleno, DPSHP Menjadi 131.758 Pemilih, Bawaslu Minta Data Detail Pengurangan Daftar Pemilih

“Anggaran tersebut hanya sekitar 30 persen dari total alokasi untuk kesehatan yang mencapai Rp330 miliar per tahun. Jadi, dengan anggaran sebesar itu, seharusnya pemerintah bisa melakukan lebih banyak untuk menanggulangi stunting,” jelas Sahib.

Selain itu, Sahib menekankan bahwa Pemkot perlu mengalokasikan anggaran dengan lebih bijak dan tepat sasaran, agar kualitas hidup masyarakat Bontang, khususnya anak-anak, dapat meningkat secara signifikan. Ia juga berharap pemerintah merespons kritik ini dengan mengambil langkah-langkah yang lebih efektif dalam menangani gizi buruk di kalangan balita.

Menurut data terbaru dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), prevalensi stunting di Bontang meningkat dari 18 persen pada Juli 2024 menjadi 20,6 persen pada Agustus 2024. Kenaikan signifikan ini menjadi perhatian utama Sahib, yang menegaskan pentingnya tindakan cepat dan terukur dari pemerintah.

“Angka stunting ini tidak bisa dianggap remeh. Ini adalah masa depan anak-anak kita, dan kita harus segera bertindak untuk memperbaiki keadaan,” tutupnya. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti