BALIKPAPAN – Balikpapan kembali dihadapkan ledakan kasus Covid-19. Bahkan makin tak main-main. Pasien satu-satu berdatangan hingga melebihi daya tampung rumah sakit. RSUD Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), bahkan harus merawat kasus bergerjala di lorong hingga lobi.
Pada Jumat (2/7/2021) pagi, suatu video menampilkan sejumlah pasien menjalani perawatan di teras hingga lobi sebuah gedung, beredar di media sosial. Dalam keterangannya, video tersebut diambil di RSKD sehari sebelumnya atau Kamis malam.
Direktur RSKD, Edy Iskandar, membenarkan video tersebut diambil di RSKD. Dia lantas membeberkan duduk perkaranya. Kamis malam itu, RSKD kedatangan banyak pasien Covid-19. Namun, lantaran semua ruangan penanganan medis sudah penuh, para pasien terpaksa dirawat sementara di lorong dan lobi di sebuah ruangan RSKD.
“Di luar (lorong) itu ada 15 pasien. Di dalam (lobi) ada 20 pasien. Semuanya pasien positif Covid-19 bergejala sesak,” jelas Edy Iskandar dikonfirmasi kaltimkece.id pada Jumat (2/7/2021) siang.
Keesokan paginya, sambung dia, semua pasien itu sudah dimasukkan ke ruangan khusus penanganan Covid-19. Sehingga dipastikannya tak ada lagi pasien Covid-19 dirawat di lorong RSKD hingga siang. Namun, kejadian serupa diyakini akan terulang kembali.
Edy menyebut, saat ini ada 250 tempat tidur pasien Covid-19 di ruang isolasi dan intensive care unit (ICU) RSKD. Sebanyak 245 tempat tidur di antaranya sudah terisi. Sisanya diyakni terisi dalam waktu dekat. “Paling sore ini sudah full lagi,” sebutnya.
Edy yang juga ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kaltim lantas menyerukan agar semua rumah sakit di Balikpapan menambah kapasitas tempat tidur pasien Covid-19. Minimal, penambahan dilakukan 30 persen dari yang ada. Mengingat, lonjakan kasus Virus Corona di Kota Minyak masih akan terjadi. “Diperkirakan, pekan ini menjadi puncaknya,” ucapnya.
DOKTER MINTA DIVAKSIN TAHAP TIGA
Virus Corona varian delta diyakini sudah menyebar di Balikpapan meski belum ada konfirmasi dari pemerintah. Indikasinya adalah peningkatan kasus Covid-19 di Balikpapan terjadi dalam rentang waktu yang cepat. Hal tersebut disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Balikpapan, Drajat Witjaksono.
“Saya yakin betul, varian delta pasti sudah menyebar di sini. Karena di Samarinda kabarnya sudah ada. Dan virus ini, tingkat penularannya cepat sekali,” kata Drajat kepada kaltimkece.id via telepon. Oleh karena itu, dia menganjurkan agar warga kota menggunakan masker dobel untuk mencegah penularan virus corona delta.
Melonjaknya kasus di Balikpapan turut berimbas terhadap tenaga kesehatan. Drajat menyebut, beberapa tenaga kesehatan bertumbangan akibat terpapar Covid-19. Drajat pun meminta seluruh tenaga kesehatan di Kota Beriman divaksin Covid-19 dosis ketiga. “Ini untuk menjadi jaminan keselamatan para dokter,” ujarnya.
Melihat peningkatan kasus tersebut, IDI telah mengusulkan agar Balikpapan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Paling tidak, menggunakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Kedua usulan tersebut disampaikan IDI kepada Pemkot Balikpapan dalam sebuah rapat pada Senin, 31 Juni 2021.
“Tadi saya dikirimi video sama teman-teman, pasien-pasien Covid-19 di RSKD itu sudah sampai lorong. Masak sih, sudah sampai seperti itu tidak ada tindakan yang lebih ekstra,” ucap Drajat.
Akan tetapi, Pemkot Balikpapan belum mau menerapkan PSBB atau PPKM darurat. Alasannya, beber Drajat, karena Pemkot Balikpapan masih mementingkan faktor ekonomi daripada kesehatan. “Ya, seperti biasa, pertimbangannya karena ekonomi. Pelaku ekonomi pasti sensi (keberatan) kalau diterapkan PSBB atau PPKM darurat,” bebernya.
Dikonfirmasi hal tersebut, Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud, membenarkan bahwa pihaknya belum mau menerapkan PSBB atau PPKM darurat dalam upaya mengentaskan pandemi di kota yang dia pimpin. Namun bukan soal ekonomi yang menjadi alasannya. Melainkan belum saatnya. Rahmad berdalih, kasus Covid-19 di Balikpapan masih bisa dikendalikan.
“Belum, belum perlu. Yang saat ini (PPKM mikro) masih bisa,” kata Rahmad kepada media ini di kantor Pemkot Balikpapan.
Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Andi Sri Juliarty, memberikan keterangan tambahan soal alasan Balikpapan belum mengambil langkah ekstra dalam menangani pandemi. Yakni, karena program PSBB sudah ditiadakan dan PPKM darurat belum diwajibkan pemerintah pusat diterapkan di Kaltim.
“Kita mengikuti arahan Bapak Presiden. Tidak ada PSBB. Sedangkan PPKM darurat diberlakukan di Jawa-Bali,” jelas Dio, panggilan Andi Sri Juliarty.
Dia juga memastikan, sampai saat ini belum ada pengumuman resmi dari pemerintah adanya virus corona varian delta di Balikpapan. Sehingga, pernyataan adanya virus bernama B.1.617.2 itu di Balikpapan, belum bisa dibenarkan.
“Kami telah melakukan tes whole genome sequencing untuk mendeteksi corona delta. Tapi hasilnya belum diketahui,” ungkapnya.
Mengenai usulan tenaga kesehatan divaksin Covid-19 tahap tiga, Dio bilang, tidak bisa dilakukan. Sebab, jumlah vaksin yang ada saat ini sangat sedikit. “Dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) pun belum ada menganjurkan vaksinasi tahap tiga. Jadi belum bisa,” tutupnya. (kk)