spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Karyawan Perusahaan Tambang Bontang Menggapai Lulusan Terbaik Unmul, 19 Bulan Gelar Master Diraih Syahidul dengan IPK 4,0

SAMARINDA – Syahidul akhirnya tiba di pelataran auditorium Gedung Rektorat Universitas Mulawarman di Samarinda setelah tiga jam berkendara. Lelaki 36 tahun itu memang sejak subuh sudah berangkat dari rumahnya di Kelurahan Gunung Telihan, Bontang Barat. Mengenakan toga dan jubah hitam, ia lantas duduk di kursi bernomor 17. Sebentar lagi, prosesi wisuda dimulai.

Pada Sabtu, 26 Juni 2021 itu, Wisuda Gelombang II-2021 Unmul diadakan secara luring dan daring. Sebagai satu dari antara lulusan terbaik, Syahidul diundang secara luring. Ia adalah lulusan Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Syahidul menempuh pendidikan magister selama satu tahun tujuh bulan alias kurang dari tiga bulan masa normal. Indeks prestasi kumulatif (IPK) yang ia raih sempurna yakni 4,0. Predikat pujian atau summa cum laude disematkan kepada lulusan terbaik S-2 Unmul angkatan 2019 tersebut.

“Di antara peserta wisuda hari ini, ada yang prestasinya sangat gemilang. Mampu meraih IPK dengan predikat tertinggi,” kata Rektor Unmul, Prof Masjaya, saat menyebut nama Syahidul dalam sambutannya.

Syahidul berasal dari Desa Sungai Burung, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Ayahnya adalah seorang petani padi dan kelapa yang menggarap lahan di tepi Sungai Peniti. Lulus SMA pada 2003, Syahidul mengaku, meminta izin kepada ayahnya untuk kuliah. Bungsu dari tiga bersaudara pun merantau ke Jogjakarta sendirian.

“Orangtua mempersilakan tetapi dengan catatan harus berjuang. Kalau sudah diterima, diberi pesan untuk memberi kabar. Itu saja. Biaya diberi seadanya,” terang Syahidul kepada kaltimkece.id, Ahad, 27 Juni 2021.

Di Kota Pelajar, Syahidul diterima di tiga universitas. Ia kemudian memilih jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Teknologi Tinggi Nasional –kini Institut Teknologi Nasional. Untuk menghemat biaya, ia tinggal di asrama mahasiswa.

Syahidul lulus pada 2008 dengan IPK 3,70 serta predikat cum laude. Ia juga telah menguasai bahasa Inggris dengan baik. Bermodal gelar sarjana teknik dan kemampuan berbahasa asing, Syahidul merantau ke Bontang, Kaltim. Ia segera diterima di sebuah perusahaan pertambangan batu bara.

“Kebetulan, saya diterima karena dianggap sebagai pelamar kerja yang paling piawai berbahasa Inggris,” ucapnya. Setelah berkarier lebih dari 10 tahun, Syahidul kini menjabat kepala operasional pelabuhan.

Syahidul mendaftar di Program Studi Magister Manajemen di Unmul pada 2019 untuk menunjang kariernya. Tak sampai dua tahun, ia sudah mengerjakan tugas akhir. Pada Januari 2021, Syahidul melewati seminar proposal untuk tesis berjudul Pengaruh Internal Service Quality dan Internal Marketing terhadap Employee Satisfaction serta Dampaknya terhadap Internal Customer Satisfaction Divisi Port Bontang Terminal PT Indominco Mandiri.

Waktu penelitian tiba. Syahidul merasa kesulitan membagi waktu antara mengolah data dengan kesibukan pekerjaan. Ia lantas menghubungi sebuah akun jasa pengolah data statistik di media sosial. Biaya jasa sebesar Rp 800 ribu segera ditransfer olehnya.

Akan tetapi, bukannya menerima hasil pengolahan data, akun WhatsApp dan media sosialnya justru diblokir. Orang tersebut menghilang, demikian pula uangnya. Pengalaman pahit tersebut justru membuat Syahidul termotivasi mempelajari alat analisis yang ia pakai dalam penelitian. Di tesisnya, Syahidul menggunakan metode statistik bernama Structural Equation Model (SEM) dan Partial Least Square (PLS). Adapun perangkat lunaknya adalah AMOS Statistical Product and Service Solutions atau SPSS. Semuanya Syahidul pelajari dari Youtube.

Syahidul lantas menyiasati waktu menyusun tugas akhir agar lebih cepat kelar. Ia mengetik ketika sedang bekerja. Hasilnya di luar dugaan. Mengajukan judul pada Agustus 2020, penelitiannya tuntas pada Maret 2021. Dosen penguji memberikan skor 85,15 untuk tugas akhir tersebut.

Prestasi ini disebut Syahidul tidak lepas dari peran dosen pembimbing, teman-teman sekelas, dan motivasi dari istrinya. Menurutnya, ulet dan konsisten adalah kunci menyelesaikan tugas kuliah maupun tugas akhir. Ia mengaku berniat mengambil kursus keprofesian untuk memperoleh gelar insinyur. Sementara untuk gelar doktoral atau S-3, Syahidul tidak ingin buru-buru.“Belum dapat persetujuan istri. Disuruh istirahat dulu,” ucapnya seraya terkekeh.

Gelar S-2 ini juga dipersembahkan secara khusus untuk ayahnya. Syahidul berkisah, ketika wisuda S-1 pada 2008, ayahnya menyarankan untuk segera mengambil S-2. Akan tetapi, baru sebelas tahun kemudian ia masuk program magister. Kini, janji kepada ayahnya tunai sudah. Syahidul diwisuda tepat setahun setelah sang ayah wafat. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti