spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Nasib Air Terjun Tanah Merah, Kini (Nyaris) Tinggal Kenangan, Lumpur Tambang Dituding Penyebabnya

Pagi nan sunyi menjadi teman Suparno, 58 tahun, ketika menyusuri jalan tanah yang penuh ilalang. Sesekali, pria berambut pendek ini menyingkirkan semak yang menghalangi langkahnya. Ia berhati-hati memilih jalan yang tidak becek supaya sepatu bot hitamnya tidak kelewat kotor. Suparno akhirnya tiba di pintu gerbang air terjun di Jalan Citandui, Tanah Merah, Samarinda Utara.

Lelaki yang sempat bekerja di Taman Wisata Air Terjun Tanah Merah, Senin (28/6/2021), menemani kaltimkece.id melihat lokasi pelesiran tersebut. Suparno memperlihatkan satu demi satu bangunan yang mulai tak terawat. Pertama adalah pos penjagaan berdinding kayu dengan cat kuning dan beratap seng. Pos itu hampir lenyap ditelan ilalang setinggi pinggang orang dewasa.

Di sisi samping pos itu, berdiri bangunan memanjang tanpa sekat. Bangunan kayu ini dulunya tempat parkir sepeda motor. Ilalang setinggi pinggang juga tumbuh di sekelilingnya. Lebih ke dalam, berjejer bangunan aneka warna yang kusam. Banyak sekali belukar tumbuh liar di sekitarnya. Dulunya, deretan bangunan itu adalah warung. Sejak lokasi wisata ini sepi pengunjung, para penjual pun pergi.

“Rasanya mulai 2018 jumlah pengunjung berkurang. Mungkin karena tempat wisata sudah banyak. Di samping itu, jalan ke sini jelek,” sebut pria yang bekerja di tempat wisata ini sejak 1990-an. Waktu itu, Air Terjun Tanah Merah merupakan lokasi wisata andalan yang berjaya di Kota Tepian.

Berkurangnya pengunjung ikut menumpahkan piring nasi Suparno. Pada 2018, ia dan karyawan yang lain berhenti bekerja di situ. Suparno kini bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah lokasi wisata di Samarinda.

Suparno meneruskan langkah kakinya. Setelah melewati deretan warung, di sisi yang berlawanan terdapat lokasi bermain anak-anak. Di sebelahnya, sebuah musala bercat putih berdiri. Kedua bangunan itu juga dikelilingi ilalang sepinggang.

Fasilitas air terjun berikutnya yang juga menyedihkan adalah gapura bertegel biru. Sesosok patung di gerbang itu berkarat sebagian. Begitu pula atap seng gapura yang dekat dengan lokasi air terjun tersebut. Tak jauh dari situ, jembatan kayu selebar 1 meter harus dilewati sebelum sampai di lokasi air terjun. Banyak lumpur yang mengelilingi kolam air terjun.

LIMPAHAN LUMPUR BATU BARA
Pujo Winarto adalah pengelola Taman Wisata Air Terjun Tanah Merah. Lokasi wisata seluas 6 hektare tersebut awalnya milik almarhum Soekotjo, mantan ketua DPRD Kaltim. “Terus diserahkan kepada saya melalui surat kuasa untuk dikelola,” terang Pujo.

Lelaki ini pun menjelaskan penyebab tidak terawatnya air terjun yang beroperasi sejak 1989 itu. Menurutnya, jumlah wisatawan mulai menurun sejak 2018. Kala itu, lokasi di sekitar air terjun kerap kebanjiran terutama ketika hujan deras.

“Jadi, sepi itu mulai sebelum pandemi. Covid itu, ‘kan, 2020. Di sini mulai sepi sejak 2018. Ada lumpur batu bara itu. (Lumpur) batu bara di atas air terjun turun ke kolam. Ke jalanan juga kalau hujan deras,” ucapnya.

Pujo mengaku, pernah dua kali membuang lumpur dengan biaya Rp 5 juta. Ia harus menggunakan pompa air berkapasitas besar. Adapun aktivitas pertambangan yang dimaksud Pujo, sudah tak beroperasi lagi. Akan tetapi, dampaknya terasa hingga sekarang. Pengunjung semakin malas datang.

“Sebenarnya, saya ingin melanjutkan untuk mengelola tempat wisata ini,” terang Pujo. Akan tetapi, pengelola menghadapi masalah finansial. Kecuali ada orang yang mau membiayai atau pemerintah ikut turun tangan, Pujo mengatakan, lokasi wisata bisa kembali beroperasi. Pujo berharap, pemerintah bisa membantu modal dan memperbaiki akses menuju tempat wisata.

Ditemui terpisah, Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan, harus memastikan dahulu tempat wisata air terjun itu dapat beroperasi atau tidak. Menurutnya, jika pemkot memperbaiki akses tetapi tempat wisata tidak beroperasi, justru bisa bermasalah hukum.

“Kami harus berhati-hati untuk pembangunan jalan. Kalau pembangunan jalannya diperuntukkan bagi hak kepemilikan orang per orang, itu harus dikaji secara hukum boleh atau tidaknya,” terangnya. Andi Harun mengatakan, lokasi wisata tersebut adalah milik swasta. Pemkot perlu meninjau lokasi air terjun sebelum mengambil keputusan. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti