SAMARINDA — Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival kembali digelar dengan meriah tahun ini. Perayaan tradisional Tionghoa yang jatuh pada tanggal 15 bulan ke-6 dalam kalender lunar ini, juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur atau Mid Autumn Festival.
Mooncake Festival merupakan momen yang dirayakan dengan berbagai tradisi, seperti makan kue bulan, memuja bulan, menyalakan lentera kertas, dan berkumpul untuk makan malam.
Pandita Hendri Suripto, selaku Ketua Budi Center, mengungkapkan bahwa festival tahun ini diharapkan bisa menarik lebih banyak pengunjung dan memperkenalkan lebih banyak orang kepada perayaan Mooncake Festival.
“Kami senang sekali melihat partisipasi masyarakat yang luar biasa. Setiap tahunnya, kami berusaha untuk membuat acara ini semakin seru dan menarik,” ujarnya.
Perayaan ini memiliki makna mendalam, simbol syukur, melambangkan bersatunya matahari dan bulan, merayakan panen pasca-musim gugur, serta berterima kasih kepada para dewa.
Diperkirakan sudah berlangsung selama ribuan tahun, festival ini pertama kali muncul pada masa Dinasti Song.Tahun ini, Mooncake Festival ke-6 diadakan dengan tema “Indonesia Harmonis Dunia Satu Keluarga”.
“Tema ini mencerminkan kolaborasi budaya masyarakat Tionghoa dengan tujuan membuat festival ini menjadi sebuah perayaan budaya yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat, bukan hanya untuk komunitas Tionghoa saja,” ungkapnya
“Acara puncak festival akan digelar selama tiga hari, dengan berbagai kegiatan menarik seperti penyajian buah dan persembahan yang menghadap keluar, serta photo booth yang semakin menarik,” tambahnya
Dengan dukungan dari masyarakat dan upaya tim kreatif yang maksimal, harapan ke depan adalah agar lebih banyak orang mengenal dan merayakan Mooncake Festival, mempererat hubungan antar budaya di tengah keberagaman.
Penulis: Dimas
Editor: Nicha R
