SAMARINDA – Generasi Z (Gen Z) adalah mereka yang lahir dari tahun 1997-2012. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun ini, Galeh Akbar Tanjung, Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kaltim menyebutkan hampir 60 persen dari data pemilih adalah Gen Z.
“Hampir 60 persen adalah Gen Z. Jadi Sebetulnya Gen Z ini kan lebih familiar dengan penggunaan media sosial,” jelas Galeh saat diwawancarai pada Selasa (3/9/2024).
Sehubungan dengan hal itu, maraknya isu-isu negatif seperti isu SARA, berita bohong, ujaran kebencian dirasa erat dengan gen z.
Sehingga Bawaslu Kaltim mencoba merangkul anak-anak muda, utamanya mahasiswa untuk berperan aktif dalam pengawasan selama Pilkada. Melalui sosialisasi peran Mahasiswa dari kampus ke kampus.
“Kami mengharapkan mereka dapat menjadi bagian komunitas yang mengcounter isu-isu negatif terkait Pilkada,” terangnya.
Galeh menanggap bahwa maraknya isu-isu negatif soal Pilkada di media sosial, harusnya tidak mudah dipercayai oleh generasi muda. Untuk itu ia harapkan dari Gen Z agar mampu menjaga iklim demokrasi yang rentan akan bahaya disusupi berita-berita tidak valid.
“Isu-isu negatif akan muncul, sedangkan kesalahan yang diamini banyak orang, itu akan dianggap menjadi kebenaran,” lanjut Galeh.
Maka seyogiyanya, informasi tentang isu-isu negatif dapat langsung diinformasikan kepada pihak Bawaslu. Tentunya akan menjadi pertimbangan soal penindaklanjutan jika terindentifikasi bermasalah.
Bawaslu memberikan kewenangan kepada seluruh pihak dalam merekomendasikan isu SARA, berita bohong, ujaran kebencian, dll. Bahkan Bawaslu juga bekerjasama dengan berbagai platform media sosial layaknya Facebook, sebagai usaha memilah isu-isu Pilkada yang beredar.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Nicha R