spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Jalur Tol Akasia, Hemat Waktu dan Bahan Bakar, Rute Cepat Samarinda-Kutai Barat

SAMARINDA – Tim Media Kaltim belum lama ini berkesempatan mengunjungi Kabupaten Kutai Barat dengan menjajal jalur alternatif yang kerap menjadi andalan masyarakat dan pengguna jalan lainnya. Konon, rute alternatif yang bernama Tol Akasia ini diyakini lebih cepat meskipun penuh tantangan.

Nama julukan “Tol Akasia” mungkin karena rute ini yang memang melewati jalan salah satu perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Akasia Andalan Utama (AAU) yang menanam Akasia.

Rute ini kini semakin ramai karena menjadi pilihan utama bagi pengendara yang ingin menghindari jalan nasional Trans Kalimantan, yang seringkali memakan waktu lebih lama dan terlebih kondisi jalan di beberapa titik rusak parah.

Rombongan tim Media Kaltim memulai perjalanan dari Samarinda pada pagi hari, melalui jalan poros Samarinda-Tenggarong Seberang. Kemudian menyeberang ke Kota Tenggarong melalui Jembatan Kartanegara.

Dari sana, perjalanan dilanjutkan melalui jalur nasional hingga mencapai simpang tiga, di mana tim memutuskan untuk lurus menuju Kecamatan Kota Bangun melalui Desa Liang.

Setiba di Desa Liang, perjalanan berlanjut hingga tiba di Jembatan Martadipura Kota Bangun, yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia dengan panjang 15,3 kilometer.

BACA JUGA :  Tak Ada Anggaran, Santunan Kematian Rp 15 Juta Bagi Pasien Covid Disetop

Jalur ‘tol akasia’ ini sekarang menjadi favorit dari Samarinda menuju ke Kubar.

Dari sini, kendaraan kemudian melanjutkan perjalanan melalui Kecamatan Kenohan. Saat di simpang tiga berikutnya, kendaraan berbelok ke kiri dan mulai memasuki area perkebunan sawit. Nah, lalu melewati jalan perusahaan HTI PT Akasia AAU inilah untuk memasuki wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Berdasarkan pantauan Media Kaltim, jalan perusahaan ini kondisinya sebagian besar memiliki lebar yang cukup. Namun, terdiri dari tanah dan bebatuan. Sehingga, mengharuskan pengendara untuk ekstra hati-hati, terutama karena banyaknya truk logging besar yang mengangkut kayu gelondongan.

Perjalanan melalui jalan perusahaan ini memakan waktu beberapa jam karena kondisi jalan yang tidak mulus. Setelah melewati Pos PT AAU, tim beristirahat sejenak di musala milik perusahaan tersebut sebelum melanjutkan perjalanan.

Setelah melewati area PT AAU, kendaraan lanjut memasuki wilayah PT Fajar Sakti Prima dan menyeberang jalan hauling di kilometer 40 yang dilengkapi dengan pos sekuriti.

Kondisi jalan khusus yang dibuat oleh perusahaan ini bisa dikatakan cukup menantang. Pasalnya, banyak terdapat lubang yang cukup dalam, membuat kendaraan harus bergerak pelan.

BACA JUGA :  Dua Tahun Jadi Badan Layanan Usaha, Asa UIN Sultan Aji Muhammad Idris setelah Berubah dari IAIN

Perjalanan menuju Kutai Barat ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka tak heran jika kendaraan kami melaju hingga larut malam. Tak lama setelahnya, kami mulai melewati jalan kampung seperti Kampung Abit, Kampung Muara Jawaq, Kampung Saka Tada, dan Kampung Gemuruh.

Meski beberapa jalan di kampung-kampung ini sudah diperkeras dengan cor beton, tapi tetap saja banyak jalan yang masih retak dan belum selesai dikerjakan. Sehingga tim tidak dapat melaju dengan cepat.

Setelah tiba di bundaran tugu Putri Mook Manar Bulatn, perjalanan masih terus dilanjutkan ke Kampung Karangan di Kecamatan Mook Manar Bulatn.

Dari sana, tim Media Kaltim mulai menuju Melak Ilir, Kecamatan Melak. Di sinilah petualangan baru pun juga dimulai. Karena, kendaraan kami harus menyeberang sungai menggunakan kapal feri tradisional yang terbuat dari kayu dengan mesin ketinting.

Biaya penyeberangan untuk kendaraan roda empat adalah Rp 25.000, namun tarif meningkat menjadi Rp 50.000 jika menyeberang pada malam hari, antara pukul 22.00 – 06.00 Wita.

BACA JUGA :  Pembentukan Karakter Para Pelajarnya lewat UKS

Menyeberang dengan menggunakan kapal kayu ini memang memberikan pengalaman tersendiri bagi tim Media Kaltim. Usai menyeberang, perjalanan dilanjutkan menuju Hotel Monita di Jalan DR. Soetomo, Desa Melak Ulu, Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat, tempat tim akan bermalam.

Diketahui, rute Tol Akasia ini menawarkan perjalanan yang lebih singkat, hanya sekitar 260 kilometer dibandingkan dengan 315 kilometer jika melalui jalan Trans Kalimantan.

Meski lebih hemat bahan bakar, pengendara harus berhati-hati karena banyak lubang jalan yang tidak terlihat dan dapat merusak kendaraan jika melaju terlalu cepat.

Maka disarankan, sebelum memulai perjalanan, pengendara perlu memastikan kendaraan dalam kondisi prima. Misalnya, periksa tekanan angin ban, kondisi mesin, dan pastikan tidak ada masalah mekanis. Mengingat di kawasan perusahaan HTI tidak terdapat bengkel.

Dengan persiapan yang baik, rute Tol Akasia bisa menjadi pilihan ideal untuk perjalanan dari Samarinda ke Kutai Barat yang lebih cepat dan efisien.

Penulis: Hanafi
Editor: Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.