BONTANG – Tanggal 29 Maret 2024 lalu adalah salah satu momentum bersejarah dalam kiprah PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) di industri pupuk dan petrokimia. Kala itu, Presiden RI Joko Widodo meresmikan berdirinya pabrik amonium nitrat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di Indonesia. Pabrik PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) adalah wujud kolaborasi antar dua anak perusahaan BUMN yakni Pupuk Kaltim dan PT Dahana Investama Corp (PT DIC).
Pabrik bernilai investasi Rp 1,2 triliun yang berdiri di kawasan Kaltim Industrial Estate ini adalah wujud nyata dukungan Pupuk Kaltim terhadap upaya hilirisasi yang gencar digaungkan pemerintah. Sebagai produsen pupuk, Pupuk Kaltim tentu membutuhkan bahan baku yang bisa diperoleh dengan cepat dengan kualitas terbaik. Tambahan suplai amonium nitrat sebagai bahan baku pupuk dari Pabrik KAN ini bisa menjamin kelancaran produksi pupuk oleh Pupuk Kaltim, khususnya NPK yang berbasis nitrat dan asam nitrat.
Melihat fungsi dan peranan amonium nitrat yang sangat strategis di berbagai industri di Tanah Air, tak heran jika angka proyeksi permintaan amonium nitrat dalam negeri mencapai 580.000 ton di 2024. Kehadiran Pabrik KAN yang berkapasitas 75.000 metrik ton amonium nitrat per tahun dan 60.000 metrik ton asam nitrat per tahun diharapkan permintaan amonium nitrat dalam negeri dapat dipenuhi sekitar 12 persen. Pada waktu yang bersamaan, produksi pabrik ini juga bisa mengurangi ketergantungan bahan baku impor.
Pada pertengahan tahun 2024 ini, Pabrik KAN tercatat sudah memproduksi 26.262 metrik ton amonium nitrat dan 20.925 metrik ton asam nitrat. Angka produksi ini sekaligus menunjukkan capaian target produksi tahun 2024 sebesar 37,93 persen untuk amonium nitrat dan 37,78 persen asam nitrat.
Capaian target produksi Pabrik KAN ini diapresiasi oleh Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo. “Ini merupakan pencapaian positif bagi PT Kaltim Amonium Nitrat. Ke depannya, produksi amonium nitrat yang dihasilkan Pabrik KAN juga insyaAllah bisa disuplai ke pabrik Pupuk Kaltim, yang menunjukkan komitmen kami dalam mengusung semangat hilirisasi pemerintah, dengan memanfaatkan by product hasil proses produksi gas alam amonia dan melahirkan produk turunan bernilai tambah, yakni amonium nitrat.”
Hilirisasi di industri pupuk dan petrokimia memang menjadi salah satu prioritas yang diusung Pupuk Kaltim dalam menjalankan roda perusahaan. Upaya yang diusung demi membangun kemandirian industri pupuk, seturut dengan roadmap pertumbuhan Pupuk Kaltim 40 tahun ke depan yang mencakup hilirisasi petrokimia berbasis energi terbarukan. Karena itulah, Pabrik KAN ini juga dirancang dan beroperasi dengan berbagai teknologi yang ramah lingkungan.
Salah satunya dengan penggunaan Reaktor SCR (selective catalytic reduction) dan teknologi paling efektif untuk mengurangi emisi NOx ke lingkungan. Selain itu, pabrik ini juga mengadopsi teknologi recovery untuk mengurangi konsumsi air raw condensate dan penggunaan energi listrik. Teknologi dan inovasi ini tentunya diharapkan bisa menjadi kontribusi Pupuk Kaltim dalam mendukung upaya pencapaian net zero emission pemerintah di 2060.
Kehadiran Pabrik KAN tidak hanya berfokus semata untuk pencapaian target dan kapasitas produksi, namun juga turut berperan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Salah satunya lewat penyerapan tenaga kerja operasional pabrik yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Hingga saat ini, sebanyak 103 tenaga kerja telah diserap sejak pabrik ini memulai operasionalnya.
“Kami berharap dengan hadirnya Pabrik KAN ini bisa mendukung upaya Pupuk Kaltim untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia. Wujud nyatanya adalah dengan menghasilkan produk pupuk yang berkualitas, yang bisa dicapai dengan dukungan bahan baku terbaik. Semoga ke depannya kontribusi produksi dari pabrik ini bisa menambah suplai amonium nitrat lebih besar lagi untuk mendukung kebutuhan industri pupuk di Indonesia,” tutup Soesilo. (adv)