spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Saya Pernah Main dengan Edy Simon

Catatan Rizal Effendi

SAYA kaget baca di WA grup, Edy Simon dikabarkan  meninggal dunia. Yang memposting keponakannya. “Innalillahiwainnailaihirojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, paman kami Edy Simon Badawi. Posisi di Banjarmasin Jl Blitung Darat GG Bina Warga RT 27 No 82.”

Beberapa saat kemudian muncul WA lain. Tertulis: “Telah meninggal dunia ayahanda dari Adelina, Bapak Edy Simon bin Badawi pada hari Minggu, tanggal 23 Juni 2024 Pukul 04.30 Wita. Alamat duka Jl Letjen S Parman, Gang Sekolahan RT 14 No 28, Balikpapan Barat. Jenazah dalam perjalanan dari Banjarmasin ke Balikpapan lewat darat.”

Kabar itu saya kirim ke WA Wartawan Legend. Ada teman wartawan yang tanya: “Itu Edy Simon pelatih bola PON Kaltim ya?” begitu dia tulis.

Teman wartawan lain langsung menulis catatan tentang karier bola almarhum. Dia menyebut Edy adalah mantan pemain Liga Indonesia 2006-2010. Lalu selanjutnya pernah menjadi pelatih Persiba Balikpapan dan pelatih bola PON Kaltim.

Selain itu, Edy Simon juga di tahun 2006 melatih di Persema Malang, 2008 Persita Tangerang, 2009 Persisam Putra, 2009-2010 PSIR Rembang dan 2010 mengasuh Mitra Kukar. Dia juga pernah menangani PKT Bontang dan Bontang FC.

Postingan terakhir dari sang putri, Adelina mengabarkan kalau jenazah ayahnya, Senin (24/6) kemarin sudah dimakamkan di pekuburan muslimin Samarinda. Sejumlah sanak keluarga dan teman-teman Edy Simon ikut mengantarkan jenazah almarhum.

Sepulang dari pemakaman, Adelina menulis kenangannya bersama sang ayah, yang dia panggil Abi. “Hari ini aku berdiri di hadapan kalian dengan hati yang berat. Abi, Edy Simon bin Badawi kini telah berpulang. Meskipun perjalanan kami tidak selalu mudah, aku memilih mengenang momen-momen baik yang pernah kami lalui bersama. Abi, meskipun kita tidak selalu sejalan, Dina berharap Abi tenang di sisi-Nya. Dina berterima kasih atas segala hal yang telah Abi berikan, dan Dina akan berusaha mengingat pelajaran-pelajaran berharga dan perjalanan hidup kita bersama. Selamat jalan Abi. Semoga Abi husnul khotimah.”

Edy lahir di kota minyak Sangasanga, Kukar, 66 tahun silam. Dia boleh dibilang pelatih sepakbola terbaik asli dari Kaltim. Pernah mengantarkan Persisam Putra Samarinda menjadi juara Divisi Utama PSSI setelah menumbangkan Persema Malang 1-0 di Stadion Utama Palaran pada tahun 2009.

Ketika jenazahnya akan diberangkatkan dari Banjarmasin ke Samarinda, beberapa mantan pemain Persiba sempat datang melayat. Di antaranya Sukliwon, Tabrani, Indra dan Ferli La’ala. “Kami kehilangan sahabat yang hidupnya dibaktikan untuk kemajuan persepakbolaan di Tanah Air terutama di Kaltim. Selamat jalan Bang Edy,” kata mereka dengan wajah duka.

Mantan manajer Persiba Jamal Al Rasyid mengaku Edy adalah pelatih yang sangat profesional. Dia sempat bersama-sama berjuang untuk memajukan Persiba. “Allahumafirlahu warhamhu wa afihi wa’fuanhu,” begitu doa yang dikirimnya.

Ucapan duka cita juga datang dari Balikpapan All Stars (BAS). Itu wadah bermain mantan pemain Persiba, termasuk Edy Simon. “Atas nama seluruh anggota BAS mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Bapak Edy Simon. Semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan,” kata Ketua BAS Faisal Husen melalui sekretarisnya, Abdul Kadir Mappi (AKM).

KASBON PLUS

Ketika saya masih menjadi wartawan sampai menjabat wakil wali Kota dan wali Kota Balikpapan, saya sesekali bermain bola dengan Edy Simon. Bukan di tim profesional melainkan tim sepakbola hiburan. Dia sering ikut bermain dengan tim Kasbon Plus, yang dikomandani “jenderal” Sjarifuddin Hs.

Di situ terkadang ikut bermain Pangdam VI Mulawarman, Wali Kota Tjutjup Suparna, Wali Kota Imdaad Hamid sampai Zainal Muttaqin dari Kaltim Post. Saya jadi ikut jadi penyerang, meski sering ditiup wasit karena berada di posisi offside.

Karena dia mantan pemain dan pelatih,  sering tim Kasbon Plus memenangi pertandingan. Edy yang mengatur dan membagi bola. Dia gelandang serang. Saya sering dikirimi bola, tapi lebih jeli bolanya dibanding kaki saya. Sebaik apapun bola yang dibagi Edy, saya selalu kedodoran. Maklum bukan pemain. Kebisaan saya cuma sebagai penonton dan penggemar berat Manchester United (MU).

Ketika Edy menukangi Persiba, saat itu saya dalam jabatan sebagai wali kota. Tim manajernya Syahril H Taher, yang juga dikenal sebagai ketua Pemuda Pancasila Balikpapan. Sedang sekretarisnya, Irfan Taufik, yang sekarang kepala Dinas Pendidikan. Selesai di Persiba, Edy Simon menjadi pelatih sepak bola PON Kaltim pada tahun 2016.

Edy adalah pelatih pemegang lisensi A (AFC). Itu kelas pelatih level atas dan bisa menjadi pelatih kepala di Liga 1. Untuk mendapat lisensi A (AFC), maka seorang pelatih harus punya jam terbang selama 5 tahun di dunia kepelatihan, mengikuti kursus dan ujian kepelatihan.

Sesekali Edy mengirim pesan singkat ke HP saya. “Apa kabar dingsanak? Salam subuh, selamat beraktivitas,” begitu ditulisnya menjelang salat subuh. Belakangan saya jarang kontak sampai akhirnya ada kabar dia meninggal dunia. Selamat jalan sahabatku, Edy Simon. Insyaallah mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin yaa rabbal aalamiin. (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti