SAMARINDA – Teatro Nocturno menggelar pentas teater di Kedai Satujuan, Jalan DI Panjaitan, Samarinda pada Sabtu, (15/6/2024). Pementasan itu terinspirasi dari cerita pendek Umar Kayam, salah satu sastrawan nasional, dengan judul “1000 Kunang-Kunang di Manhattan.”
Kelompok teater yang berasal dari anak-anak muda Samarinda itu mengkreasikan cerita pendek tersebut dengan pendekatan lokal Kalimantan Timur.
Dimulai dari pukul 19.00 WITA, teater itu dibuka dengan seorang perempuan bernama Jane yang menunggu kehadiran kekasihnya bernama Marno.
Jane bertanya banyak hal kepada Marno mengenai pandangan-pandangan masa lalu serta cerita tentang nasib istrinya. Kebetulan, Marno adalah seorang lelaki yang beristri dengan bayang-bayangnya tentang kota Samarinda maupun Balikpapan.
Beberapa tempat seperti Taman Samarendah, Tepian, atau Taman Bebaya menjadi acuan pertanyaan-pertanyaan dalam cerita.
‘Kunang-Kunang di Mahakam’ bercerita tentang kota Samarinda dan Balikpapan dengan kenangan-kenangan akan keragu-raguan serta perasaan yang rawan. Kemudian, teater itu diakhiri dengan diskusi mengenai evaluasi yang dipimpin oleh pembawa acara.
Jumansyah, Direktur Serikat Teater Satujuan Samarinda, mengatakan bahwa ia ingin dari Teatro Nocturno menjadi laboratorium teater. Karena ia sendiri dulu bergelut dalam dunia teater, sehingga pertumbuhan atau pembentukan aliran kesenian di Samarinda terus bisa bereksistensi.
“Dulu saya sering dilatih oleh senior-senior. Jadi kira-kira saya ingin juga berperan sebagai guru atau pelatih untuk di Samarinda,” ucapnya.
Keterlibatannya pun dari berbagai profesi, ada yang berangkat dari musisi, tukang cukur rambut, dan mahasiswa. Mereka tidak berasal dari orang-orang teater, namun mereka memiliki kemauan untuk berkesenian.
“Teater itu bisa tumbuh di mana saja, bisa tumbuh secara organik. Siapapun bisa asal mau melakukannya,” tambahnya.
Ke depannya, Jumansyah memastikan akan ada pergelaran teater lainnya. Sebab ada tawaran dari salah satu pegiat seni yang sudah masuk, sehingga kemungkinan akan ada pergelaran lagi di tempat yang sama sekitar bulan September nanti.
“Acara ini akan terus berkelanjutan, harus ada ruang-ruang alternatif baru bagi teman-teman untuk memulai maupun melanjutkan dunia teater di Samarinda,” jelas Jumansyah.
Pergelaran teater ini menjadi salah satu upaya pemeliharaan eksistensi seni di kota Samarinda. Dengan gelaran seni yang semakin rutin, kemungkinan akan banyak mengundang pegiat seni di Samarinda yang bergabung.
‘Kunang-Kunang di Mahakam’ disutradarai oleh Afif Mahdi dan diperankan oleh Israhayu Dwi Tyas serta Muhammad Aldino, kemudian asisten sutradara Micobitto. Meski memiliki banyak catatan, mereka mengaku puas dapat mementaskan teater untuk pertama kalinya.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Agus S