spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dampak Masifnya Proyek IKN, Menggerus Hasil Tangkapan Nelayan di PPU

PENAJAM PASER UTARA – Pembangunan yang semakin masif di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), maka kebutuhan terhadap pengiriman bahan bangunan, logistik, dan ekspor Sumber Daya Alam (SDA) menggunakan jalur laut juga makin padat.

Salah satunya, dampak pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menggunakan jalur laut dan sungai untuk mengangkut bahan bangunan.

Selain itu, sejak beberapa tahun terakhir pembangunan dermaga logistik untuk menyuplai batubara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dibangun di sisi Jembatan Bentang Panjang Pulau Balang. Warga sekitar, utamanya yang berada di tiga kelurahan yaitu Pantai Lango, Jenebora dan Maridan terdampak dari aktivitas ini. Terlebih warga yang berprofesi sebagai nelayan dan bergantung hidupnya pada perairan Teluk Balikpapan.

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan, Sadar mengungkapkan semakin sempitnya wilayahnya menjaring ikan. Pendapatannya pun berkurang drastis, persentasenya mencapai 50 persen.

Setiap harinya, kata Sadar, rata-rata hanya mendapat tangkapan kurang lebih 10 kilogram untuk dijual kembali. Namun dalam beberapa bulan terakhir setiap harinya hanya mendapatkan 5 kilogram.

BACA JUGA :  IKN Diyakini Picu Pertumbuhan Ekonomi di PPU

“Ikan itu paling senang main-main di daerah Jembatan Bentang Panjang itu dan memang sudah dari dulu kami mencari ikan di daerah dermaga itu, belum lagi tugboat yang lalu lalang menghancurkan rumah-rumah ikan di bawahnya,” terangnya (09/06/2024).

Nelayan bersama hasil tangkapannya (Nelly/RadarIbukota).

Selain itu, tantangan lainnya berasal dari perusahaan yang dermaganya berada di Teluk Balikpapan. Para nelayan kerap kali dilarang ketika mendekat ke daerah dermaga dengan dalih telah sesuai aturan.

“Kami dilarang katanya sudah sesuai dengan aturan Kami tidak boleh mencari ke daerah tersebut,” tambahnya.

Biasanya para nelayan menangkap beberapa jenis ikan seperti Ikan Trakulu dan Kakap. Belum lagi, pendapatan dari penangkapan udang jenis Udang White juga turut berkurang dari setiap harinya mendapat 7 kilogram menjadi 3 kilogram.

“Jadi ya kami cari pendapatan lain dengan bubu kepiting di sela-sela bakau,” terangnya.

Akhirnya, mau tidak mau para nelayan harus mencari ikan ke arah laut lepas. Sayangnya, kapal nelayan merupakan kapal yang kecil sehingga risikonya semakin besar jika harus mencari ikan ke laut lepas.

BACA JUGA :  Musrenbang Tingkat Kecamatan, Waru Masih Butuh Penguatan Daya Saing Seiring IKN

“Risikonya semakin besar, kapal kami kecil tidak mungkin bisa terus ke arah laut,” terangnya.

Nelayan lainnya, Sahrul mengatakan hulu-hulu sungai yang menjadi habitat berbagai biota laut ditutup oleh perusahaan-perusahaan di sekitar Teluk Balikpapan. Sehingga tak heran kualitas air pun menurun, semakin keruh dan menyulitkan nelayan yang memancing.

“Ikan jadi malas makan umpan pancing kami, airnya semakin keruh, padahal dulu bening. Belum lagi perusahaan mendorong-dorong (Dermaga),” tandasnya.

Penulis: Nelly Agustina
Editor: Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img