SAMARINDA – Tokoh Tionghoa dan umat Kelenteng Thien Ie Kong membantah semua pernyataan Ali Gunawan, ketua Forum Umat Peduli Kelenteng Thien Ie Kong Samarinda (FUPK-TIK Samarinda) yang sebelumnya mendesak pihak pengelola mengembalikan tata ritual persembahyangan di Kelenteng Thien Ie Kong.
Mereka menilai, perubahan yang dilakukan Ketua Kelenteng Thien Ie Kong, Untung Brawijaya, justru membuat kondisi kelenteng saat ini semakin bagus dan umat lebih tenang beribadah. “Melakukan perubahan tata letak itu, tidak bisa suka-suka. Sebelum dilakukan perubahan, Ketua Untung Brawijaya memanggil para tokoh dan paguyuban untuk rapat. Setelah mendapat persetujuan, kemudian dibawa ke Dewa. Nah, setelah disetujui Dewa, barulah dilaksanakan,” ungkap Aliang, salah satu Tokoh Thionghoa yang juga umat Kelenteng Thien Ie Kong, kepada wartawan, Rabu (12/5) pagi tadi.
“Jadi tidak sebarangan melakukan perubahan, dan ketua kami sangat paham itu,” tambah Aliang. Ikut mendampinginya, sejumlah tokoh Tionghoa yakni Chi yu, Iwan Tani, Erwin Lee, A ai Yusdian, Anton L Harsono, Nanang Chandra, Ibu Alie, dan Penanggungjawab Kantor Kelenteng Thien Ie Kong Hanson Cahaya.
Sebaliknya, Aliang malah bingung pernyataan Ali Gunawan yang menyebutkan bahwa perubahan tata letak persembayangan berdampak kegelisahaan umat dalam beribadah. “Ini jelas bertolak belakang. Kami sebagai umat, tidak pernah merasa gelisah. Justru setelah diubah, ibadah kami lebih tenang. Dulu dupa dan asapnya, bukan main mengganggu saat beribadah. Tempat mengisi minyak yang sebelumnya berada di dalam, rasanya sangat menganggu. Sekarang penempatannya diubah di luar ruangan. Sehingga rasanya lebih tenang dan longgar kalau beribadah,” bebernya.
[irp posts=”14399″ name=”Ritual Persembahyangan Ditiadakan, Forum Umat Peduli Kelenteng Thien Ie Kong Desak YDB Bertindak”]
Ditambahkan Erwin Lee, perubahan tata letak, salah satunya juga untuk mencegah terjadinya kebakaran di kelenteng yang saat ini usianya sudah lebih dari 100 tahun. Apalagi sudah ada beberapa kejadian kebakaran kelenteng di sejumlah daerah. Bahkan, pernah ada kejadian yang terekam cctv kelenteng, api dupa sempat membesar dan nyaris terjadi kebakaran di Kelentang Thien Ie Kong.
“Karena itulah Pak Untung membicarakan dengan kami semua, bagaimana melakukan perubahan tata letak, tujuannya untuk menjaga kelestarian. Karena kelenteng ini usianya sudah 100 tahun lebih, maka harus dijaga. Jangan sampai ada kejadian seperti di Balikpapan dan beberapa daerah lain,” tuturnya.
Soal deadline 4 hari yang diberikan Ketua FUPK-TI Ali Gunawan agar pengurus dan pengelola kelenteng mengembalikan tata letak, Aliang menilai perubahan tata letak ritual sudah sesui. “Jujur, kami tidak senang mendengar ini. Menyelesaikan masalah, harusnya dengan bermusyawarah. Apalagi kami ini bernaung di bawah Yayasan Dharma Bhakti,” sebutnya.
Justru kata Aliang, dirinya ingin mempertanyakan ke Ketua Untung Brawijaya kenapa ada namanya FUPK-TIK. “Forum apa ini? Diakui atau tidak keabsahannya? Siapa saja yang duduk di forum ini? Karena kami sendiri baru mendengar adanya forum ini. Kalau mereka mengaku sebagai forum peduli, dimana kepeduliannya? Apa bakti sosialnya dan lainnya. Mana buktinya?” tegasnya.
Hal senada disampaikan Hanson Cahaya, yang sudah 6 tahun bekerja sebagai penangungjawab kebersihan dan keamanan kelenteng. “Kami bisa tunjukkan di sini, banyak sekali perubahan yang membuat kelenteng ini lebih bagus. Baik dari sisi keamanan, perawatan, hingga kebersihan,” pungkasnya. (gs/red)