spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Air Mahakam di Water Bali

Catatan Rizal Effendi

DI TENGAH ketegangan Pilkada, Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun (AH) masih sempat terbang ke Bali. Dia salah seorang kepala daerah yang diundang bicara air di World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali. Tentu sangat istimewa dan membanggakan.

WWF dibuka Presiden Jokowi, Senin (20/5) lalu. Berlangsung seminggu. Sekarang sudah selesai. Ada 2.500 peserta dari 48 negara di Asia Pasifik yang hadir. Forum ini diprakarsai oleh World Water Council (WWC) dalam rangka mengatasi isu-isu air global.

WWF Bali yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, para ahli dan pemerhati air berbagai negara,  membahas konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.

Beberapa wali kota di Indonesia diminta bicara dalam sharing season. Selain Andi Harun, juga Wali Kota Gorontalo Marten Taha dan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto alias Danny Pomanto.

Danny adalah salah seorang dari 4 wakil Indonesia yang masuk dalam delegasi United Cities and Local Government Asia-Pasific (UCLG-ASPAC) di WWF Bali. Dia bicara Instansi Pengelola Air Limbah (IPAL) Losari yang baru saja diresmikan Presiden Jokowi.

IPAL Losari bertujuan mengubah air limbah menjadi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Kapasitas pengelolaan air limbahnya sebanyak 16 ribu meter kubik per hari, yang mengcover lima kecamatan di Kota Makassar.

Wali kota Gorontalo Marten Taha juga bicara pengelolaan air di kotanya. Dia mengakui pengelolaan air di beberapa negara di Asia Pasifik jauh lebih modern dibanding Indonesia. Air bakunya tidak saja dari danau atau sungai, tetapi juga melakukan penyulingan air laut. “Kita belum sampai ke sana, karena teknologi dan biayanya masih mahal,” katanya.

Sebelum berakhir masa jabatan saya, 2021, saya masih sering bersama-sama Danny dan Marten. Soalnya sama-sama pengurus APEKSI. Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia. Saya dengar Danny maju ke Pilgub Sulsel 2024. Begtu juga Marten ke Pilgub Gorontalo.

Penampilan Andi Harun tentu menarik perhatian. Maklum dia memimpin salah satu kota di dunia yang mempunyai sumber air yang besar dari sungai. Sungai Mahakam yang membelah kota Samarinda, selama ini menjadi sumber utama air bersih untuk 861 ribu warganya. Juga untuk penduduk di hulunya.

Panjang Sungai Mahakam 920 km. Nomor dua terpanjang di Indonesia. Mengalir mulai Mahakam Hulu (Mahulu), Kutai Barat (Kubar), Kutai Kartanegara (Kukar) sampai kota Samarinda. Mulai dulu, Mahakam telah menjadi sumber air yang vital, potensi perikanan yang melimpah, dan jalur transportasi yang amat penting.

Dalam sebuah versi sejarah, penamaan Mahakam berasal dari nama Muara Kaman, yang terkenal sebagai pusat Kerajaan Kutai Martadipura.  Versi lain mengartikan Mahakam terdiri dari kata “maha” dan “kama.” Maha itu besar dan kama berarti cinta. Jadi Mahakam adalah penjelmaan cinta yang besar. Karena itu ada yang bilang, sekali minum air Mahakam, pasti jadi kerinduan untuk kembali.

Bertahun-tahun Mahakam juga menjadi saksi eksploitasi hutan dan tambang di Kaltim. Di tahun 70-an alur Mahakam penuh dengan rakit kayu gelondongan. Sekarang, ratusan ponton tiap hari melintas membawa batu bara.

Di tahun 70-an, saya masih sering berenang di Sungai Mahakam. Termasuk di Sungai Karang Mumus, cabang Mahakam di Samarinda. Di situ mandi sekalian BAB. Di atas jamban terapung. Terkadang cari batang kayu yang lepas dari ponton. Airnya masih jernih, tidak seperti sekarang kumuh dan pekat.

Akibat pembukaan hutan dan penambangan serta makin meningkatnya populasi penduduk, belakangan Sungai Mahakam memang menghadapi persoalan. Proses pendangkalan terus terjadi dibarengi dengan penurunan kualitas dan terjadinya pencemaran.

PROPOSAL 1 TRILIUN

Andi Harun tampil di hari ke-4. Dimoderatori Sekjen UCLG-ASPAC, Bernadia Irwati Tjandradewi, selama 30 menit dia bicara tentang air secara global termasuk pengelolaan air di kotanya dengan tema: “Best Practice Kota Samarinda dalam Menjaga Sumber Air dan Meningkatkan Pelayanan Air Bersih kepada Masyarakat.”

Dia mengungkapkan, pengelolaan air di Kota Samarinda adalah upaya kompleks yang memerlukan kerjasama dengan fokus pada tiga pilar utama, yaitu orang, tempat, dan proses.

Kolaborasi antarlembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta dan masyarakat lokal menjadi sangat esensial untuk mengatasi berbagai tantangan dan mencapai keamanan air yang berkelanjutan bagi seluruh penduduk.

Kerjasama dengan sektor swasta sangat diperlukan mencakup investasi dalam infrastruktur air bersih serta program-program corporate social responsibility (CSR), yang berfokus pada konservasi sumber air dan peningkatan akses air bersih.

Andi Harun juga menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga pemanfaatan sumber air secara bijaksana. Program edukasi ini menyasar ke berbagai lapisan masyarakat, mulai dari sekolah hingga komunitas lokal.

“Kami percaya bahwa edukasi adalah kunci untuk perubahan jangka panjang. Melalui berbagai program edukasi, kami ingin memastikan bahwa setiap warga Samarinda memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya dalam menjaga sumber air,” tandasnya.

Dalam bagian lain dia juga menekankan soal pengelolaan air yang lestari. “Teknologi pengelolaan air yang kami gunakan memungkinkan kita untuk memanfaatkan  sumber daya air dengan lebih bijak, mengurangi pemborosan dan memastikan bahwa air bersih tersedia untuk seluruh masyarakat,”  jelasnya.

Memanfaatkan forum WWF, Wali Kota Andi Harun secara khusus membawa dan menawarkan proposal investasi air di kotanya bernilai Rp1 triliun. “Ini saya tawarkan ke berbagai pihak terutama swasta dalam rangka meningkatkan akses air bersih 100 persen untuk warga kota,” jelasnya.

Saat ini produksi air bersih yang dilakukan PDAM dengan 18 instalasi pengelolaan baru mampu memenuhi kebutuhan 80 persen penduduk. Jadi masih ada 20 persen lagi yang belum mendapat akses air bersih secara baik. Padahal akses air bersih merupakan hak dasar yang harus dipenuhi negara untuk setiap warganya.

“Kita sudah siapkan skemanya. Kalau dapat 1T insyaallah yang 20 persen bisa terselesaikan. Kita siap kerjasama, 50 persen dari PDAM dan 50 persen lagi dari swasta. Tapi jangan APBD semua,” kata Andi Harun berusaha meyakinkan.

WWF di Bali juga sangat baik dampaknya untuk Kota Balikpapan. Maklum warga Kota Beriman saat ini lagi kencang-kencangnya berteriak soal kelangkaan air yang sudah dialami cukup lama. Baru beberapa hari ini turun hujan. Semua berdoa agar waduk Manggar dan Teritip terisi penuh.

Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga yang membawahkan Universitas Mulia, Dr Agung Sakti Pribadi menyatakan, pihaknya akan menggelar diskusi Forum Air Balikpapan dalam rangka mencari solusi mengatasi kelangkaan air di kota ini. “Kita memang terinspirasi dari WWF Bali, karena air memang sudah menjadi masalah dunia dan global,” jelasnya.

Beberapa pengamat mengatakan, selain suplainya terbatas,  air minum yang dikonsumsi warga Indonesia sudah lebih mahal dibanding dengan harga bahan bakar minyak atau BBM. Anehnya sudah dianggap normal. Padahal negara mestinya menyediakan air bersih dengan harga terjangkau untuk rakyatnya.

Seorang warga Telindung bernama Hasan kirim WA ke saya. Dia bilang air bersih bukan air mata. Tapi nyatanya untuk mendapatkan air bersih yang lancar dan murah, kita sepertinya harus menitikkan air mata.

Karena ini lagi musim Pilkada, ada juga yang bilang air menjadi isu yang sensitif. Berkat air seseorang bisa jadi kepala daerah, tapi gara-gara air bisa juga membuat calon terjungkal atau tidak dipilih kembali. Silakan warga menentukan pilihannya.(*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti