spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Badai Batu Bara India, Ancaman PHK di Kaltim Menanti

Sederet analis memperkirakan, penurunan permintaan batu bara pada 2020 merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan karena tren harga rendah masih berlanjut selepas gelombang kedua pandemi. Serangan kedua Covid-19 bisa memperlambat pemulihan ekonomi di negara tujuan ekspor batu bara seperti Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Dalam siaran resminya, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengumumkan bahwa sejumlah anggota asosiasi berencana memangkas produksi pada 2020. Pemangkasan volume produksi ini diperkirakan antara 15 persen hingga 20 persen. Apabila persentase tersebut diterapkan di Kaltim yang mengekspor 200 juta ton pada 2019, jumlah produksi yang dipangkas mencapai 30 juta sampai 40 juta ton se-Kaltim.

BACA JUGA:
Ekspor Batu Bara ke India Melorot, Mengancam Industri Pertambangan di Kaltim
Manager PT Berau Coal: Bisnis Batu Bara Penuh dengan Tekanan
Kaltim Kehilangan Pembeli Batu Bara, Ekonomi Bisa Lumpuh

“Pemotongan produksi diharapkan mendongkrak harga batu bara global dengan tercapainya keseimbangan penawaran dan permintaan,” terang Ketua Umum APBI-ICMA Pandu Sjahrir dalam keterangan tertulis (APBI Bakal Pangkas Produksi Batu Bara 2020, Berikut Pendapat Analis, siaran resmi APBI, 2020).

Kebijakan mengurangi volume produksi bakal membawa dampak yang besar. Ketika perusahaan beroperasi tidak di kapasitas maksimal, otomatis harus melakukan penyesuaian atau efisiensi. Biasanya, langkah pertama yang diambil adalah mengurangi jam kerja. Apabila keadaan tak juga membaik, langkah efisiensi diiringi oleh kebijakan merumahkan karyawan. Hal terburuk buruk adalah mengurangi jumlah karyawan atau PHK. (fel/red)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti